Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah John Lennon Sang Penista Agama dan George Harrison Sang Spritualis
14 Mei 2017 7:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Firdza Radiany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tersebutlah empat pemuda Merseyside, Liverpool, yang merubah tatanan musik dunia, musik yang konon hampir saja membunuh musik jazz.
ADVERTISEMENT
Semua orang akan suka John Lennon, si visioner. Si dominan intelektual nomor satu.
Semua orang akan suka juga Paul McCartney, si tampan jenius. Si dominan nomor dua.
Kebanyakan orang tidak memfavoritkan Ringo Starr, karena dia 'hanya' Ringo Starr.
Mari kita sejenak mendalami sang Beatle yang kalem, pendiam dan paling spritual. The most underrated guitarist on earth, George Harrison.
George Harrison, memang agak terlambat mekar dibanding Lennon dan McCartney. Saat ego inisiatif Lennon dan McCartney beradu dalam menentukan arah The Beatles, Harrison memperburuknya dengan mulai matang dalam berkarya. Sehingga band Inggris ini seperti memiliki tiga kepala dan satu perusuh band bernama Yoko Ono. Seperti yang sudah terjadi, band legendaris ini lalu bubar.
ADVERTISEMENT
--
Sebelum bicara spritualitas George Harrison, mari kita lihat cara John Lennon dan Paul McCartney dalam memandang agama. Walaupun dalam hal keagamaan, keempat personel The Beatles pada dasarnya adalah Kristiani.
John Lennon pernah membuat gempar dunia dengan berkata bahwa The Beatles lebih populer daripada Yesus.
Yang menarik adalah publik Inggris sama sekali tidak bereaksi walaupun terjadi penurunan jumlah kunjungan ibadah ke gereja pasca ucapan kontroversialnya.
ADVERTISEMENT
Justru publik Amerika, Spanyol, Meksiko, bahkan Vatikan yang marah dan meradang karena menganggap John Lennon menistakan, mencampuri, dan mengejek sebuah keyakinan suci nan sakral bernama agama. Demo juga terjadi di Amerika seperti pembakaran benda-benda terkait The Beatles (foto, poster, piringan hitam, dll). The Beatles mulai ditolak konser saat melakukan tur. Namun, The Beatles membalasnya dengan kesuksesan sebagai band studio dalam album terbesar dan tersukses mereka yaitu Sgt. Pepper Lonely Hearts Club Band.
Atas kontroversi tersebut John Lennon berujar menambahkan bahwa "Televisi juga lebih populer daripada Yesus" dan ditutup dengan "Saya akan meminta maaf jika ini membuat kalian bahagia".
Dasar John Lennon, pada akhirnya dia yang terang-terangan menolak semua bentuk kepercayaan karena lirik "I just believe in me" dalam God, lagu yang dia tulis sebelum meninggal.
ADVERTISEMENT
Paul McCartney sendiri lebih bermain aman dalam hal agama, paling banter dia mencantumkan dalam lirik lagu Let It Be, yaitu:
When I find myself in time of trouble
Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom
Let it be
--
Lain John Lennon, lain George Harrison. Dalam pencarian hidupnya dan pencarian kebahagiaannya, ia pergi ke India menemukan Hinduism sebagai cara menjalani hidup dan berkata bahwa jalan ini membuatnya tenang, bahagia, tidak terbatas, namun di satu sisi George Harrison merasa terkendali juga. Sejak itu George Harrison merasa bisa berkreasi tanpa narkoba dan menjadi vegetarian.
Karya George Harrison di The Beatles tidak sebanyak John Lennon dan Paul McCartney, seperti Something, Here Comes The Sun, atau juga Inner Light yang sangat India. Setelah The Beatles bubar, pada 1970, George merilis album berjudul All Things Must Pass. Di album ini terdapat tembang berjudul My Sweet Lord yang merupakan rekaman pertama eks anggota The Beatles yang berhasil menduduki puncak tangga lagu.
ADVERTISEMENT
Pada lagu My Sweet Lord George menampakkan keinginannya untuk lebih cepat kenal dan dekat kepada sosok Tuhan, pada lirik :
I really want to see you..
Really want to be with you..
Really want to see you Lord..
But it takes so long, my Lord..
George Harrison bernyanyi Hallelujah dan juga pada saat lagu berakhir George Harrison memuji Hare Krishna, Brahma, Vishnu, dan Shiva (Maheswara).
Melalui lagu My Sweet Lord, George Harrison ingin menunjukkan bahwa puji-pujian di dalam Kristen dan Hindu cukup sama adanya. Bahwa semua agama itu baik, semua agama memberikan kedamaian puji-pujian yang sama ke Tuhan Yang Maha Esa.
Semua keyakinan itu baik. Keyakinan itu macam-macam, bisa berupa keyakinan terhadap agama, keyakinan terhadap kejujuran, keyakinan terhadap kebaikan, keyakinan terhadap perubahan, dll.
ADVERTISEMENT
Semua keyakinan itu seharusnya bisa saling duduk bersama dalam satu domain perjamuan di meja makan yang hangat.
P.S.: Lagu 'My Sweet Lord' ini pada medio 2017 muncul lagi dalam OST Guardians of the Galaxy Vol. 2 - secara apik melatari perjuangan lintas galaksi sang Star Lord mencari jati diri hidup.
oleh @firdzaradiany