Konten dari Pengguna

Literasi Digital: Tameng Penting dari Ancaman Deepfake di Era Digital

Firmansyah Dwi Ardianto
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga
23 November 2024 16:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firmansyah Dwi Ardianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Pada era di mana teknologi semakin maju, deepfake muncul sebagai salah satu inovasi yang cukup kontroversial. Dikutip dari laman Britannica, Deepfake adalah teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dapat memanipulasi video, gambar, dan audio dengan hasil yang sangat realistis. Teknologi ini menggunakan teknik deep learning, khususnya model Generative Adversial Networks (GAN), untuk mempelajari pola wajah, suara, dan gerakan seseorang. Meski awalnya dikembangkan dengan tujuan seni dan hiburan, deepfake kini berubah menjadi suatu alat berbahaya yang mengancam.
ADVERTISEMENT
Deepfake pertama kali muncul pada tahun 2017 oleh seorang pengguna anonim di platform media sosial Reddit mengunggah algoritma yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk membuat video palsu yang realistis. Teknologi ini terus berkembang hingga menjadi sebuah ancaman serius pada masyarakat. Chakhoyan (2018) menjelaskan, video lebih menarik banyak orang dan bahaya hoax berkali-kali lipat lebih tinggi.
Potensi Bahaya Deepfake
Dokumentasi pribadi
Deepfake menjadi ancaman serius dalam era digital karena penggunaannya sering kali bersifat manipulatif dan berbahaya. Kini Deepfake banyak digunakan dengan tujuan tidak etis, seperti pencemaran nama baik, penyebaran berita palsu, dan penipuan berbasis suara maupun video. Kasus seperti pernyataan perang atau transfer dana perusahaan dapat dengan mudah terjadi dengan adanya Deepfake. Semua ini bisa mempengaruhi publik yang tidak memiliki pemahaman kritis akan dengan mudah mempercayainya.
ADVERTISEMENT
Peran Literasi Digital dalam Menghadapi Deepfake
Di tengah derasnya arus informasi, masyarakat berhadapan dengan tantangan baru seperti mengenali konten mana yang asli dan apa yang palsu. Masyarakat yang awalnya berfokus pada kemampuan mengakses dan memahami informasi, kini harus berkembang untuk melibatkan kemampuan mendeteksi manipulasi digital.
Sayangnya masih ada hambatan besar untuk mencegah penyebaran berita palsu melalui deepfake. Pertama, masih banyak orang yang tidak paham apa itu deepfake. Mereka mungkin pernah mendengar istilahnya, tetapi tidak memahami bagaimana teknologi ini bekerja serta bahaya yang mengikutinya. Kedua, semakin berkembangnya teknologi membuat deepfake semakin realistis yang bahkan para ahli terkadang kesulitan membedakan konten palsu dan asli.
Untuk menghadapi ancaman yang ditimbulkan deepfake, perlu untuk meningkatkan literasi digital pada berbagai level masyarakat. Beberapa langkah yang bisa diambil meliputi:
ADVERTISEMENT
1. Pendidikan dan kesadaran publik
Pendidikan formal maupun informal perlu melibatkan literasi digital. Masyarakat perlu diajarkan untuk mengenali tanda-tanda manipulasi digital, seperti pergerakan wajah yang tidak wajar atau sinkronisasi audio yang tidak pas.
2. Kritis terhadap konten digital
Masyarakat perlu dihimbau untuk tidak langsung percaya pada informasi yang mereka terima di internet, terutama yang kontroversial atau memancing emosi. Verifikasi sumber dan konteks menjadi langkah penting sebelum menyebarkan informasi.
3. Regulasi yang tegas
Pemerintah perlu merancang regulasi tegas yang dapat menghukum penyalahgunaan deepfake, sekaligus melindungi korban. Regulasi ini juga harus memastikan perusahaan teknologi bertanggung jawab atas produk yang mereka kembangkan.
Deepfake adalah bukti nyata bahwa kemajuan teknologi tidak selalu datang tanpa resiko. Di satu sisi, teknologi menawarkan potensi kreatif yang luar biasa. Namun di sisi lain, deepfake juga menjadi ancaman besar bagi kepercyaan masyarakat terhadap konten digital di internet.
ADVERTISEMENT
Literasi digital adalah kunci untuk melindungi diri dari ancaman ini. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang teknologi dan pengembangan keterampilan kritis, masyarakat dapat menjadi lebih peka talam menghadapi manipulasi digital. Karena di dunia yang semakin terbuka, kepercayaan harus dibangun dengan kehati-hatian, dan literasi digital adalah fondasi utama.
Referensi:
Chakhoyan, A. (2018, November 16). Deep fakes could threaten democracy. What are they and what can be done? World Economic Forum.