Konten dari Pengguna

Pohon Kina: Solusi Herbal untuk Mengatasi Malaria

Firsta Ninda Rosadi
Dosen Universitas Andalas
19 September 2024 14:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firsta Ninda Rosadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pohon Kina (sumber: shutterstock.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pohon Kina (sumber: shutterstock.com)
ADVERTISEMENT
Pohon kina (Cinchona sp.) memiliki sejarah panjang sebagai tanaman obat, terutama dalam pengobatan malaria. Tanaman kina berasal dari hutan hujan tropis, wilayah pegunungan Andes di Peru dan Ekuador, Amerika Selatan. Asal usul pemanfaatan pohon kina sebagai obat berawal dari suku-suku asli di pegunungan Andes yang menggunakan kulit pohon kina untuk mengobati demam.
ADVERTISEMENT
Pohon ini kemudian dikenal dunia barat setelah masuknya para penjajah Spanyol di Amerika Selatan pada abad ke-17. Pada saat itu, obat dari kulit kina digunakan untuk menyembuhkan malaria, penyakit yang sangat mematikan di Eropa dan banyak wilayah lain pada zaman itu.
Nama "Kina" berasal dari kisah Countess of Chinchon, istri dari gubernur Peru, yang konon sembuh dari malaria setelah diobati dengan ekstrak kulit kina. Dari sinilah tanaman kina kemudian dinamai "Cinchona" dalam bahasa Latin.
Pohon kina dapat tumbuh dengan tinggi antara 5 hingga 17 meter. Batangnya berkayu, berbentuk bulat, dan berwarna cokelat kehijauan. Daunnya lonjong dengan ujung tumpul, berwarna hijau saat muda dan berubah kemerahan saat tua. Bunga pohon kina bersifat majemuk, berbentuk bintang, dan berwarna putih kekuningan. Buahnya berbentuk kotak, keras, dan berwarna cokelat muda.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, pohon kina kaya akan senyawa alkaloid seperti:
Dengan kandungan senyawa alkaloid yang beragam, pohon kina dimanfaatkan sebagai sumber utama obat antimalaria. Selain itu, pohon kina juga digunakan untuk mengobati masalah kram otot dan berbagai masalah kesehatan lainnya.
Ilustrasi Budidaya Tanaman Kina (sumber: shutterstock.com)
Di Indonesia, pohon kina pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada abad ke-19. Budidaya perkebunan kina mulai dilakukan di daerah Priangan, Lembang, dan sekitarnya yang memiliki ketinggian antara 1.000 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut. Indonesia kemudian menjadi salah satu produsen utama kina dunia, dengan perkebunan yang dikelola secara intensif oleh Belanda hingga pertengahan abad ke-20. Pada masa kejayaannya, perkebunan kina di Indonesia menghasilkan sebagian besar kebutuhan kuinina dunia, yang diekspor ke berbagai negara untuk pengobatan malaria. Hingga saat ini, perkebunan kina masih ada di beberapa wilayah Indonesia, meskipun tidak lagi menjadi komoditas utama seperti dulu.
ADVERTISEMENT