Konten dari Pengguna

Ketika Sebuah Pabrik Raksasa Tumbang Karena Pailit

Fikron Rizki Darmawan
Mahasiswa Bisnis Digital AMIKOM Purwokerto
2 Juni 2025 12:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Ketika Sebuah Pabrik Raksasa Tumbang Karena Pailit
PT Sritex tumbang karena gagal bayar utang. Bukti nyata: tanpa adaptasi dan inovasi, raksasa pun bisa jatuh.
Fikron Rizki Darmawan
Tulisan dari Fikron Rizki Darmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perusahaan besar tumbang karena pailit (sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perusahaan besar tumbang karena pailit (sumber: https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Kebangkrutan bukan hanya mengintai bisnis kecil dan menengah. Bahkan pabrik-pabrik besar pun bisa runtuh.
ADVERTISEMENT
Perusahaan besar dengan rekam jejak kesuksesan panjang dan jaringan bisnis luas tetap bisa tumbang dalam waktu yang relatif singkat.
Salah satu contoh terbaru adalah PT Sritex, yang akhirnya dinyatakan pailit setelah gagal memenuhi kewajibannya membayar utang kepada para krediturnya.
Perusahaan ini kini bersiap untuk menghentikan operasionalnya, meninggalkan ribuan karyawan, dan menimbulkan dampak besar bagi banyak pihak yang bergantung padanya.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Mengapa raksasa industri seperti PT Sritex bisa jatuh?
Jawabannya terletak pada:
Manajemen operasional yang gagal beradaptasi dan mengelola risiko.
Gagal Membaca Perubahan, Gagal Bertahan
Tumpukan utang yang tak mampu dibayar hanyalah gejala akhir dari masalah yang lebih mendalam: Kegagalan dalam pengelolaan perusahaan dan strategi bisnis.
PT Sritex menghadapi berbagai tantangan berat yang gagal diantisipasi, antara lain:
ADVERTISEMENT
• Sistem operasional yang tidak efisien dan sudah ketinggalan zaman,
• Minimnya inovasi untuk mengikuti perkembangan pasar,
• Pengelolaan arus kas yang lemah,
• Ketergantungan yang tinggi terhadap jalur distribusi dan pasar tertentu.
Ketika biaya produksi meningkat dan persaingan semakin ketat, PT Sritex tidak cukup gesit untuk menyesuaikan diri.
Ketidakmampuan mereka beradaptasi semakin memperburuk kondisi keuangan perusahaan.
Saat waktu pembayaran utang tiba, PT Sritex tidak memiliki cukup likuiditas untuk memenuhi kewajibannya.
Situasi ini mempercepat kehancuran perusahaan dan membawa mereka ke dalam proses pailit.
Manajemen Operasi Modern: Kunci Bertahan di Tengah Krisis
Di era ketidakpastian seperti saat ini, manajemen operasi tidak lagi hanya soal efisiensi biaya.
Manajemen operasi modern harus mampu menjawab tantangan besar seperti:
ADVERTISEMENT
• Seberapa cepat perusahaan beradaptasi terhadap perubahan pasar,
• Seberapa cerdas penggunaan teknologi untuk mendukung produksi dan penjualan,
• Seberapa kuat sistem keuangan yang menopang operasional bisnis.
Kisah PT Sritex menjadi pengingat keras bahwa kesuksesan di masa lalu tidak menjamin kelangsungan bisnis di masa depan.
Pelajaran Berharga dari Kasus PT Sritex
Apa pelajaran yang dapat kita ambil?
• Prioritaskan manajemen keuangan yang sehat. Pertumbuhan harus sejalan dengan pengelolaan utang yang bijaksana.
• Transformasikan operasi bisnis. Otomatisasi, digitalisasi, dan pengembangan sistem harus menjadi prioritas utama.
• Diversifikasi sumber pendapatan dan rantai pasok. Mengurangi ketergantungan berarti memperkuat ketahanan bisnis.
• Bangun budaya perubahan. Perusahaan harus selalu siap beradaptasi dengan dinamika eksternal.
Pailit tidak terjadi dalam semalam.
ADVERTISEMENT
Ia adalah hasil dari akumulasi keputusan yang keliru dan kegagalan membaca perubahan zaman, hingga akhirnya meledak menjadi bencana besar.
Hari ini, satu hal yang pasti:
Dalam dunia bisnis, mereka yang lambat berubah, akan cepat tersingkir,dan mereka yang berani beradaptasi, akan bertahan dan memimpin.
Fikron Rizki Darmawan, mahasiswa Bisnis Digital Universitas AMIKOM Purwokerto.