Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Inovasi Teknologi Kemasan untuk Produk Makanan Tradisional
8 Mei 2024 8:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Finanda Rahil Balqis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perkembangan pesat dalam fungsi pengemas makanan sejalan dengan meningkatnya permintaan konsumen akan kualitas dan keamanan pangan. Kesadaran akan pentingnya kualitas dan keamanan makanan dapat ditingkatkan melalui pemahaman terhadap informasi yang tertera pada label kemasan. Label tersebut memberikan informasi mengenai komposisi bahan, nilai gizi, petunjuk penyajian, dan aspek lainnya yang relevan. Jenis-jenis kemasan berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan konsumen akan kualitas, keamanan, dan pelacakan asal-usul makanan yang dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
Kemasan cerdas adalah salah satu inovasi kemasan yang selalu mengalami perkembangan, yang bertujuan untuk memantau kondisi produk makanan tanpa perlu membuka kemasannya secara berkala. Kemasan ini dilengkapi dengan indikator, baik yang ditempatkan di dalam maupun di luar kemasan, untuk memberikan informasi tentang kualitas produk yang dikemas. Salah satu contoh indikator kemasan cerdas yang dapat mendeteksi mutu makanan secara non-destruktif adalah time-temperature indicator (TTI). Kemasan ini menggunakan bahan kimia yang bereaksi terhadap perubahan lingkungan atau kualitas produk, seperti kadar oksigen, kelembaban, pH, atau suhu. Ketika produk mulai memburuk atau terpapar kondisi yang merusak, bahan kimia tersebut mengalami perubahan warna atau menampilkan tanda visual lainnya. Dengan demikian, kemasan cerdas memberikan petunjuk visual secara langsung tentang kesegaran produk dalam waktu nyata. Beberapa bahan pewarna yang sering digunakan adalah Bromothymol Blue (BTB), Bromocresol Green (BCG), Bromocresol Purple (BCP), dan Methyl Red (MR).
Jenis makanan yang cocok untuk menggunakan indikator waktu-suhu yaitu makanan yang memerlukan suhu penyimpanan yang ketat, seperti makanan beku, makanan segar, atau makanan yang mudah rusak, dapat menggunakan indikator waktu-suhu. Contoh makanan yang cocok untuk menggunakan indikator ini adalah salah satunya makanan tradisional yaitu Pempek. Pempek adalah makanan khas dari Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Adonan dasarnya terbuat dari ikan yang dihaluskan, tepung sagu, dan bumbu-bumbu. Umumnya, pempek adalah makanan yang mudah rusak dan rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme jika tidak disimpan dengan benar. Pempek membutuhkan tempat penyimpanan pada suhu rendah, akan tetapi banyak sekali penjual pempek yang masih tidak menyimpan produk mereka pada suhu rendah seperti dalam lemari es. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan fasilitas penyimpanan, biaya operasional, atau praktik penyimpanan yang kurang memadai.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pempek sangat populer di kalangan masyarakat, sehingga seringkali orang membawa pempek dalam perjalanan jauh tanpa memperhatikan kualitasnya. Dengan kehadiran time-temperature indicator (TTI), konsumen dapat memantau kondisi pempek secara langsung dan real-time, sehingga mereka dapat mengetahui apakah pempek masih dalam keadaan optimal untuk dikonsumsi atau sudah tidak layak lagi. Dikarenakan pempek dapat berubah kualitas, misalnya dalam hal pH, yang dapat memengaruhi kesegarannya, pH pada pempek sangat mempengaruhi kualitas dari mutu pempek, sehingga perubahan warna pada indikator TTI akan memberikan petunjuk yang jelas. TTI memberikan kemudahan dan keamanan tambahan bagi para penggemar pempek yang ingin menikmatinya di mana pun mereka berada. Dimana, pempek akan dikemas menggunakan food container dengan bahan Polypropylene (PP) yang di seal agar memiliki lapisan segel yang dapat mempertahankan kondisi atmosfer di dalamnya sehingga dapat sedikit menjaga kualitas produk dan hampir menciptakan kemasan aktif pula. Penggunaan dan pembuatan indikator waktu dan suhu ini tidak membutuhkan biaya yang besar, terdapat penelitian yang mengungkapkan bahwa penggunaan indikator BCG diperlukan biaya sekitar Rp. 110,82/tetes, untuk BCP Rp. 110,34/tetes dan untuk campuran BCG&MR Rp. 111,85/tetes. Sehingga penambahan biaya yang terbilang tidak begitu banyak untuk membuat indikator tersebut dapat menciptakan fungsi yang banyak. Oleh karena itu, diharapkan inovasi ini dapat terwujud untuk kalangan wirausaha makanan agar dapat memanfaatkannya dalam meningkatkan kualitas dan keamanan produk mereka. Dengan adanya teknologi seperti time-temperature indicator (TTI) dan kemasan cerdas lainnya, para wirausaha makanan akan memiliki alat yang lebih baik untuk memantau dan menjaga kualitas produk mereka selama proses penyimpanan dan distribusi. Ini bukan hanya tentang meningkatkan kualitas produk, tetapi juga tentang memberikan keamanan tambahan kepada konsumen.
Pada ilustrasi gambar diatas, kemasan bukan hanya terdapat time-temperature indicator yang diletakkan dibagian bawah seal penutup kemasan melainkan plastik seal penutup tersebut didesain untuk menambahkan informasi lebih banyak berupa petunjuk perubahan warna indikator, komposisi produk, cara penyajian, nilai gizi, nama produk, barcode, berat bersih, logo halal, tanggal produksi, tanggal expired, identitas produsen dan lain sebagainya guna sebagai penambah informasi mengenai produk dan asal usul produk tersebut.
ADVERTISEMENT