Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Sistem Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia
12 Januari 2023 20:25 WIB
Tulisan dari Mukhammad Fikri Muzaky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Islam masuk ke Indonesia dibawa secara damai oleh para pedagang dan mubaligh. Sejarah mencatat bahwa Islam telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M/1 H. Masuknya Islam ke Indonesia tidak dapat dipisahkan dari pengaruh Pendidikan, di mana dalam mengajarkan agama Islam, masih secara informal dengan menggunakan metode dakwah seperti ceramah dan dialog interaktif. Berbicara mengenai pendidikan, tentu tidak dapat terlepas kepada lembaga pendidikan yang menjadi sarana dalam mengerjakan dan menyebarluaskan ajaran agama Islam pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Dalam artikel berikut ini kita akan mengulas sejarah Lembaga-lembaga Pendidikan Islam paling awal di Indonesia. Seperti apa Lembaga Pendidikan Islam tersebut? Simak dalam artikel berikut ini.
Lembaga Pendidikan Islam Paling Awal di Indonesia
Pada tahap awal, pendidikan Islam berlangsung secara informal. Para mubaligh banyak memberikan contoh teladan dalam sikap hidup mereka sehari-hari. Para mubaligh itu menunjukkan akhlaqul karimah, sehingga masyarakat yang didatangi menjadi tertarik untuk memeluk agama Islam dan mencontoh perilaku mereka.
Dari proses tersebut terjadilah proses pendidikan dan pengajaran Islam, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Materi pelajaran yang pertama sekali adalah kalimat syahadat, sebab barang siapa yang sudah bersyahadat berarti seseorang tersebut sudah menjadi seorang muslim.
Setelah komunitas muslim terbentuk di suatu daerah tertentu mereka kemudian membangun tempat peribadatan yaitu masjid, langgar atau mushala. Setelah penyebaran dan perkembangan agama Islam membaur dalam kehidupan masyarakat, maka komunitas Muslim menjadikan Masjid dan Langgar selain sebagai tempat beribadah juga menjadi tempat proses belajar mengajar.
ADVERTISEMENT
Pendidikan Islam pada tahap awal itu berlangsung secara informal melalui kontak-kontak person antara pemberi (pendidik) dan penerima (peserta didik). Tidak ada jadwal waktu tertentu, tidak ada materi tertentu, dan tidak ada tempat yang khusus. Setelah pendidikan informal itu berlangsung, maka muncullah pendidikan formal. Pendidikan yang terencana, punya waktu, tempat, dan materi tertentu.
Dengan demikian ada beberapa lembaga pendidikan Islam awal yang muncul di Indonesia, seperti Masjid dan Langgar, Meunasah, Rangkang dan Dayah, Pesantren, serta Surau yang akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan selanjutnya.
1. Masjid dan Langgar
Masjid secara harfiyah adalah ‘tempat bersujud’ namun dalam arti terminologi, mesjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti yang luas. Masjid fungsi utamanya adalah untuk tempat shalat lima kali sehari semalam dan setiap minggunya dilaksanakan shalat jum'at dan dua kali setahun dilaksanakan shalat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Selain dari masjid ada pula tempat ibadah yang disebut langgar, bentuknya lebih kecil dari pada Masjid dan dipergunakan hanya untuk beribadah shalat lima waktu, dan bukan untuk shalat Jum'at.
ADVERTISEMENT
Selain dari fungsi utama tersebut, masjid dan langgar juga digunakan untuk tempat pendidikan bagi orang dewasa maupun anak-anak. Terdapat beberapa hal yang bisa diperhatikan dalam sistem pendidikan Islam di masjid dan langgar, yaitu:
a. Tenaga pendidik, mereka adalah orang-orang yang tidak meminta imbalan jasa, tidak ada spesifikasi khusus dalam keahlian mengajar, mendidik bukan pekerjaan utama, dan tidak diangkat oleh siapapun.
b. Mata pelajaran yang diajarkan terutama ilmu-ilmu yang bersumber kepada Al-Qur‘an dan al-Sunnah, namun dalam perkembangan berikutnya ada bidang kajian lain, seperti: tafsir, fiqh, kalam, bahasa Arab, sastra maupun yang lainnya.
c. Siswa atau peserta didik, mereka adalah orang-orang yang ingin mempelajari Islam, tidak dibatasi oleh usia, dari segala kalangan dan tidak ada perbedaan.
ADVERTISEMENT
d. Sistem pengajaran yang dilakukan memakai sistem halaqah.
e. Metode pengajaran yang diterapkan memakai 2 metode, yakni metode bandongan dan metode sorogan.
f. Waktu pendidikan, tidak ada waktu khusus dalam proses pendidikan di masjid dan langgar, hanya biasanya banyak dilakukan di sore hari atau malam hari, karena waktu tersebut tidak mengganggu kegiatan sehari-hari dan mereka mempunyai waktu yang cukup luang.
2. Meunasah, Rangkang, dan Dayah
Secara etimologi, kata Meunasah berasal dari bahasa Arab yaitu madrasah yang berarti tempat belajar atau sekolah. Meunasah merupakan lembaga pendidikan Islam formal pertama di Kesultanan Pasai. Meunasah ini berada dalam kepemimpinan seorang ‘alim yang disebut Imam Meunasah.
Kurikulum meunasah meliputi pembelajaran Al-Qur‘an, dasar-dasar pengetahuan agama dan bahasa Arab. Selanjutnya sebagaimana dikutip Haidar Daulay mengemukakan bahwa jika ditinjau dari segi pendidikan, meunasah adalah lembaga pendidikan awal bagi anak-anak yang dapat disamakan dengan tingkatan sekolah dasar (SD). Di meunasah para murid diajar menulis/membaca huruf Arab, ilmu agama dalam bahasa Jawi (Melayu), dan akhlak. Dalam hal ini fungsi meunasah adalah mempersiapkan murid-murid yang akan melanjutkan pendidikannya pada tingkat menengah yakni Rangkang.
ADVERTISEMENT
Rangkang adalah tempat tinggal murid, yang dibangun di sekitar masjid. Rangkang menyelenggarakan pendidikan pada tingkat menengah (SLTP). Sesuai dengan jenjangnya, maka pada rangkang diajarkan pengetahuan-pengetahuan agama Islam setingkat lebih tinggi dari pendidikan Meunasah. Kurikulumnya pendidikan di rangkang ini terpusat kepada pendidikan agama dan bahasa Arab.
Sistem pendidikan di rangkang sama dengan sistem pendidikan di pesantren, murid-murid duduk membentuk lingkaran dan guru menerangkan pelajaran, berbentuk halaqah, metode yang disampaikan di dunia pesantren disebut namanya dengan sorogan dan wetonan. Dalam Pendidikan ini dipimpin oleh Teungku Rangkang. Fungsi Rangkang adalah untuk mempersiapkan murid-murid yang akan melanjutkan pendidikannya ke tingkat Dayah.
Dayah merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tinggi di Aceh sejak masa Kesultanan Pasai. Dayah dipimpin seorang ulama besar yang disebut Teungku Chik. Di sini mereka belajar memasak dan mencuci sendiri pakaiannya. Hal ini diperlukan untuk mengajarkan murid-murid Dayah bisa hidup mandiri. Dayah mengajarkan pengetahuan-pengetahuan agama Islam yang tinggi-tinggi, meliputi ilmu fiqh, ushul fiqh, tauhid, tafsir, hadis, balaghah dan mantiq. Pendidikan dayah terkesan sangat monoton dalam penyusunan kurikulum yang masih berorientasi kepada sistem lama. Artinya kitab yang diajarkan adalah kitab-kitab abad pertengahan. Pada masa kesultanan Aceh, dayah menawarkan tiga tingkatan pengajaran, yakni rangkang (junior), balee (senior), dan dayah manyang (universitas).
ADVERTISEMENT
3. Pesantren
Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pedan akhiran-an berarti tempat tinggal santri. Secara terminologi, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang di dalamnya sarat dengan pendidikan Islam yang dipahami dan dihayati serta diamalkan dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup.
Berdirinya pesantren di Indonesia adalah sebuah tuntutan dari keinginan masyarakat Islam menuju hidup yang lebih layak dan bebas dari kolonial.
Sistem yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam pendidikan pada umumnya yaitu:
a. Memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah yang lain.
b. Kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi karena mereka praktis bekerja sama mengatasi problem non kurikuler mereka.
ADVERTISEMENT
c. Para santri tidak mengidap penyakit “simbolis” yaitu perolehan gelar dan ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk ke pesantren tanpa adanya ijazah tersebut, hal ini karena tujuan mereka hanya ingin mencari keridhaan Allah swt. saja.
d. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealis, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, dan keberanian hidup.
e. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintahan sehingga hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.
4. Surau
Secara bahasa surau berarti tempat atau tempat penyembahan. Menurut pengertian asalnya surau berarti bangunan kecil yang didirikan untuk penyembahan arwah nenek moyang. Dalam kamus bahasa Indonesia, surau di artikan tempat (rumah) umat Islam melakukan ibadahnya (shalat, mengaji dan sebagainya), pengertian apabila dirinci mempunyai arti bahwa surau berarti suatu tempat bangunan kecil untuk tempat shalat, tempat belajar mengaji anak, tempat wirid (pengajian agama) bagi orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Eksistensi surau Ulakan sebagai lembaga pendidikan Islam masa awal, telah banyak berperan dalam penyiaran agama Islam. Surau berfungsi sebagai lembaga sosial budaya, adalah fungsinya sebagai tempat pertemuan para pemuda dalam upaya mensosialisasikan diri mereka. Selain dari itu surau juga berfungsi sebagai tempat persinggahan dan peristirahatan para musafir yang sedang menempuh perjalanan, dengan demikian suarau mempunyai multifungsi.
Sistem pendidikan di suaru banyak kemiripannya dengan sistem pendidikan di pesantren. Murid tidak terikat dengan sistem administrasi yang ketat. Syekh atau guru mengajar dengan metode bandongan dan sorogan, ada juga murid yang berpindah ke surau lain ketika dia sudah merasa cukup memperoleh ilmu di surau terdahulu. Dari segi mata pelajaran yang diajarkan di surau sebelum masuknya ide-ide pembaruan pemikiran Islam pada awal abad ke-20 adalah mata pelajaran agama yang berbasis kepada kitab-kitab klasik.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwasanya Pendidikan Islam awal berlangsung secara informal. Tidak ada jadwal waktu tertentu, tidak ada materi tertentu, dan tidak ada tempat yang khusus. Setelah pendidikan informal itu berlangsung dan semakin berkembang, maka muncullah pendidikan formal. Pendidikan yang terencana, punya waktu, tempat, dan materi tertentu. Sehingga beberapa lembaga pendidikan Islam awal yang muncul di Indonesia yaitu Masjid, Langgar, Meunasah, Rangkang, Dayah, Pesantren, serta Surau.
ADVERTISEMENT