Indonesia dengan Potensi Besar Energi Surya: Sudah Maksimalkan?

Firdya Nadia Silmi
Currently a last year Engineering Physics student at Gadjah Mada University. Interested in the renewable energy field.
Konten dari Pengguna
25 Februari 2022 13:33 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firdya Nadia Silmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Global Horizontal Irradiation (Sumber: Globar Solar Atlas 2.0 dan Solargis)
zoom-in-whitePerbesar
Global Horizontal Irradiation (Sumber: Globar Solar Atlas 2.0 dan Solargis)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Matahari merupakan sumber kehidupan bagi seluruh umat manusia. Pancaran yang setiap hari kita nikmati adalah salah satu anugerah luar biasa pemberian Tuhan. Sebagai pusat tata surya, matahari menyimpan sumber energi surya terbesar yang tidak akan habis masanya. Namun, sumber energi tersebut tentunya tidak serta merta dapat digunakan secara langsung, mengingat perannya sebagai sumber energi primer yang harus ditransformasikan menggunakan teknologi agar dapat digunakan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Salah satu teknologi yang berperan dalam mengkonversi energi surya ke dalam energi listrik sebagai energi yang praktis digunakan sehari-hari adalah sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berbasis fotovoltaik. PLTS berbasis fotovoltaik adalah pembangkit listrik yang digunakan untuk mengubah energi surya menjadi energi listrik menggunakan modul fotovoltaik. Fotovoltaik atau yang biasa kita kenal sebagai panel surya merupakan teknologi yang muncul sejak tahun 1941. Panel surya yang umum ditemukan di pasaran memiliki bahan dasar Crystalline silicon.
Energi surya memang tengah digadang-gadang menjadi primadona masa depan energi dunia. Peralihan energi fosil menuju Energi Baru Terbarukan (EBT) khususnya energi surya terasa santer terdengar di seluruh dunia. Komitmen negara dari segala penjuru dunia untuk beralih ke energi bersih bukan hanya sekadar wacana. Terbukti di tahun 2019, International Renewable Energy Agency (IRENA) mencatat China memimpin pemanfaatan energi surya dengan kapasitas pemasangan sebesar 263 GW, disusul Amerika Serikat dengan 62 GW dan Jepang sebesar 61 GW. Ketika negara-negara dunia berlomba mengembangkan pemanfaatan energi surya, apa kabar dengan Indonesia?
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis, di mana paparan sinar matahari sangat besar sepanjang tahunnya. Selain itu, letak geografis Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa membuat negara kita memiliki keuntungan dalam hal potensi energi surya. Dikutip dari Bauran Energi Nasional 2020, potensi rata-rata energi matahari Indonesia dapat mencapai 4,8 kWh/m2/hari. Dalam sebuah diskusi kelas Program Kampus Merdeka “Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya” (Kamis, 17/02/2022), Ariana Soemanto selaku Koordinator Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memaparkan potensi energi baru terbarukan energi surya berdasarkan update tahun 2022 mencapai 400 GW. Bahkan, potensi energi surya menjadi yang terbesar dibanding sumber energi lain.
Dari potensi tersebut, energi surya diharapkan dapat menjadi salah satu penunjang kebutuhan energi di Indonesia. Namun, siapa sangka jika pemanfaatan energi surya di Indonesia masih sedikit? Dikutip dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia masih merealisasikan sebesar 195,4 MW di tahun 2021. Melihat angka tersebut, dapat disimpulakan bahwa realisasi kapasitas terpasang PLTS di Indonesia bahkan belum menyentuh angka 1%.
ADVERTISEMENT
Menengok perkembangan di Asia Tenggara, Vietnam justru memperoleh angka yang lebih baik dari Indonesia dalam hal pemanfaatan potensi surya. Memiliki luas wilayah yang tidak sebesar Indonesia, pemanfaatan potensi surya di Vietnam dapat mencapai 5,9 Twh. Bahkan, di akhir tahun 2020, Vietnam mampu menginstal PLTS sebesar 16,5 GW. Sebagai sesama negara berkembang di Asia Tenggara, Vietnam dinilai mampu memanfaatkan potensi suryanya lebih baik dari Indonesia.
Sementara itu di wilayah Asia, China mendominasi pasar PLTS. Bahkan tak tanggung-tanggung, China menjadi negara dengan kapasitas terbesar instalasi PLTS sekaligus menjadi penguasa pasar produksi photovoltaics (PV) terbesar di dunia. Dari total 115 GW kapasitas PV yang terpasang di dunia pada tahun 2019, China menyumbang presentase 71%, disusul Malaysia dan Korea sebear 6% dan United States serta Jepang di angka 3%. Sampai saat ini, China menjadi pemain terdepan dalam pengembangan PLTS. Didukung kebijakan pemerintahnya, China juga tidak ragu menaruh modal besar dalam pengembangan PLTS.
ADVERTISEMENT
Melihat dari sisi positifnya, potensi energi surya yang kini dikembangkan melalui PLTS ternyata sudah cukup aplikatif. Dalam skala kecil, di Kabupaten Cilacap tepatnya di Desa Kalijaran telah dikembangkan POTOTANI (Pompa Air Terintegrasi Photovoltaic untuk Pertanian). Sistem PLTS ini dimanfaatkan utamanya untuk mendukung sektor pertanian di Desa Kalijaran dalam hal irigasi lahan sawah. Teknologi pompa air yang terintegrasi PV ini terdiri dari beberapa komponen seperti modul PV 100 Wp, power storage, dan pompa DC Submersible. Alat ini diaplikasikan pada menara tendon air dengan kapasitas 520 liter yang setinggi 5 meter dan dapat digunakan untuk area persawahan seluas 25 hektar.
Contoh lain pemanfaatan teknologi fotovoltaik yang tidak menggunakan lahan darat dikembangkan oleh Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan melalui “Bungin Mobile Floating PV” di tahun 2017. Pemanfaatan PV secara sederhana ini hanya memanfaatkan dua buah modul PV yang diletakkan diatas tumpukan gentong sebagai floater di perairan. Sistem sederhana ini sangat mudah digunakan karena floater dapat bergerak di perairan untuk memberikan suplai listrik di suatu tempat. Beliau juga mengembangkan fasilitas PLTS terapung dengan membuat “Bifacial Floating Solar PV” pertama di Indonesia pada tahun 2019. Teknologi bifacial ini membuat kedua sisi panel surya mampu menyerap sinar matahari. Sisi pertama menyerap sinar matahari secara langsung, sementara sisi satunya menyerap sinar matahari dari pantulan air. Dengan teknologi tersebut, solar panel tembus sinar matahari. Sinar yang menembus tersebut dipantulkan air dan diserap kembali oleh panel.
ADVERTISEMENT
Dengan tantangan yang datang silih berganti, Indonesia diharapkan tetap mampu melakukan transisi energi dari energi fosil menuju EBT. Pemanfaatan PLTS harus terus digencarkan, mengingat potensi surya adalah potensi terbesar yang kita punya. Tidak ada yang salah jika kita mulai belajar dari pola pengembangan PLTS dari negara lain. Namun dari semua itu, perubahan ini tidak akan terwujud juga apabila tidak dimulai dari peran kecil dari seluruh stakeholder.