Review Debat Pilkada DKI 2017 Edisi III : Menjual Product Bundle dalam Politik.

Konten dari Pengguna
11 Februari 2017 11:17 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firdza Radiany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Debat Pilgub DKI ketiga (Foto: Aditia Noviansyah)
Debat Pilkada DKI 2017 Edisi III berlangsung klimaks. Berkaca pada debat edisi I dan II, setiap paslon semakin memoles skill debat dan bahan-bahan yang disiapkan untuk bertanya ataupun ketika diserang. Ibarat pertandingan sepakbola, debat edisi III ini sudah memasuki menit ke 75, mau tidak mau setiap paslon harus menyerang agresif untuk mencetak gol, sebelum pertandingan berkakhir atau masuk ke fase perpanjangan waktu. Sebenarnya di debat edisi III ini tidak ada sesuatu yang baru. Seperti pengulangan di edisi-edisi sebelumnya. Memang klimaks dari sisi saling serang-menyerang, namun agak membosankan dari sisi content pemikiran.
ADVERTISEMENT
Setelah tulisan saya sebelumnya mengenai Review Debat Edisi I dan Review Debat Edisi II, yang membahas Brand Strategy dan Differentiation Strategy, kali ini saya akan mengulas setiap paslon dari sisi Product Bundling & Sales Strategy.
Pilkada, Pilpres atau sebuah Election itu menjadi contoh yang menarik bagi sebuah perusahaan dalam menaklukkan pasar. Uniknya seperti lomba, ada aturannya, lomba antar perusahaan ini hanya berjalan dalam waktu 4 bulan saja dan harus menjual (selling) dua produk yang dijadikan satu (product bundle).
Khusus contoh Pilkada DKI 2017 ini, setiap perusahaan adalah masing-masing parpol koalisi pendukung masing-masing paslon. Sedangkan produk adalah paslon. Menarik kan? Perusahaan menjual "produk" dalam bentuk "dua manusia yang di-bundle", dijual ke customer sesama "manusia" juga.
ADVERTISEMENT
Lebih menarik lagi, customer sesama "manusia" ini adalah customer yang sangat fanatik, terbawa perasaan, saling menyerang dan seolah-olah setelah Pilkada ini selesai, tidak ada kehidupan "perikemanusiaan" setelahnya.
Sangat menarik bukan ? Justru rasa "kemanusiaan" antar manusia di Jakarta lah yang sedang diuji.
--
Dari sisi Product Management, ada empat jenis kategori produk yang bisa diciptakan (dipilih dalam hal Pilkada) sebelum diluncurkan ke customer yaitu:
a. Produk Potensial, memiliki potensi besar untuk pertumbuhan dengan investasi yang memadai
b. Produk Inisial, memiliki potensi untuk tumbuh meski belum pasti
c. Produk Esensial, produk utama (unggulan) yang dikemas sehingga menjadi customer tertarik
d. Produk Eksistensial, produk basic yang harus dimiliki (mandatory) karena dibutuhkan konsumen.
ADVERTISEMENT
Lalu setiap perusahaan kenapa harus melakukan Product Bundling ? Karena ada prognosa kenaikan revenue dalam jumlah masif jika ada dua produk digabungkan dan dijual satu paket, dengan harga yang lebih kompetitif. Dan tentu saja berdasarkan riset, selalu ada kecendurangan dalam jumlah besar para customer membeli dua produk tsb secara sendiri-sendiri. Contohnya coba tengok jenis paket yang ditawarkan di restoran cepat saji.
Mari kita bahas satu persatu "Product Bundle" dalam masing-masing Paslon.
1. Agus & Sylvi.
Agus-Sylvi sedang berdiskusi pada debat ke 3. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Perusahaan yang meluncurkan "Product Bundle" nomor 1 ini pasti bingung. Karena CEO perusahaan ini adalah pendiri dan pemilik perusahaan. Paslon 1 ini benar-benar mengejawantahkan konsep makanan cepat saji. Seperti mengambil makanan beku bernama "Good Will", cita rasa Internasional, diambil dari lemari es, digoreng panas dengan minyak dan lalu disajikan. Tapi tidak bergizi.
ADVERTISEMENT
Agus adalah Produk Potensial. Agus memang potensial, tapi tidak sekarang, sepuluh tahun lagi mungkin. Butuh investasi besar jika cepat-cepat diluncurkan. Tapi jangan khawatir CEO perusahaan mendukung dana promosi dalam jumlah besar.
Sylvi? Saya tidak menemukan Sylvi ada di dalam empat jenis kategori produk diatas. Bahkan tidak jenis Produk Inisial, produk yang yang memiliki potensi tumbuh tapi belum pasti. Sylvi ini seperti sedotan minuman di restoran cepat saji. Tidak dijual, tapi customer boleh ambil sepuas-puasnya. Sedotan itu bukan produk.
Agus dan Sylvi jika digabungkan adalah seperti produk minuman bersoda rasa buah naga dengan sedotan, yang berfungsi tentu saja untuk menyedot minuman.
Kaitannya pada Debat Edisi III, apa yang diucapkan oleh Paslon 1 ini memnag benar-benar crunchy dan cheesy seperti makanan fast food. Tidak bergizi. Namun enak rasanya, banyak dibeli masyarakat dan disukai masyarakat. Apalagi biasanya restoran cepat saji menyediakan "hadiah" berupa mainan kepada pembelinya.
Fakta terkait pernyataan Agus. (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
2. Ahok dan Djarot.
Ahok-Djarot tiba di lokasi debat cagub DKI ke 3. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
CEO yang meluncurkan Paslon 2 ini sebenarnya tidak punya strategi atau malah punya strategi ? Karena baik dalam diri Ahok dan Djarot, keduanya merupakan tipe Produk Eksistensial, yaitu produk mandatory yang pasti disukai banyak customer. Kenapa mandatory ? Karena dalam Pilkada, produk yang laku dijual adalah produk basic, yaitu produk yang bisa bekerja. Pekerja.
ADVERTISEMENT
Perusahaan yang mengusung product bundle ini terkenal denga jargon "parpol yang membela rakyat". Seperti Rumah Makan Padang. Disukai kalangan bawah dan disukai kalangan atas juga. Kemanapun masyarakat indonesia pergi melancong di domestik atau inernasional, niscaya jika melihat Rumah Makan Padang, masyarakat tidak akan berfikir dua kali lagi. Yang pasti-pasti saja katanya.
Ahok ini seperti rendang. Semua suka. Karena rendang sudah teruji enaknya sejak dulu. Namun beberapa orang tidak suka karena pedasnya dan kalau salah memasak rendang bisa "keras". Rendang bisa bikin kolesterol juga. Bikin pusing seluruh badan dan "nggeliyeng". Persis seperti Ahok.
Djarot seperti ayam pop. Empuk. Tidak berlebihan rasanya. Siapa yang tidak suka ayam? Apalagi ayam pop.
Saat Debat Edisi III apa yang diucapkan Ahok dan Djarot ini seperti anda sedang kelaparan lalu disuguhkan nasi dengan rendang dan ayam pop dicampur bumbu juga sayur ala rumah makan padang.
Pernyataan Ahok soal trayek TransJakarta. (Foto: Frans Mateus Situmorang/kumparan)
3. Anies & Sandiaga.
Paslon No.Urut 3 Anies-Sandi. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
CEO perusahaan yang meluncurkan Paslon 3 mencoba menggabungkan kedua jenis Produk Esensial (produk utama, unggulan) yang dikemas sehingga customer tertarik dalam diri Anies dan Sandiaga.
ADVERTISEMENT
Jika Paslon 1 adalah masakan cepat saji, Paslon 2 adalah masakan rumah makan Padang, maka Paslon 3 adalah makanan yang dijual di Food Festival.
Anies dan Sandiaga seperti makanan jenis lama yang dikemas menjadi menarik. Seperti jagung tusuk yang digoreng lalu berbumbu balado atau keju pedas. Atau seperti empek crispy berisi mushroom yang dicocol dengan bumbu rasa mie instan.
Pada Debat Edisi III, Paslon 3 juga seperti tahu bulat. Enak, renyah juga luhur karena tahu makanan dasar Indonesia. Kadang-kadang pedas. Disukai kalangan bawah. Tapi tidak disukai kalangan menengah karena makanan tahu bulat ini dianggap tidak bisa dirasionalkan kesehataannya.
Fakta terkait pernyataan Anies. (Foto: Frans Mateus/kumparan)
---
Kesimpulannya, dalam adu product bundle yang saya analogikan di industri retil makanan adalah setiap masakan yang ditawarkan secara jenis sudah berbeda. Customer melihat itu dengan jelas.
ADVERTISEMENT
Hal krusial setelah create product bundle adalah bagaimana menjualnya, ada berapa outlet, berapa biaya promosi. Yang paling penting adalah seberapa hebat "salesman" di setiap parpol pengusung. "Salesman" ini ada dalam diri kader partai, yang merupakan mesin politik (juga kanal politik) paling penting.
Hal menarik lainnya adalah bagaimana lucunya misal para penggemar "fast food", penggemar "makanan padang" dan penggemar "tahu bulat" saling berargumen fanatik buta, saling membenci dan saling memaki.
Ini masalah "selera" dan "kecocokan" saja. Memilih makanan termasuk hak asasi manusia. Pilihlah, makan dan kenyang. Jangan terlalu dibawa perasaan sehingga banyak yang judgemental memandan sebelah mata para penyuka jenis makanan lain.
Hidup tetap berjalan bukan sebagai manusia setelah Pilkada ini ? Jangan lupa makan ya hari ini! Pilih makanan cepat saji, masakan padang atau makanan pasar festival?
ADVERTISEMENT