Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tabayyun, Upaya Preventif di Era Post Truth
7 Februari 2024 19:13 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Firli Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan kemudahan dalam mengakses berbagai infiormasi. kemudahan ini bukan hanya mendatangkan kemaslahatan bagi umat manusia namun membawa kemadharatan. Dari puluhan bahkan ratusan informasi yang kita terima setiap hari, Mungkin hanya beberapa saja yang sempat kita baca dan cermati. Dari informasi-informasi tersebut banyak yang mengandung manfaat tapi tidak sedikit yang berupa kebohongan (hoax), fitnah, adu domba dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Hal negatif bisa terjadi karena sikap tidak tanggung jawab dengan menyebar informasi yang tidak benar, hoaks¸ fitnah, ujaran kebencian, dan hal terlarang lainnya yang menyebabkan disharmoni sosial.
Hal ini bisa jadi karena kesengajaan ataupun karena ketidaktahuan, yang akhirnya bisa menimbulkan kerusakan di tengah masyarakat. Malah saat ini, banyak juga pihak yang menjadikan konten media digital yang berisi hal negatif untuk memperoleh simpati sampai mencari keuntungan politik serta ekonomi.
Terlebih pada momen menjelang tahun politik 2024 kita dihadapkan pada banyak informasi yang berseliweran yang tidak jelas kebenarannya. Dan bahkan menjelek-jelekkan tokoh-tokoh tertentu. Semua tokoh dijelekkan oleh kelompok yang berseberangan dengannya.
Terkadang, bahkan sering informasi yang sampai ke kita akan memunculkan rasa tidak senang, rasa benci dan rasa permusuhan kepada orang lain. Hal ini dapat memecah belah umat. Kalau umat sudah berpecah belah, anak bangsa saling membenci satu sama lain dan bermusuhan maka energi akan habis untuk keperluan itu.
ADVERTISEMENT
Umat dan bangsa akan menjadi lemah. Jika lemah maka akan sangat susah untuk membangun peradaban dan pembangunan. Ditambah sebagian besar masyarakat Indonesia sangat mudah percaya jika terdapat informasi atau berita yang belum diketahui kebenarannya.
Media sosial seharusnya menjadi sarana untuk mempererat persaudaraan (ukhuwah), baik persaudaraan ke-Islaman (ukhuwah Islamiyyah), persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyyah), maupun persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyyah).
Kita harus sadar, informasi di media sosial memiliki kemungkinan benar dan juga kemungkinan salah. Informasi yang baik di media sosial juga belum tentu benar, benar belum tentu bermanfaat, bermanfaat belum tentu cocok untuk disampaikan ke ranah publik dan tidak semua informasi yang benar itu boleh dan pantas disebar ke ranah publik.
Kunci dalam menghadapi banjir informasi yang terjadi di era digital saat ini adalah Tabayun (meneliti/klarifikasi) dan menjadi solusi kontekstual dan faktual dalam menghadapi dunia yang selalu diwarnai dengan modernisasi. Melalui tabayyun dapat mengetahui keaslian dan kebenaran dari informasi yang sudah tersebar. Selain itu bisa mencegah terjadinya perpecahan di Indonesia melalui proses tabayyun. Dalam konteks ini tabayyun sebagai urgensi penting selain metode untuk menemukan kebenaran juga sebagai tindakan preventif untuk menguatkan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sementara dalam Islam, perintah untuk melakukan tabayyun mengenai informasi yang didapat tertulis dalam Q.S al-Hujurat (49):6 “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Secara eksplisit, ayat di atas mengharuskan kita melakukan tabayyun terlebih teliti ketika menerima informasi dan pencarian bukti-bukti yang terkait dengan informasi yang beredar. firman Allah di atas ternyata masih sangat relevan dengan kondisi hari ini. Kandungan ayat tersebut secara langsung memberikan perintah kepada umat manusia untuk meneliti atau memeriksa kembali terkait berita yang disebarkan oleh siapapun.
Jangan sampai sebuah informasi palsu berdampak fatal bagi sebagian pihak, sehingga ada pihak yang dirugikan karena informasi tersebut tidak sesuai dengan fakta. Segala informasi baik maupun negatif tidak boleh langsung disebarkan sebelum diverifikasi dan dilakukan proses tabayun serta dipastikan kemanfaatannya. Tabayun meliputi memastikan sumbernya terpercaya atau tidak, isi dan maksud beritanya baik atau tidak, dan juga harus memastikan konteks tempat dan waktu serta latar belakang saat informasi tersebut disampaikan.
ADVERTISEMENT
Penyaringan berita atau informasi sangat membutuhkan orang lain sebagai pihak yang dikonfirmasi. Tidak semua pihak bisa dijadikan verifikasi dari berita melainkan harus memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sebab tingkat kebenaran tidak bisa ditetapkan berdasarkan banyaknya individu yang mengedarkan informasinya.
Tabayyun juga merupakan peringatan, jangan sampai ummat melakukan tindakan yang menimbulkan dosa dan penyesalan akibat keputusan yang tidak didahului dengan tabayyun yang bisa mencelakakan dan merugikan orang lain. Selain itu, tabayyun dalam kehidupan sosial menjadi sangat penting dalam ihwal mencegah hal-hal yang dapat merenggangkan sendi-sendi persatuan dan kerukunan.
Keharusan dalam melakukan tabayyun memberikan dampak yang baik dalam mengambil suatu informasi yang berseliweran baik di media sosial atau di dalam sumber lainnya, diantaranya: Mendapatkan informasi yang valid dan terpercaya, terhindar dari penyampaian berita dan informasi yang salah, tidak terjadi kerugian sebagai akibat kesalahan informasi.
ADVERTISEMENT
Aktualisasi tabayyun di kalangan masyarakat amat rendah, terlebih budaya membaca dan berpikir kritis yang lemah turut memperparah lemahnya kemauan dan kemampuan tabayyun. Sebagaian besar masyarakat Indonesia cenderung memilih menjadi penerima informasi atau berita tanpa melalui penyaringan atau proses tabayyun. Maka, pentingnya menerapkan tabayyun memberikan manfaat bagi kita agar dapat meminimalisir kesalahpahaman, tidak saling menuduh, mencegah permusuhan, dan menciptakan kerukunan antar perbedaan.