Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Patrialis, Emirsyah, dan Impian Berakhir Baik
27 Januari 2017 7:59 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
Tulisan dari Firsan Nova tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kemarin ( 26/1/17), publik dikejutkan dengan penangkapan Patrialis Akbar, mantan Menteri Hukum dan HAM RI.
ADVERTISEMENT
Beberapa hari sebelumnya Emirsyah Satar, mantan CEO yang berjasa membawa Garuda, maskapai kebanggan Indonesia, masuk ke jajaran penerbangan elit sedunia, juga diduga menerima suap Rolls Royce.
Sejarah diisi oleh perbuatan orang-orang. Sebagian mengisinya dengan perbuatan baik sebagian dengan buruk. Sebagian lainnya mengisinya dengan kebaikan dan keburukan silih berganti.
Seperti russian roulette. Mereka akan dikenang pada titik di mana dadu kehidupan mereka berhenti.
Roh Tae Woo, mantan Presiden Korea Selatan dan Mao Zedong, Pemimpin Revolusi Cina, di awal kekuasaannya menggunakan tangan besi, namun di akhir episode kekuasaannya turun dengan pujian.
Indonesia sempat memiliki seorang presiden yang memulai sejarah Indonesia dengan puja-puji, namun dadu kehidupannya sebagai penguasa berakhir dengan demonstrasi besar seluruh rakyat pada tahun 1998. Maka begitulah ia dikenang.
ADVERTISEMENT
2016. Seorang petinggi partai, anggota DPR yang terhormat, meninggal dunia di dalam tahanan KPK. Maka begitulah ia dikenang. Seorang hakim mahkamah konstitusi, dengan karir bersinar, terlibat korupsi. Ia dihukum penjara seumur hidup.
Maka begitulah ia dikenang.
Tergilas kejayaan
Sejarah menulis mereka yang tergilas oleh kekuasaannya sendiri dengan tinta hitam. Mereka yang tak cakap membawa diri, tergoda melintas batas karena punya kuasa. Kekuasaan memang seringkali menggoda untuk melakukan hal-hal tak seharusnya.
Mantan Presiden Filipina, Joseph Estrada pernah mengatakan:
Sejarah Indonesia membuktikannya. Sebagaimana diutarakan presiden Joko Widodo, jumlah pejabat Indonesia yang masuk penjara ada 9 menteri, 19 gubernur, 300 lebih bupati/walikota.
ADVERTISEMENT
Ada 2 gubernur Bank Indonesia. Ini belum termasuk pejabat lain seperti mantan ketua DPRD anggota DPRD ataupun pejabat lain di tingkatnya. Kalau dijadikan satu mungkin penuh juga itu penjara.
Luar biasa.
Pada akhirnya, kekuasan memiliki dua sisi mata uang ia bisa begitu bermanfaat dan dalam waktu yang sama ia bisa mengubah orang baik menjadi buruk. Sebagaimana yang pernah dikatakan Abraham Lincoln:
Ironi
Dalam setiap peristiwa selalu muncul ironi. Dan Ironisnya, beberapa tokoh yang tersesat, awalnya adalah seorang yang penuh prestasi. Sebuah siklus hidup yang tragis. Bermula dari orang biasa, berjuang untuk mendapatkan kejayaan, dan terguling oleh kejayaan yang tadinya dibela.
ADVERTISEMENT
Mereka yang saat ini mendekam di penjara KPK adalah contoh siklus tragis itu.
Maka konsep khusnul khatimah, berakhir baik, adalah lebih penting daripada berawal baik namun berakhir buruk. Akhir hidup yang semua orang inginkan, termasuk Patrialis Akbar dan Emirsyah Satar.
Live Update