Seribu Gumuk Kota Jember: Jejak Salah Satu Longsoran Gunungapi Terbesar di Dunia

Firman Sauqi
Peneliti Independen Gunungapi Raung, Jawa Timur
Konten dari Pengguna
24 Maret 2021 13:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firman Sauqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jember Kota Seribu Gumuk. Foto dari Desa Kalisat, Jember (Dokumentasi Pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Jember Kota Seribu Gumuk. Foto dari Desa Kalisat, Jember (Dokumentasi Pribadi).
ADVERTISEMENT
Perjalanan ke timur Pulau Jawa tidak lengkap rasanya apabila tidak mengujungi salah satu kawasan pertanian dan perkebunan terbesar di Jawa, yaitu Kabupaten Jember.
ADVERTISEMENT
Selain terkenal akan budaya pandhalungan (budaya asimilasi Jawa-Madura), ladang tembakau, serta oleh-oleh suwar-suwirnya, Jember juga terkenal sebagai kota seribu gumuk yang memang mencerminkan kondisi bentangalamnya yang berbukit-bukit.
Gumuk-gumuk di Jember dapat dijumpai dari bagian utara hingga di pusat Kota Jember. Gumuk-gumuk tersebut memiliki tinggi kurang lebih 50-100 meter, diameter 100-200 meter, dan tersebar merata dengan jarak antargumuk kurang lebih 1-3 km. Seperti julukannya, diperkirakan memang terdapat lebih dari 1.000 gumuk yang terhampar di seluruh Jember. Bentang alam yang unik ini tentunya terbentuk oleh proses yang tidak biasa dan pasti berkaitan dengan fenomena alam spektakuler, yang hanya dapat dijumpai di Jember.
Jajaran gumuk-gumuk di Jember. Foto diambil dari Desa Kalisat, Jember (Dokumentasi Pribadi).
Hampir semua tempat indah di dunia terbentuk melalui proses yang tidak sederhana, atau bahkan melalui proses yang merusak atau destruktif. Ungkapan 'habis gelap terbitlah terang' atau dalam ungkapan Jawa “sawise udan suryo srengenge” tercermin dari gumuk-gumuk di Jember. Percaya atau tidak, bentang alam indah gumuk-gumuk Jember terbentuk melalui proses bahaya geologi yang luar biasa, yaitu longsoran raksasa yang berasal dari lereng gunungapi (Volcanic Debris Avalanches).
ADVERTISEMENT
Endapan Volcanic Debris Avalanches biasanya tersusun oleh puing-puing vulkanik besar, sering kali volumenya lebih dari satu kilometer kubik, menciptakan jejak longsoran berbentuk amfiteater. Endapan ini akan menghasilkan geomorfologi bergelombang dengan banyak bukit-bukit kecil yang ukurannya semakin membesar mendekati puncak gunungapinya atau mengecil menjauhi sumbernya.
Bukit-bukit tersebut yang dalam kata lain disebut sebagi gumuk, secara ilmu geologi biasa disebut sebagai hillocks. Apabila diamati, hillocks tersebut tersusun oleh fragmen-fragmen pecahan lava, piroklastik, dan lahar yang bercampur menjadi satu yang menandakan materialnya berasal dari bagian tubuh gunungapi. Berdasarkan pola dan distribusinya, gumuk-gumuk atau hillocks di Jember berasal dari longsoran tubuh bagian barat Gunung Gadung (gunungapi tua di barat Gunung Raung).
Hal ini dibuktikan dengan adanya bentuk gawir bekas longsoran di lereng barat Gunung Gadung sepanjang kurang lebih 10 km. Berdasarkan hal tersebut, gumuk-gumuk di Jember diperkirakan berasal dari material yang dulunya berada di lereng barat Gunung Gadung yang kemudian mengalami longsor dan bergerak hingga menutupi Kota Jember.
Sumber debris avalanches atau gumuk-gumuk di Jember yaitu G. Gadung dengan arah aliran ke barat. (Sumber: Google Maps).
Model penampang geomorfologi longsoran G. Gadung (Siebert, 2002).
Endapan gumuk-gumuk atau hillocks di Jember merupakan fenomena geologi yang cukup langka dan cukup penting di dunia. Hillocks ini merupakan salah satu yang terpanjang, terluas, dan terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Gumuk terjauh yang dijumpai berada di daerah Kecamatan Jenggawah dan Ambulu yang posisinya berada lebih dari 60 km dari pusat erupsi Gunung Gadung. Jarak ini lebih jauh apabila dibandingkan dengan endapan hillocks di Gunung St. Hellens (40 km), Galunggung (30 km), Gunung Bandai (10 km).
Bisa kita bayangkan bagaimana cara memindahkan blok batuan berupa gumuk dengan massa lebih dari 1 ton sejauh itu apabila tidak menggunakan energi yang sangat besar. Prosesnya diperkirakan bukan hanya sebatas longsoran biasa, namun juga ada indikasi tambahan gaya dari erupsi samping dan aliran banjir bandang, sehingga mampu memindahkan material dengan jarak yang lebih jauh dari biasanya. Lalu pertanyaannya, kapan longsoran raksasa tersebut terjadi? Tentunya sebelum peradaban manusia tinggal di Jember, karena Gunung Gadung aktif kurang lebih 100.000-40.000 tahun yang lalu, jauh sebelum Gunung Raung yang sekarang aktif. Fenomena luar biasa ini sekarang menjadi ikon bentang alam di Jember sebagai kota seribu gumuk.
Sebaran gumuk di Jember (Seibert, 2002)
Singkapan batuan yang terdiri dari pecahan lava dan piroklastik. Foto diambil dari Desa Gumuksari, Jember (Dokumentasi Pribadi).
Keberadaan fenomena geologi yang luar biasa, yang saat ini membentang mewarnai Kota Jember, yaitu gumuk-gumuk atau hillocks tersebut merupakan pesan tersirat dari alam, bahwa sesuatu yang indah bermula dari proses yang sulit dan berbahaya.
ADVERTISEMENT
Namun, kini kondisinya cukup memprihatinkan karena telah banyak gumuk-gumuk yang berubah geomorfologinya menjadi dataran akibat perubahan fungsi lahan. Warisan geologi yang cukup berharga ini semestinya harus kita jaga, karena fungsinya sangat penting bagi keseimbangan alam yang ada di Jember.
Fungsi paling krusial yaitu gumuk sebagai daerah resapan air dan penghalang arus angin alami yang menghembus di sepanjang lembah Argopuro-Raung melewati Kota Jember. Apabila gumuk-gumuk ini hilang, kemungkinan besar akan terjadi angin besar yang dapat menghantam Kota Jember.
Fungsi lainnya gumuk adalah sebagai tempat tinggal fauna seperti burung, serangga, dan lainnya serta vegetasi yang tumbuh menyelimuti gumuk, sehingga gumuk bisa berfungsi sebagai bagian dari konservasi ekosistem alam.
Fungsi lain dan paling penting adalah gumuk sebagai media edukasi yang telah diwariskan oleh alam, sehingga kita bisa mengajarkan fenomena geologi tingkat dunia yang luar biasa tersebut kepada anak cucu kita di masa yang akan datang serta menjadi pusat riset studi endapan Volcanic Debris Avalanches tingkat dunia.
Bentangalam gumuk yang dilewati jalur kereta api. Foto diambil dari Stasiun Kereta Api Kalisat, Jember (Dokumentasi Pribadi).

Referensi:

Siebert, L. 2002. "Landslide resulting from structural failure of volcanoes". Reviews in Engineering Geology. Geological Society of America.
ADVERTISEMENT