Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Sukmawati tak memiliki sensitifitas
6 April 2018 6:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Firsan Nova tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sukmawati akhirnya meminta maaf mengenai puisi 'Ibu Indonesia' yang menyinggung perasaan umat Islam. Berurai air mata menjelaskan ia tak bermaksud melukai hati umat Islam. Saat press release Sukmawati menjelaskan bahwa puisinya ditulis atas dasar keresahan pribadinya melihat situasi saat ini. Keresahan yang kemudian justru meresahkan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Miskin Sensitifitas
Pakar krisis komunikasi Universitas Darma Persada, Firsan Nova menjelaskan bahwa penting untuk memiliki sensitifitas sebelum melempar isu ke publik. Setiap tokoh harus memiliki sense of crisis termasuk kemampuan mengantisipasi reaksi publik.
Air mata dan penyesalan Sukmawati adalah wujud keterkejutan dan ketakmampuan Sukma mengantisipasi reaksi publik. Secara sederhana Sukma miskin sensitifitas yang kemudian menyeretnya pada air mata dan laporan polisi.
Komparasi ceroboh
Dalam puisinya Sukma membuat sebuah komparasi. Menurut Firsan, Membandingkan sesuatu yang sublim, yaitu ajaran agama dengan budaya buatan manusia adalah sangat ceroboh. Lebih lanjut Firsan menjelaskan “Perbandingan hanya bisa dibuat jika ia apple to apple. Setara. Tidak layak dan tidak relevan membandingkan Liga sepak bola Indonesia dengan Liga Champion Eropa. Apalagi membandingkan Adzan dengan kidung. Hijab dengan konde. Ceroboh dan menunjukkan ketakcukupan wawasan terhadap materi pembicaraan”
ADVERTISEMENT
Sukmawati sudah terlanjur dilaporkan ke polisi. ‘Bola panas' kini berada di tangan kepolisian. Polisi sedang mendalami pelaporan ini. Meski begitu, ada kemungkinan kasus ini diselesaikan di luar persidangan.