Syukur Kunci Kebahagiaan

Ilustrasi perempatan jalan lalu lintas. Sumber: Unsplash-Visual Karsa

Terangnya sinar rembulan malam itu terlihat di atas langit perempatan jalan lalu lintas. Seorang anak laki-laki berumur sekitar delapan tahun, berpenampilan lusuh, dengan wajah yang lelah dan kusam, memetikkan ukulele menggunakan tangan mungilnya sambil bernyanyi mendekati kendaraan kami.

“Kasihan sekali kamu. Hari sudah malam, tapi kamu masih harus ngamen di jalan. Entah siapa yang menyuruhmu melakukan itu,” tuturku dalam hati. Tanpa pikir panjang Ayahku pun langsung merogoh kocek dan memberikan selembar uang kertas kepadanya.

Anak itu pun pergi meninggalkan kendaraan kami dan berjalan ke kendaraan lain satu persatu. Beberapa pengendara lain yang mengangkat tangan dan menggelengkan kepalanya terlihat tidak bersedia memberikan uang kepadamu.

Melihat kejadian tadi, mengingatkanku kembali untuk harus tetap bersyukur betapa beruntungnya aku hidup selama ini. Mendapatkan kasih sayang, kebebasan, pendidikan tinggi, fisik sempurna, tempat tinggal nyaman, dan tidak harus memikirkan uang dari mana yang harus aku dapatkan untuk menjalani kehidupanku sehari-hari.

Memiliki keinginan seperti orang lain pernah terlintas di benakku “Kok enak banget ya jadi dia, kayanya gampang banget dapetin keinginannya. Kok orang tuanya sayang banget ya, selalu perhatian, apa-apa diturutin,” pikirku.

Sungguh aku sangat berdosa Tuhan. Aku sangat tidak bersyukur. Padahal, jika aku selalu bersyukur, pasti tidak akan merasa kekurangan, karena hidup seseorang memiliki jalan dan takdirnya masing-masing. Semua yang terjadi sudah tercatat bahkan jauh sebelum aku terlahir.

Sepahit-pahitnya hidup kita, segagal-gagalnya hidup kita, seberat-beratnya hidup kita, pasti ada yang lebih lagi dari apa yang kita rasakan di luar sana. Sedikit apa pun nikmat yang telah kita dapatkan jangan lupa untuk bersyukur, karena dengan bersyukur kita akan mendapatkan kecukupan dan kebahagiaan.