Krisis Oksigen di Tengah Lonjakan Kasus COVID-19

Firman
Akademisi dan Peneliti PUSAD UMSurabaya
Konten dari Pengguna
25 Juli 2021 13:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar Ini diambil pada saat saya antri mengisi oksigen di Surabaya
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Ini diambil pada saat saya antri mengisi oksigen di Surabaya
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belakangan ini seiring dengan terus meningkatnya, jumlah pasien terkonfirmasi positif COVID-19, mengakibatkan over capacity di berbagai fasilitas layanan kesehatan, baik rumah sakit, maupun Puskesmas dan layanan kesehatan lainnya.
ADVERTISEMENT
Persoalan lain yang terjadi, dan belakangan semakin mencemaskan adalah terjadinya kelangkaan oksigen, bahkan termasuk tabung oksigen dan regulator, menjadi barang langka dan sulit dicari di toko-toko alat kesehatan. Walaupun masih ada di platform jualan online, namun dengan harga yang melambung, naik berkali lipat.
Kondisi tersebut tentu menjadi kondisi emergensy, sebab di tengah meningkatnya kasus COVID-19, tidak sedikit pasien terlantar, di lorong teras Rumah Sakit, dan bahkan terpaksa harus dirawat di rumah, lantaran tidak mendapatkan tempat tidur untuk perawatan di Rumah Sakit.
Sesak nafas merupakan salah satu gejala, yang banyak dialami oleh mereka yang terinfeksi COVID-19, jika tidak mendapat pertolongan secara cepat dan tepat, tentu dapat berakibat vatal yang mengancam jiwa mereka. Oleh karena itu pertolongan yang dibutuhkan adalah, dibantu dengan pemberian oksigen.
ADVERTISEMENT
Permasalahannya sekarang adalah, ketersediaan oksigen yang akan diberikan kepada mereka, saat ini betul-betul sangat sulit, tak jarang kita harus keliling dan mengantri berjam-jam, di tempat penjualan pengisian oksigen, iya syukur-syukur bila stok masih ada, yang naas ketika persediaan sudah habis.
PPKM Rawan Kecurangan dan Kejahatan
Pemberlakukan PPKM, di beberapa tempat, mendapat pertentangan dari masyarakat, hal ini karena masyarakat merasa tidak punya pilihan, lantaran aktivitas masyarakat untuk bekerja dan membuka usaha terhambat akibat pembatasan yang dilakukan pemerintah, agar tidak terjadi penambahan kasus COVID-19.
Namun menjadi dilema, ketika pemerintah tidak memberikan jaminan kepada mereka, sementara aktivitas masyarakat untuk bekerja dan membuka usaha, dibatasi. Akibatnya di situasi yang sulit ini, wajar masyarakat masih melanggar, karena tidak mendapat kepastian, kebutuhan hidup mereka, dijamin atau tidak.
ADVERTISEMENT
Sehingga di sinilah masalah yang lain, juga timbul, daya beli masyarakat menurun, disparitas social juga makin jelas, walapun belakangan solidaritas antara masyarakat makin menguat, beberapa gerakan aksi social misalnya; tetangga menolong tetangga, solidaritas melawan COVID-19 dan bersama kita kuat.
Namun kondisi saat ini, bukan tidak mungkin dimanfaatkan oleh oknum tertentu, untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya, baik dengan cara melakukan penimbunan, maupun dengan menaikkan harga, bahan-bahan kebutuhan orang banyak, lebih-lebih di bidang kesehatan,
Oksigen dan tabung oksigen, keduanya menjadi barang paling rawan, oleh praktek-praktek kecurangan dan kejahatan. Kita tahu belakangan alat kesehatan tersebut, banyak dibutuhkan baik di Rumah Sakit maupun bagi pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah.
Ilustrasi tabung oksigen. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Krisis Oksigen Ko Bisa?
ADVERTISEMENT
Terjadinya kelangkaan mulai dari tabung oksigen hingga kesulitan mencari tempat pengisian oksigen, terjadi di beberapa tempat, temasuk di Surabaya. Saya yang kebetulan, sedang melakukan aksi solidaritas, memberikan bantuan untuk warga dan nakes yang sedang isoman berupa paket, beras, susu, vitamin, masker, dan madu.
Bantuan lainnya, kami juga memberikan pinjaman tabung oksigen, sekaligus membantu pengisian ulang oksigen, namun yang sering jadi soal adalah, kesulitan mencari tempat pengisian oksigen, dan informasi yang sering kami dapatkan, persediaan sudah habis, tapi saya heran saja, kehabisan oksigen ko bisa.
Selain itu, tabung oksigen dan regulator juga sulit, mencari di mana-mana, adanya penjualan di alkes online, namun persediaan terbatas dan harus pre-order terlebih dahulu 2-3 hari, tentu dengan harga yang tidak murah, yaitu antara 4-4,8 juta perunit, lengkap dengan regulatornya.
ADVERTISEMENT
Saya tidak bisa bayangkan, jika kondisi ini terus berlangsung lebih lama, harus berapa jiwa orang lagi, yang harus meninggal begitu saja, lantaran tidak mendapat bantuan oksigen. Namun sangat bersyukur sekali, Pemerintah Jawa Timur, merespons kondisi krisis oksigen, dengan membuka layanan bantuan pengisian oksigen secara gratis.
Upaya menyelesaikan masalah krisis oksigen ini, harus ditangani bersama-sama, baik oleh pemerintah, pabrik oksigen dan tabung oksigen serta alat kesehatan lainnya, untuk memastikan produksi dan distribusi, tertata dengan baik, sehingga tidak ada pihak yang mengambil keuntungan, di situasi seperti ini.
Kemudian perlu melakukan penertiban, pada para pembuka usaha isi ulang oksigen dan alat kesehatan termasuk juga obat-obatan, agar tidak melakukan kecurangan dan penimbunan, sehingga tidak sampai terjadi kelangkaan, dan harga menjadi stabil dan terjangkau.
ADVERTISEMENT