Konten dari Pengguna

Manuskrip Shorof, Bukti Kekayaan Bahasa Arab sebagai Bahasa Al Qur’an

Fina Damayanti
mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan bahasa dan sastra arab fakultas adab dan humaniora
15 Desember 2020 5:30 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fina Damayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-banten2016-khd019.html#ad-image-0
zoom-in-whitePerbesar
sumber : https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-banten2016-khd019.html#ad-image-0
ADVERTISEMENT
Tahukah anda bahwa bahasa arab adalah bahasa yang paling detail diantara seluruh bahasa? Inilah mengapa bahasa arab dipilih sebagai bahasa Al Qur’an. Dalam Qur’an Surat Yusuf (12) ayat ke-2
ADVERTISEMENT
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”.
Dalam kitab Tafsirul Qur’an Al-Adzim, Ibnu Katsir Rahimahullahu menjelaskan pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa Al Qur’an adalah karena bahasa arab merupakan bahasa yang paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia.
Bahasa arab memiliki 14 jenis dhomir atau kata ganti dalam pengklasifikasian orang atau benda sehingga jelas pelaku (subjek/objek)nya. Bahasa Arab memiliki sinonim yang sangat melimpah dan tidak ada pada bahasa manapun. Menurut para pakar bahasa Arab, bahasa ini diperkirakan memiliki kosakata sekitar 25 juta. Belum lagi struktur bahasa Arab yang bersifat tetap dalam artian tidak berubah dari masa ke masa dengan tata bahasa yang paling komprehensif dan detail dalam mengungkap setiap posisi kalimat i'rab yang mana sangat berpengaruh pada makna kalimat.
ADVERTISEMENT
Dengan kekayaan kosakata bahasa Arab dan tata bahasa yang tetap, maka bahasa Arab layak dijadikan sebagai bahasa Al Qur'an karena mampu menampung dan menyerap esensi dan makna yang terkandung dalam firman Allah yang diturunkan untuk seluruh manusia dan akan tetap relevan sepanjang masa. Sehingga pemilihan bahasa sangat penting agar dalam penyampaian risalah islam dapat terjaga sepanjang masa. Jika bahasa al Qur’an dan hadist tidak dalam bahasa arab, maka bisa jadi akan ada penyimpangan makna dan ketidakjelasan dalam penafsirannya. Bahasa Arab sangat penting untuk pemersatu kaum muslimin dan memiliki nilai strategis dalam percaturan dunia global.
Bahasa arab memiliki segudang kosa kata yang sangat kaya dan luasnya makna yang dimilikinya. Sampai-sampai terkadang sulit untuk diterjemahkan salah satunya ke dalam bahasa Indonesia. Di dalam bahasa arab terdapat banyak sekali kosa kata yang menunjukan ‘unta’ bahkan terdapat hampir seribu kata. Contohnya البعير (kata umum yang dipakai untuk unta), الجمل (unta jantan), الناقة (unta betina), الطبز (unta berpunuk dua), الحايل (unta betina yang tidak hamil) dan masih banyak lagi. Selain kekayaan kosakatanya, bahasa arab adalah bahasa yang sangat tua. Bahasa ini sudah dipakai sejak zaman nabi Hud AS.
ADVERTISEMENT
Seperti sabda Nabi :
و أَرْبَعَةُ مِن العَرَبِ هُودٌ وصالِحٌ وشُعَيْبٌ ونَبِيُّك يا أبا ذر
“Ada empat nabi dari arab, yaitu Hud, Shaleh, Syuaib, dan Nabimu ini, wahai Abu Dzar”. (Hr. Ibnu Hibban dan dihasankan al-Hafidz Ibnu katsir dalam al-Bidayah wa An-nihayah).
Jika dilihat dari hadits tersebut bahasa arab sudah ada sejak dahulu kala. Karena nabi Hud AS hidup sekian abad sebelum masehi. Walaupun bahasa arab sudah berusia ribuan tahun namun dia tetap bertahan dan dapat dipelajari dengan mudah. Sehingga bahasa arab layak dijadikan sebagai bahasa al-quran karena sangat detail, mudah dipahami dan kaya akan bahasa dan maknanya.
Menurut kebanyakan orang bahasa arab adalah bahasa yang memusingkan, rumit, dan sulit. Sebab tulisan arab tanpa harokat membutuhkan rumus untuk membacanya. Beda harokat akan beda arti. Sayang sekali jika kita tidak bisa membaca tulisan arab karena banyak sekali kitab-kitab peninggalan ulama atau nenek moyang kita berbahasa arab. Maka sudah seharusnya kita mempelajari bahasa yang agung ini lewat manuskrip kuno “kitab shorof”.
ADVERTISEMENT
Manuskrip Shorof
Manuskrip ini didapatkan di Desa Lempuyang udik Serang Banten. Pemiliknya adalah ustadz Kholid yang memiliki silsilah keluarga dengan Syeikh Nawawi al-Bantani. Manuskrip ini telah didigitalisasi oleh kementerian agama RI dengan kode naskah KHD019. Ditulis dalam bahasa arab dan aksara arab dengan jenis khat Naskhi. Kondisi naskah ini sudah sangat rapuh namun masih bisa terbaca dengan baik. Naskah ini ditulis menggunakan tinta hitam dan merah sebagai rubrikasi.
Dalam halaman pertama tertulis: Amma Ba’du, fa’lam anna at tasrifa fi lughati ‘arabi at taghyiru. Wa fi istilahi as Shorfiyah naqlu aslin ilaabniyatin mukhtalifatin bi ikhtilafi al haiat. (setelah itu, ketahuilah bahwasannya tasrif dalam bahasa arab artinya perubahan. Dan dalam istilah ilmu shorof artinya memindahkan kalimat asli kepada bina-bina yang berbeda sesuai dengan tingkatnya.
ADVERTISEMENT
Perlu kita ketahui pokok bahasan dalam bahasa arab adalah nahwu dan shorof. Seperti ungkapan ahli nuhat (orang yang ahli dalam ilmu nahwu)
الصَرْف أم العُلوم والنحو أبوها
“shorof adalah ibu segala ilmu dan nahwu adalah bapaknya”.
Ungkapan ”ilmu sharaf adalah induknya ilmu”, dijelaskan oleh Syamsuddin Ahmad Danquz (w. 855 H) sebagai bentuk penamaan yang menunjukkan konteks penamaannya serupa dengan kata al-umm (ibu), pada sisi al-wiladah (aktivitas melahirkan), sebagaimana seorang ibu melahirkan anak-anaknya, begitu pula ilmu sharaf ini yang melahirkan berbagai kata (lafal) bahasa arab, yang menjadi pokok-pokok petunjuk ilmu dan bagian-bagiannya.
Kata dalam kalimat menjelaskan bermacam-macam ilmu. Mengkaji shorof ditujukan untuk kita memahami dan mengkaji al-quran, hadits dan ilmu-ilmu islam. Shorof menurut bahasa adalah perubahan. Jadi, shorof adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk kata di dalam bahasa arab.
ADVERTISEMENT
Menurut istilah shorof ialah suatu perubahan dalam bentuk asal (fiil madhi / mashdar) ke bentuk yang berbeda menghasilkan arti yang berbeda. Seperti:
Serta masih banyak lagi turunan kata dari kata dasarnya yang akan memberi makna khas lainnya. bahkan, jika kata turunan tersebut dijabarkan dengan tasrif lughawi (berdasarkan dhomir) maka akan menghasilkan puluhan kata. itulah mengapa tidak ada kamus bahasa arab yang sangat lengkap. jika ada, maka akan menjadi setebal apa kamus tersebut.
ADVERTISEMENT
Shorof itu lebih menarik dari nahwu, karena shorof lebih menantang. Jika dengan nahwu kita hanya mengetahui satu harokat pada akhir kalimat, sedangkan shorof sebanyak apapun huruf sebelum harokat akhir. Shorof juga sangat berpengaruh dalam makna kalimat di tasrif al-quran. Beda harokat, beda makna. Ada tambahan huruf pun juga berbeda makna walaupun asal katanya sama. kita bisa tahu dari satu kata menjadi aneka macam kata turunannya. Dari shorof kita bisa tahu ‘pergerakan’ perubahan suatu kata.
Dalam manuskrip ini dijelaskan pembagian tasrif terbagi dua jenis, tasrif lughawi dan istilahi. Tasrif lughawi ditentukan berdasarkan dhomir (هو، هما، هم، هي، هما، هن ، أنت، أنتما، أنتم،أنت،أنتما، أنتن، أنا، نحن), sedangkan tasrif istilahi berdasarkan bentuk dari suatu kata. Adapun bentuk-bentuknya adalah: fiil madhi, fiil mudhori, mashdar, isim fail, maful, fiil amr, fiil nahyi, isim zaman/makan, mashdar mim, dan isim alat.
ADVERTISEMENT
Dhomir dalam bahasa arab lebih kompleks karena memiliki 14 kata ganti. Dalam pembagian bentuk fiil (kata kerja) terbagi dalam dua jenis yaitu fiil tsulasi (huruf aslinya terdiri dari 3 huruf) dan rubai (huruf aslinya terdiri dari 4 huruf) kemudian dari masing-masing itu terbagi lagi ke dalam tsulasi mujarrod dan tsulasi mazid fih, begitupun dengan fiil rubai. Sehingga total dari semuanya ada 57 bab fiil.
Dari manuskrip shorof ini jelas terlihat rincinya kaidah tata bahasa arab serta kekayaan kosakatanya sehingga bahasa arab terbukti layak dijadikan sebagai bahasa al Qur’an.
Mari membaca manuskrip !
ADVERTISEMENT