Konten dari Pengguna

Resensi Cerpen Tukang Cukur dalam Kumpulan Cerpen Brojowilakpo

Fikriyah Layaly
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
17 Oktober 2022 19:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fikriyah Layaly tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi - Buku Kumpulan Cerpen Brojowilakpo Karya Bakdi Soemanto
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi - Buku Kumpulan Cerpen Brojowilakpo Karya Bakdi Soemanto
ADVERTISEMENT
Di dalam kumpulan cerpen Brojowilakpo karya Bakdi Soemanto terdapat salah satu cerpen yang berjudul Tukang Cukur. Cerpen Brojowilakpo terbit pada tahun 2017. Bakdi Soemanto merupakan sastrawan Indonesia yang sudah menghasilkan banyak karya sastra. Selain terkenal sebagai sastrawan, beliau juga dikenal sebagai dosen tetap di jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada dan Kajian Bahasa Inggris di Universitas Sanata Dharma. Bakdi Soemanto wafat pada tanggal 11 Oktober 2014 dalam usia 73 tahun. Raga dan jiwanya memang sudah tidak ada di bumi namun karya-karya beliau tetap harum dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT
Cerpen Tukang Cukur menceritakan tentang kehidupan seorang tukang cukur yang menikahi seorang gadis cantik. Menariknya, usia gadis ini lebih muda 70 tahun dari tukang cukur tersebut. Cerpen ini memiliki tiga tokoh utama, yaitu Plakotham sebagai suami, Ijah sebagai istri, dan ibu Ijah (mertua Plakotham) tokoh ini tidak disebutkan namanya dalam cerita. Pada cerpen ini Plakotham dikisahkan sebagai tukang cukur yang terkenal pada masanya, semua orang menyukai gaya potongan rambutnya mulai dari orang biasa hingga pejabat pun suka dengan gaya potongan kahs Plakotham sehingga dia sering diberi hadiah berupa barang-barang mahal. Dia juga terkenal dengan kehidupan pernikahannya karena sudah menikah sebanyak 8 kali. Tokoh Plakotham dalam cerpen ini digambarkan sebagai sosok yang sangat sederhana bahkan terkesan miskin.
ADVERTISEMENT
Tokoh istri Plakotham, yaitu Ijah adalah seorang penjual lotek. Di dalam cerpen ini sosok Ijah digambarkan sebagai gadis desa yang hitam manis. Sebelum Ijah menikah dengan Plakotham dia adalah seorang penjual lotek dan di situlah awal mula dia bertemu dengan Plakotham. Ijah tinggal bersama dengan ibunya sebelum menikah. Ibunya adalah orang yang sangat menginginkan Ijah untuk menikah dengan Plakotham. Ibu Ijah selalu mendoakan Plakotham meninggal agar Ijah mendapatkan warisan milik Plakotham. Ibu Ijah menganggap bahwa Plakotham sebenarnya adalah orang kaya yang memiliki banyak warisan. Menurutnya, Plakotham hanyalah berpura-pura menjadi orang miskin.
Cerpen Tukang Cukur memiliki alur maju mundur karena selain menceritakan kehidupan Ijah dan Plakotham setelah menikah diceritkan juga awal mula Ijah mengenal sosok Plakotham, yaitu saat usia Ijah masih beranjak 18 tahun. Saat itu Ijah berada di kelurahan untuk mengambil berkas untuk membuat KTP lalu dia mendengar perkataan seseorang bahwa Plakotham sebenarnya adalah orang kaya. Seseorang tersebut juga berkata bahwa Plakotham memiliki harta karun berupa emas dan hal itulah yang menjadi alasan Ijah ingin menikah dengan Plakotham.
ADVERTISEMENT
Cerpen ini menyajikan beberapa latar tempat, yaitu warung lotek (tempat Ijah berjualan), rumah Plakotham, dan kelurahan. Pada bagian awal cerita menjelaskan latar tempat kejadian, yaitu warung lotek milik Ijah. Ketika Ijah mencari cara untuk mendapatkan perhatian Plakotham Plakotham Ijah selalu berkunjung ke rumahnya. Ketika pertama kali Ijah mendengar cerita tentang sosok Plakotham, yaitu saat ia sedang berada di kelurahan.
Sudut pandang yang digunakan pada cerpen ini adalah sudut pandang orang ketiga. Tokoh-tokoh yang berada dalam cerita ditulis dengan kata ganti tunggal "ia" dan kata ganti jamak "mereka" terbukti pada kalimat "Waktu ia pertama kali melakukan apa yang disuruh ibunya, Plakotham hanya mengucapkan terima kasih dan memberinya uang.” Dan kalimat “Mereka memberi benda-benda berharga seperti itu karena puas dengan cara Plakotham mencukur rambut mereka.”
ADVERTISEMENT
Ada beberapa pelajaran hidup yang bisa didapat setelah membaca cerpen ini. Kisah cinta antara Plakotham dan Ijah mengajarkan pembaca untuk menerima semua kekurangan dan kelebihan dari pasangan. Menikahlah karena cinta bukan karena maksud atau tujuan lain apalagi untuk mengajar harta karena semua itu tidak akan mengantarkan kita pada sebuah kebahagiaan dan yang didapat hanyalah perasaan buruk sangka dan ketidakpuasan terhadap semua hal.
Secara keseluruhan cerpen Tukang Cukur memiliki banyak keunggulan. Cerpen ini menggunakan bahasa sehari-hari dan tidak ditemukan kosakata yang sulit untuk dipahami sehingga siapa pun yang membacanya akan mudah mengerti alur cerita yang disajikan. Kekurangan cerpen ini terletak pada penjelasan sifat atau watak dari tokoh Ijah tidak banyak dijelaskan. Selain itu juga, tidak banyak dijelaskan kehidupan cinta mereka berdua sebelum menikah. Pada cerpen ini diceritakan bahwa butuh waktu satu tahun bagi Ijah untuk meyakinkan Plakotham agar segera menikahinya tetapi tidak diberi alasan yang jelas mengapa Plakotham akhirnya yakin untuk menikahi Ijah.
ADVERTISEMENT
Fikriyah Layaly, mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia