Khotbah Jumat yang Terlalu 'Sederhana'

Fino Boeton
Wartawan, Dosen, Musisi Amatiran, Pembual Paruh Waktu.
Konten dari Pengguna
16 Maret 2018 15:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fino Boeton tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jumat kali ini saya kembali salat di masjid samping rumah. Meski berada di luar komplek perumahan yang saya tinggali, namun jaraknya tak begitu jauh. Dan itu masjid terdekat dari tempat tinggal saya.
ADVERTISEMENT
Mungkin karena ukuran masjidnya kecil dan penduduk di sekitar masjid begitu banyak. Hampir tiap Jumat saya tidak pernah kebagian salat di dalam masjid. Selalu di teras atau lebih tepatnya di jalanan samping masjid. Padahal, saya sudah berupaya datang lebih dini. Ya sudahlah, mungkin memang rezeki saya di situ, minimal saya bisa mendengarkan khotbah Jumat dari awal.
Dan entah kenapa, saya begitu sangat tersentuh dengan khotbah kali ini. Khotbah ini terlalu "sederhana" dalam artian, tanpa perlu banyak ayat-ayat dimasukkan di dalamnya, tapi pesan yang disampaikan benar-benar tersampaikan dan seolah "menampar" saya, atau mungkin jamaah lain saat itu.
Secara garis besar, khotbah tersebut menyampaikan bahwa alangkah baiknya jika kita melakukan hal baik yang kecil namun rutin, ketimbang memfokuskan diri untuk kebaikan yang besar tetapi justru mengabaikan kebaikan-kebaikan kecil yang punya peluang lebih besar untuk kita lakukan setiap hari dan di mana saja
ADVERTISEMENT
Jadi ingat kebiasaan saya dulu saat mengerjakan ujian sekolah. Saya lebih mengutamakan atau mendahulukan untuk mengerjakan soal-soal yang mudah, setelah itu baru yang sulit. Saat waktu ujian sudah selesai, jika saya tidak sempat mengerjakan soal yang susah, saya tidak perlu risau dan khawatir karena saya pasti akan dapat nilai. Kenapa? karena telah mengerjakan soal-soal yang mudah dengan yakin.
Sama halnya ujian sekolah, dalam hidup ini juga punya deadline atau batas waktu. Kalau kita belum mampu membangun masjid, minimal rajinlah menyumbang jika ada pembangunan masjid. Jika kita belum bisa memberangkatkan haji kedua orang tua, minimal dalam sebulan bisa mengirimkan beberapa rupiah untuk menjaga senyum dan rasa syukur mereka. Jika kita belum bisa membahagiakan istri, minimal jangan pernah katakan "Kamu tambah gendut" kepadanya. Jika kita belum bisa menyenangkan teman, minimal tidak mencari-cari kesalahan atau kelemahannya, kemudian menceritakan ke orang lain.
ADVERTISEMENT
Itu adalah contoh kecil dari sebuah kebaikan kecil yang bisa kita lakukan. Terkadang memang tidak sedikit orang yang terlalu fokus mengejar target melakukan ibadah yang besar dan mengabaikan ibadah atau kebaikan kecil.
Okelah kalau waktu kita cukup untuk sampai pada target melakukan kebaikan yang besar, bagaimana jika tidak? Bagaimana kalau waktu kita ternyata habis lebih dulu saat mengerjakan soal yang tersulit dan belum selesai serta belum mengerjakan soal-soal yang mudah. Maka hasilnya tentu nol.
Intinya, jika kamu belum bisa membahagiakan orang lain, minimal tidak menyakiti hatinya.