Konten dari Pengguna

Mengubah Budaya Catcalling: Pendekatan Psikologi untuk Meningkatkan kesadaran

Firyal arlia kamilah
Mahasiswa Program Studi Psikologi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta
15 Desember 2024 16:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firyal arlia kamilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Catcalling, fenomena yang sering dianggap sepele, sebenarnya catcalling itu bentuk pelecehan seksual verbal yang merugikan banyak orang, terutama perempuan. Di Indonesia, catcalling sering kali dianggap sebagai hal lumrah, bahkan kadang dipandang sebagai bentuk pujian atau candaan. Namun, tindakan ini membawa dampak psikologis yang serius bagi korban loh, seperti rasa tidak nyaman, kehilangan kepercayaan diri, dan bahkan trauma.
Gambar oleh Keira Burton dari Pexels:https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-dengan-kemeja-leher-kru-biru-dan-jaket-abu-abu-6147114/
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh Keira Burton dari Pexels:https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-dengan-kemeja-leher-kru-biru-dan-jaket-abu-abu-6147114/
Menurut Hidayat dan Setyanto (2020), catcalling adalah fenomena yang nyata dan dapat diamati secara langsung. Tindakan ini umumnya dilakukan oleh sekelompok orang, dengan pelaku yang kebanyakan adalah laki-laki dan korban biasanya perempuan. Namun, tidak menutup kemungkinan peran tersebut terbalik, di mana laki-laki menjadi korban dan perempuan bertindak sebagai pelaku.
ADVERTISEMENT
Efek psikologis yang sering dialami oleh korban catcalling:
1. Stres dan Kecemasan
Catcalling dapat memicu peningkatan stres dan kecemasan pada korban, terutama karena perasaan tidak aman dan terancam saat berada di tempat umum. Hal ini menyebabkan korban sering kali merasa waspada ketika berhadapan dengan sekelompok laki-laki. Dalam jangka panjang, kecemasan tersebut berpotensi berkembang menjadi gangguan kecemasan sosial, yang membuat individu takut untuk berinteraksi dengan orang lain atau berada di tempat yang ramai.
2. Gangguan Mental
Catcalling dapat berdampak pada gangguan mental yang lebih parah, seperti depresi, merasa tidak punya harga diri, jijik pada diri sendiri, tidak berharga, dan menilai rendah pada anggota tubuh (Magdalene.co, 2017). Korban sering kali merasa sulit untuk menemukan rasa aman dan nyaman dalam menjalani keseharian. Hal ini dapat merusak mental mereka secara keseluruhan, sehingga membuat mereka merasa terisolasi dan kehilangan rasa nilai diri.
ADVERTISEMENT
3. Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD)
Pada situasi yang lebih serius, korban catcalling dapat mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Pelecehan verbal yang terjadi secara berulang dan sangat mengintimidasi dapat menyebabkan trauma mendalam. Akibatnya, korban sulit untuk melupakan pengalaman tersebut dan terus dihantui oleh ingatan akan `kejadian itu. Gejala PTSD yang dapat dialami meliputi kilas balik, mimpi buruk, atau reaksi emosional yang berlebihan ketika dihadapkan dengan situasi yang mengingatkan pada pengalaman traumatis.
4. Menurunkan Kepercayaan Diri
Catcalling menciptakan pengalaman yang membuat korban merasa terancam dan tidak dihormati. Keadaan ini mempengaruhi rasa percaya diri mereka, baik dalam berinteraksi dengan orang lain maupun dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Korban mungkin mulai merasa ragu untuk berbicara, tampil di depan umum, atau sekadar berjalan di tempat ramai karena khawatir akan mengalami hal serupa.
ADVERTISEMENT
cara menyadarkan pelaku catcalling
Bila teman teman mengalami hal tersebut, maka teman teman tidak usah merasa takut, tunjukkanlah rasa ketidaknyamanan kalian dan beranikan diri untuk menegur si pelaku dengan tegas. selain itu kalian juga bisa menanggapi pelaku dengan humor atau sarkasme, contohnya dengan mengatakan "Apa kamu pikir itu menarik? Coba ulangi lagi!". Biasanya pelaku langsung merasa bersalah dan menyadarkan kelakuannya yang tidak pantas.