Konten dari Pengguna

Keterlibatan Artificial Intelligence dalam Penulisan Sastra Digital

Firsta Marchania Rachman
Mahasiswa Semester 7 Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga.
25 November 2024 17:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firsta Marchania Rachman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi AI. Foto : Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi AI. Foto : Freepik.com
ADVERTISEMENT
Tidak bisa dipungkiri, Fenomena kemunculan Artificial Intelligence (AI) sudah tidak lagidapat dibendung. AI merupakan kecerdasan buatan dimana suatu sistem dapat berpikir layaknya manusia pada umumnya. John McCarthy, seorang ahli matematika asal Boston,Massachusetts, Amerika Serikat, merupakan tokoh dibalik terciptanya AI. Pada 1958, McCarthy berhasil melahirkan (LISP) atau bahasa pemrograman yang menjadi bahasa pemrograman tingkat tinggi tertua yang masih digunakan hingga saat ini, terutama dikenal karena kemampuannya yang kuat dalam penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan.
ADVERTISEMENT
Keberadaan AI terus berkembang pesat dan semakin mutakhir. Tidak kita sadari,kehadiran kecerdasan buatan ini perlahan telah mengubah aspek fundamental dalamkehidupan manusia. Dalam konteks sastra digital, kecerdasan buatan berpengaruh pada cara berfikir, bekerja, dan penciptaan suatu karya sastra. Muncul lah perdebatan khususnya dikalangan akademisi dan sastrawan akan keterlibatan AI dalam penulisan sastra digital. Sebagian berpendapat bahwa, AI dapat menjadi jembatan bagi para penulis untuk menciptakan karya baru yang kreatif dan inovatif. Di sisi lain, tidak sedikit yang beranggapan bahwa keterlibatan AI dalam penulisan karya khususnya sastra digital akan mengancam eksistensi penulis dalampenciptaan karya. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana peran AI dalam penulisan karya sastra digital, apakah berpotensi sebagai ajang kolaborasi atau malah sebaliknya?
ADVERTISEMENT
Teknologi dan Sastra Digital
Era digitalisasi mempermudah pekerjaan manusia dengan adanya bantuan teknologi yangmenyebabkan segala aspek kehidupan menjadi serba digital. Pada aspek kesusastraan, digitalisasi mendorong terciptanya sebuah genre baru dalam karya sastra yang kerap disebut sebagai sastra digital atau sastra elektronik. Sastra digital mengacu pada karya sastra yang dibuat dan dikonsumsi dalam bentuk digital dengan memanfaatkan teknologi sebagai medianya. Sastra digital memberikan sensasi membaca yang berbeda dari cara membaca konvensional, seperti penggunaan berbagai elemen multimedia serta kemudahan dalam mengakses kapan saja dan dimana saja. Selain mendorong terciptanya sastra digital dan memberikan warna baru dalam ekosistem kesusastraan, teknologi juga memudahkan pembaca dalam ikut berperan aktif dalam penulisan karya sastra melalui interaksi seperti like,comment, retweet, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Dalam penulisan sastra digital, AI dapat berkontribusi dalam mengoreksi tata bahasa hingga menciptakan sebuah karya sastra baru seperti puisi, cerita pendek, bahkan sebuah novel dalam berbagai gaya dan format. Salah satu model AI yang populer dikalangan masyarakat adalah ChatGPT. ChatGPT (Generative Pre-training Transformer), merupakan sebuah perangkat lunak yang memungkinkan pengguna mengajukan pertanyaan dalam bentuk chatbox. GPT bekerja dengan mempelajari teks yang terdapat di internet dalam jumlah yang besar, sehingga dapat menyajikan hasil penulisan yang serupa dengan hasil karya manusia.
AI Sebagai Alat
Adanya teknologi AI diibaratkan bak pisau bermata dua. Dalam dunia sastra, keberadaannya dapat dijadikan sebagai alat bagi penulis untuk menemukan ide-ide baru. Namun, jika digunakan secara tidak bertanggung jawab, AI akan menjadi suatu bumerang tersendiri. AI dapat membantu penulis dalam proses brainstorming, dimana keterlibatan AI akan berperan layaknya asisten pribadi yang dapat membantu penulis dalam memberikan saran bagaimana produksi karya sastra akan berjalan.
ADVERTISEMENT
Pada sastra digital, muncul genre baru yang dikenal dengan Alternate Universe (AU) yang berkembang pesat terutama di kalangan penggemar fiksi dan komunitas daring. AU merupakan cerita fiksi dengan menggunakan karakter populer dan menempatkannya dalam situasi yang berbeda dari aslinya. Biasanya, para penulis AU menggunakan bantuan kecerdasan buatan dalam pembuatan fake chat. AI akan membantu untuk membuat percakapan palsu antar karakter seolah-olah mereka sedang berbicara. Penulis cukup menentukan skenario dan karakter yang terlibat, secara otomatis AI akan merubahnya dalam format visual chat.
Kesimpulan
Sejatinya, menulis adalah suatu aktivitas yang sakral. Karya yang membekas bagi pembaca merupakan karya yang dibuat melalui proses yang kompleks dan mendalam. Dalam menulis, dibutuhkan keterampilan khusus dimana setiap penulis memiliki caranya masing-masing untuk bisa masuk ke dalam suatu cerita. Menulis bukan hanya sekedar media untuk berkomunikasi, tetapi juga sebagai refleksi spiritual dimana proses ini melibatkan emosi dan logika secara bersamaan. Hal inilah yang tidak dimiliki oleh AI, sehingga menjadikan penulis tidak akan bisa digantikan perannya. Gempuran era digitalisasi memang tidak lagi bisa kita bendung, namun kita memiliki kapabilitas untuk menjadikannya sebagai alat kolaborasi yang nantinya bisa melahirkan bentuk-bentuk sastra baru yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.
ADVERTISEMENT