Manajemen Resolusi Konflik Dinamika Kekuasaan dan Demokrasi China dan Taiwan

Firko Arian Hidayat
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Mulawarman
Konten dari Pengguna
8 April 2024 13:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firko Arian Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi Manajemen Resolusi Konflik Dinamika Kekuasaan dan Demokrasi China dan Taiwan. Sumber: Unsplash/ kemalbas
Kekuasaan dan demokrasi seringkali membentuk fondasi yang kompleks dalam hubungan internasional, dan interaksi antara negara-negara sering kali mencerminkan perdebatan yang hangat tentang nilai-nilai ini. Salah satu contoh yang menonjol adalah hubungan antara China dan Taiwan, yang menyoroti konflik yang berakar pada pertentangan antara kekuasaan dan aspirasi demokratis.
ADVERTISEMENT
China, dengan populasi yang besar dan kekuatan ekonomi yang berkembang pesat, telah memainkan peran sentral dalam panggung global. Namun, dalam konteks politik, pemerintahan China dikenal dengan otoritarianisme yang ketat, di mana kekuasaan terpusat dalam tangan Partai Komunis Tiongkok (PKT). Pemerintah China telah secara konsisten menegaskan klaimnya terhadap Taiwan, menganggapnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari wilayahnya.
Di sisi lain, Taiwan telah mengadopsi sistem politik yang jauh lebih demokratis. Sejak transisi dari rezim otoriter menjadi demokrasi pada awal 1990-an, Taiwan telah membangun institusi-institusi demokratis yang kuat, termasuk pemilihan umum dan kebebasan berbicara. Pada saat yang sama, Taiwan mempertahankan klaimnya atas kedaulatannya sebagai negara yang terpisah dari China, yang telah menghasilkan ketegangan yang berkelanjutan antara kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
Konflik antara China dan Taiwan mencerminkan pertentangan antara dominasi kekuasaan dan aspirasi demokratis. China terus menekankan pada pengakuan internasional atas klaimnya terhadap Taiwan, sedangkan Taiwan, dengan identitas demokratisnya yang kuat, terus memperjuangkan kedaulatannya sebagai negara yang terpisah. Ketegangan antara kedua belah pihak telah menciptakan dinamika yang rumit dalam hubungan bilateral mereka, dengan risiko eskalasi yang serius.
Dalam menghadapi tantangan ini, manajemen resolusi konflik menjadi kunci. Diplomasi yang bijaksana dan dialog terbuka harus didorong oleh kedua belah pihak untuk mencari solusi damai yang menghormati kepentingan dan aspirasi masing-masing. Organisasi internasional juga dapat memainkan peran penting dalam memfasilitasi proses penyelesaian yang adil dan berkelanjutan.
Hubungan antara China dan Taiwan menggambarkan dinamika yang rumit antara kekuasaan dan demokrasi dalam hubungan internasional. Meskipun perbedaan dalam sistem politik dan pandangan kedaulatan tetap menjadi sumber konflik, kebutuhan akan manajemen konflik yang efektif dan diplomasi yang bijaksana menjadi semakin mendesak. Dengan demikian, penyelesaian yang damai dan berkelanjutan harus menjadi prioritas bagi kedua belah pihak untuk mencapai stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Timur.
ADVERTISEMENT