Konten dari Pengguna

PowerPoint, Keringat, dan Semangat: Serba-serbi Musim Seminar Proposal

Fikri Ferdiansyah
Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
5 September 2024 12:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fikri Ferdiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seminar proposal mahasiswa semeter antara manajemen Sumber Daya Manusia. Sumber gambar: dokumentasi pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Seminar proposal mahasiswa semeter antara manajemen Sumber Daya Manusia. Sumber gambar: dokumentasi pribadi.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Musim seminar proposal adalah salah satu momen paling menegangkan dalam perjalanan akademik mahasiswa. Setelah berminggu-minggu bergulat dengan konsep dan teori, tibalah saatnya mahasiswa menghadapi panel dosen dengan PowerPoint di tangan, penuh keringat dan semangat. Bagi banyak mahasiswa, ini bukan sekadar presentasi, melainkan tahap awal dari perjuangan panjang menuju kelulusan. Seminar proposal menjadi momen penting yang menentukan apakah penelitian mereka layak untuk dilanjutkan ke tahap skripsi atau harus direvisi.
ADVERTISEMENT
Persiapan presentasi seminar proposal bisa jadi sangat melelahkan. PowerPoint, sebagai alat utama presentasi, sering kali menjadi medan kreatifitas dan inovasi. Mahasiswa berlomba-lomba membuat slide yang jelas, ringkas, namun tetap menarik. Setiap gambar, grafik, dan teks dipilih dengan hati-hati untuk memberikan pemahaman terbaik kepada dosen. Tetapi di balik tampilan visual yang menarik ini, ada banyak keringat dan kerja keras. Mengumpulkan data, menganalisis teori, dan merangkai argumen yang koheren memerlukan dedikasi tanpa henti.
Tentu saja, tidak semua mahasiswa terbiasa berbicara di depan umum, apalagi di hadapan panel dosen yang kritis. Keringat dingin sering kali tak terhindarkan, terlebih ketika menghadapi pertanyaan-pertanyaan tajam yang menguji seberapa dalam pemahaman mahasiswa terhadap topik yang mereka presentasikan. Namun, justru di saat-saat inilah semangat mahasiswa diuji. Mereka belajar untuk tetap tenang, menjawab dengan percaya diri, dan tidak terintimidasi oleh kritik. Setiap pertanyaan adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa mereka memahami materi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Selama musim seminar proposal, suasana kampus pun terasa berbeda. Kafe-kafe dan sudut-sudut kampus dipenuhi mahasiswa yang sibuk dengan laptop dan catatan mereka, memoles presentasi terakhir sebelum hari H. Obrolan di antara teman-teman sering kali beralih ke topik skripsi dan seminar. Mereka saling mendukung, berbagi tips, dan terkadang menjadi penonton bagi presentasi latihan teman-teman mereka. Ini adalah momen solidaritas di antara sesama mahasiswa yang sedang berada dalam situasi yang sama.
Namun, musim seminar proposal bukan hanya tentang ketegangan dan persiapan. Ini juga tentang merayakan pencapaian. Setiap kali seminar selesai, ada rasa lega yang besar. Terlepas dari hasilnya, mahasiswa tahu bahwa mereka telah melewati salah satu tantangan besar dalam perjalanan akademik mereka. PowerPoint yang sudah dipresentasikan bukan hanya slide biasa, tetapi representasi dari upaya, penelitian, dan dedikasi mereka selama ini.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, meskipun penuh keringat dan tantangan, musim seminar proposal adalah waktu untuk menunjukkan semangat yang sebenarnya. Ini adalah saat di mana mahasiswa belajar untuk tidak hanya menguasai materi, tetapi juga menguasai diri mereka sendiri. Mereka dihadapkan pada kritik, namun di situlah mereka tumbuh dan belajar. Dengan semangat yang tidak mudah padam, mereka melangkah maju, satu langkah lebih dekat ke kelulusan.
Musim seminar proposal, dengan segala drama dan ketegangannya, adalah bagian penting dari perjalanan akademik. PowerPoint, keringat, dan semangat menjadi simbol dari perjuangan mahasiswa menuju masa depan yang lebih cerah. Dalam setiap presentasi, ada kisah perjuangan, dan di balik setiap slide, ada harapan besar untuk masa depan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Fikri Ferdiansyah, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta