Sense of Belonging sebagai Kunci Kinerja Organisasi Mahasiswa

Fiona Christabel
Mahasiswa Departemen Manajemen IPB University
Konten dari Pengguna
25 November 2022 13:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fiona Christabel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa sedang melakukan rapat organisasi. (Foto milik Fiona Christabel, 2021)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa sedang melakukan rapat organisasi. (Foto milik Fiona Christabel, 2021)
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak akibat pandemi adalah adanyaa pembatasan mobilisasi. Hal ini menjadi tantangan dan hambatan bagi seluruh negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Istilah work from home (WFH) semakin familier di kalangan masyarakat. Pembatasan interaksi sosial dalam dunia pekerjaan ini diambil sebagai langkah adaptif menghadapi pandemi. Tidak hanya sebatas pada kawasan kerja, tetapi budaya WFH juga hadir di dunia pendidikan khususnya universitas. Hal ini kemudian memengaruhi keseharian mahasiswa. Sebanyak 98% kampus di Indonesia telah melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) penuh pada kurun waktu 6 bulan sejak Covid-19 mulai menjangkit Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hadirnya pandemi memaksa dunia untuk mempercepat digitalisasi. Semua hal dilakukan secara daring melalui berbagai media digital. Menurut penelitian Ratnawati dan Utama pada tahun 2021, bagi sebagian mahasiswa, pembelajaran daring adalah hal yang sangat baru. Mahasiswa kesulitan dalam beradaptasi dengan rangkaian perkuliahan daring. Menurut survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada tahun 2020, sebanyak 92% mahasiswa merasa perkuliahan daring memberi banyak masalah. Berbagai kesulitan yang dihadapi mahasiswa di antaranya adalah permasalahan teknis seperti susah sinyal dan ketidaksiapan universitas dalam menyediakan fasilitas pembelajaran secara daring. Hal ini berkaitan dengan belum memadainya media dan layanan digital yang mampu menggantikan pembelajaran luring seperti sebelum pandemi.
Pelaksanaan kegiatan secara daring tidak hanya berlaku pada kegiatan pembelajaran, tetapi juga pada berbagai aktivitas mahasiswa di luar kelas lainnya. Pada kegiatan organisasi mahasiswa misalnya, semua rangkaian kegiatan dilakukan secara online. Mahasiswa kemudian memanfaatkan berbagai media digital sebagai sarana komunikasi dan kolaborasi. Meskipun dalam ruang dan waktu yang berbeda, mahasiswa tetap dapat berkarya dan bersinergi bersama. Namun, adaptasi ini tidak mudah untuk dilakukan. Berbagai penyesuaian harus dilakukan oleh mahasiswa. Tidak jarang mahasiswa akhirnya mengubah konsep program kerjanya, mengurangi berbagai rangkaian kegiatan yang biasanya selalu dilakukan, bahkan menunda pelaksanaan beberapa program kerja yang umumnya rutin dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
Dalam mengatasi hal ini, mahasiswa didorong untuk mampu berpikir inovatif dan kreatif. Dengan kontak fisik yang terbatas serta perbedaan latar belakang setiap mahasiswa, kondisi yang serba online menjadi tantangan. Tidak semua mahasiswa memiliki akses dan fasilitas yang memadai untuk dapat berinteraksi secara virtual. Hal ini kemudian memicu penurunan intensitas dan kualitas komunikasi antarmahasiswa dalam organisasi mahasiswa.
Komunikasi memiliki peran penting dalam menentukan tingkat kinerja suatu organisasi. Komunikasi dilakukan untuk menyampaikan pesan dan menjalin hubungan baik antarindividu, maupun dalam sebuah organisasi. Komunikasi yang buruk mengakibatkan kurangnya tingkat rasa kepemilikan (sense of belonging). Sense of belonging adalah pembentuk identitas dalam diri individu yang menjadi motivasi bagi seseorang untuk berpartisipasi dalam sebuah kelompok. Rasa kepemilikan akan menggerakkan seorang anggota organisasi untuk memiliki etos kerja yang tinggi, produktif, dan bekerja dengan kreatif dan profesional. Rasa kepemilikan ini merujuk pada rasa memiliki seseorang pada organisasi yang diikutinya sehingga ia merasa nyaman menjadi bagian dari organisasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, semenjak pandemi, orientasi kerja mahasiswa dalam organisasi mahasiswa cenderung berubah. Mahasiswa kini hanya fokus dalam menyelesaikan job desk-nya saja. Mahasiswa tidak mengambil peran lebih dalam melaksanakan tugasnya serta kurang memiliki sifat inisiatif. Hal ini disebabkan oleh komunikasi yang buruk. Akibat keterbatasan komunikasi, mahasiswa kurang mementingkan kualitas hubungan antaranggota. Komunikasi yang dilakukan hanya terbatas pada penyelesaian tugas saja sehingga mengakibatkan kurangnya rasa peduli pada organisasi.
Hal ini kemudian juga berdampak pada kurangnya sense of belonging dalam organisasi mahasiswa. Mahasiswa akan cenderung merasa terbebani dengan tugasnya. Jika seorang anggota organisasi hanya berfokus dalam menyelesaikan tugasnya saja, tugas itu akan diselesaikan secara terpaksa. Organisasi mahasiswa seharusnya menjadi wadah pengembangan diri mahasiswa. Namun, dengan kurangnya sense of belonging, kontribusi mahasiswa justru akan menurun yang seiring dengan penurunan kinerja organisasi mahasiswa. Hal ini selanjutnya berdampak pada minat mahasiswa yang semakin menurun untuk mengikuti organisasi mahasiswa. Mahasiswa merasa bahwa berorganisasi adalah suatu hal yang melelahkan, namun tidak memberikan manfaat yang setimbang bagi dirinya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, sense of belonging penting untuk ditingkatkan dalam sebuah organisasi. Jika tidak, eksistensi organisasi mahasiswa akan terus menurun. Mahasiswa harus dapat mengambil langkah inovatif dalam mengatasi permasalahan ini. Rasa kepemilikan seorang anggota organisasi dapat mulai dibangun dari proses seleksi. Dalam proses seleksi, pimpinan organisasi harus dapat memilih anggota dengan motivasi yang kuat. Selanjutnya, perlu dilaksanakan penyeimbangan work-life balance dan penjagaan kualitas komunikasi untuk menghindari rasa tertekan dalam diri anggotanya.
Tantangan kinerja saat ini pun semakin bertambah seiring dengan kondisi pandemi yang mulai pulih. Masa pemulihan ini berdampak pada mulainya masa transisi dari kegiatan daring menjadi luring secara bertahap. Mahasiswa yang sudah mulai nyaman dengan kegiatan serba daring kini harus beradaptasi dengan ketidakpastian yang tinggi. Namun, sense of belonging akan tetap relevan untuk menjadi kunci kinerja organisasi mahasiswa karena rasa inilah yang mendorong mahasiswa untuk berkontribusi aktif. Sense of belonging dalam organisasi mahasiswa perlu dikembangkan dan menjadi perhatian sehingga apa pun kendala yang dialami oleh suatu organisasi mahasiswa, kinerjanya akan tetap maksimal.
ADVERTISEMENT
Artikel ini ditulis berdasarkan studi literatur, opini, dan pengalaman pribadi penulis.
Referensi
Kurniasih, E., P. (2020). Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Penurunan Kesejahteraan Masyarakat Kota Pontianak. Prosiding Seminar Akademik Tahunan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 2020. 277-289. ISBN: 978-602-53460-5-7.
Liputan6.com. (2020, 18 Agustus). SMRC: 92 Persen Siswa Merasa Pembelajaran Daring Banyak Masalah. Diakses pada 27 September 2022 pada, https://www.liputan6.com/news/read/4333838/smrc-92-persen-siswa-merasa- pembelajaran-daring-banyak-masalah
Putri, M., N., & Suryanto. (2018). Hubungan antara Perilaku Altruisme dengan Partisipasi Sosial pada Anggota Karang Taruna dengan Rasa Kepemilikan Organisasi (Sense Of Belonging) sebagai Variabel Intervening. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial. 7:1- 12.
Ratnawati, E., & Aditya P., U. (2021). Kesulitan Mahasiswa dalam Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Edueksos. 10(1): 96-113.
ADVERTISEMENT