Geologi Kompleks Gunungapi Ijen: Dari Australia hingga ke Tanah Jawa

Firman Sauqi
Peneliti Independen Gunungapi Raung, Jawa Timur
Konten dari Pengguna
31 Maret 2021 11:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firman Sauqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Keberadaan Fragmen Benua Australia (Gondwana) yang Secara Geologi Terdapat di Bawah Komplek Gunungapi Ijen

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap Gunungapi memiliki karakteristik geologi berdasarkan kondisi tektonik dan aktivitas vulkanisme yang unik. Gunungapi pada kondisi tektonik tertentu akan menghasilkan vulkanisme yang berbeda dengan gunungapi lainnya. Bisa diibaratkan seperti saat kita sekolah dulu, karakter kita akan mencerminkan di mana kita ditempa (misalkan sekolah atau rumah) dan karakter kita akan berbeda dengan teman kita yang lain yang berbeda sekolah. Artinya, kondisi tektonik (sebagai rumah) akan menentukan karakter vulkanisme dari suatu gunungapi. Kondisi tektonik yang dimaksud di sini adalah lempeng yang berada di bawah gunungapi dan menjadi pondasi atau jangkar agar suatu gunungapi dapat tumbuh di suatu tempat. Kemudian pertanyaannya, bagaimana kita bisa mengetahui jenis lempeng yang notabene lokasinya berada jauh di bawah gunungapinya.
Gunung Rante, Gunung Pendil, Gunung Raung, dan Gunung Suket di Komplek Gunungapi Ijen (Dokumentasi Pribadi)
Salah satu cara yang oleh banyak peneliti geologi lakukan adalah analisis geokimia. Analisis ini dilakukan dengan cara mengkarakterisasi komposisi kimia batuan hasil erupsi gunungapi yang harapannya dapat mencerminkan asal-usul pembentukannya. Analoginya seperti saat ada kasus anak yang tertukar, untuk mengetahui orang tua kandungnya, kita menggunakan tes DNA, karena data yang didapatkan dari tes tersebut akan menunjukkan asal-usul genetika dari setiap manusia secara akurat. Sama dengan gunungapi, apabila kita mendapatkan data geokimianya dan kita tes (DNA) maka akan dapat terlihat siapa “orang tua kandungnya” atau di mana (lempeng) tempat gunungapi tersebut dilahirkan.
ADVERTISEMENT
Komplek Gunungapi Ijen termasuk dalam zona gunungapi Kuarter di Jawa (van Bemmelen, 1949). Menurut van Bemmelen (1949) Komplek Gunungapi ini tumbuh di atas batuan granitik yang menjadi bagian dari zona pegunungan selatan. Hal ini kemudian dikonfirmasi oleh Smyth dkk. (2007) yang mengajukan keberadaan batuan granitik dari Gondwana sebagai penyusun kerak bertipe kontinen di bawah pegunungan selatan jawa dan menerus hingga Sulawesi Selatan. Pembelokkan menuju Sulawesi ini tepat melewati bawah Komplek Gunungapi Ijen, yang mengindikasikan bahwa Komplek Gunungapi Ijen berada di atas kerak bumi bertipe kontinen. Keberadaan fragmen Gondwana ini juga diperkirakan menerus hingga pegunungan selatan di Jawa bagian barat (Abdurrachman dan Yamamoto, 2012). Komplek Gunungapi Ijen, secara tektonik merupakan tipe kontinen aktif (Siddiq, 2015 dan Sabila, 2018). Hal ini mengindikasikan bahwa Kompleks Gunugapi Ijen tumbuh di atas kerak yang sama. Analisis geokimia oleh Sabila (2018) menunjukkan bahwa Komplek Gunungapi Ijen secara tektonik merupakan tepi kontinen aktif pada subduksi Lempeng Indo-Australia terhadap fragmen kerak kontinen yang diperkirakan berasal dari Gondwana. Hal ini telah mengkonfirmasi keberadaan kerak yang bertipe kontinen dari Gondwana sebagai “pondasi” dari Komplek Gunungapi Ijen.
Fragmen Gondwana yang berada di bawah Komplek Gunungapi Ijen
Fragmen Gondwana yang dimaksud dari penelitian-penelitian tersebut adalah pecahan bagian barat dari Benua Australia yang kemudian “berjalan” ke baratlaut hingga sampai ke Tanah Jawa. Salah satu “bagian” dari Australia tersebut berada tepat di bawah Komplek Gunungapi Ijen. Karakteristiknya sebagai lempeng benua yaitu memiliki dimensi yang cukup tebal (25-35 km) dengan komposisi utama silika dan alumina. Ketebalan dan komposisi tersebut bukan hanya angka dan kata namun pasti berdampak langsung terhadap karakteristik vulkanisme di Komplek Gunungapi Ijen. Kerak yang tebal memberikan ruang yang cukub besar untuk membentuk dapur magma. Alhasil dapur magma di bawah Komplek Gunungapi Ijen terbilang cukup besar, yang dibuktikan dengan adanya kaldera (dimensi kaldera menggambarkan ukuran dari dapur magma) yang terbentuk akibat erupsi super-eksplosif. Komposisi silika alumina juga memengaruhi kondisi magma yang menjadi lebih “kental” dan memberikan potensi erupsi yang eksplosif.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hal tersebut, bisa kita bayangkan bahwa tempat kelahiran Komplek Gunungapi Ijen ternyata berasal dari tempat yang jauh di selatan yang kemudian “berwisata” ke rumahnya saat ini di Jawa.
Referensi:
Abdurrachman, M. dan Yamamoto, M. (2012): Geochemical variation of Quaternary volcanic rocks in Papandayan area, West Java , Indonesia: A role of crustal component, The 12th Regional Congress on Geology, Mineral and Energy Resources of Southeast Asia (GEOSEA 2010), 40-57.
Sabila, F. S. N. (2018): Vulkanostratigrafi dan petrogenesis Gunung Raung dan sekitarnya, Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, Skripsi, Institut Teknologi Bandung.
Siddiq, F. (2015): Volkanostratigrafi dan petrogenesa Gunung Ijen dan sekitarnya, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Skripsi, Institut Teknologi Bandung.
ADVERTISEMENT
Smyth, H.R., Hamilton, P.J., Hall, R., and Kinny, P.D. (2007): The deep crust beneath island arcs: Inherited zircons reveal a Gondwana continental fragment beneath East Java, Indonesia, Earth and Planetary Sciences Letters, 258, 269-282.
van Bemmelen, R. W. (1949): The Geology of Indonesia, The Hague, Govt.