Konten dari Pengguna

Industri Film di Benua Afrika

Firyal Affaf Fitriansyah
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Mulawarman
17 November 2022 8:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firyal Affaf Fitriansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
FOTO: Firyal Affaf Fitriansyah
zoom-in-whitePerbesar
FOTO: Firyal Affaf Fitriansyah
ADVERTISEMENT
Film telah menjadi media yang lebih berpengaruh daripada media lainnya. Secara audiovisual, ini berfungsi dengan baik, sehingga tidak membosankan dan lebih mudah diingat untuk format minat pemirsa. Secara umum dikatakan bahwa unsur naratif adalah perlakuan terhadap materi dan unsur sinematik adalah cara penyajiannya.
ADVERTISEMENT
Film merupakan media elektronik tertua dibandingkan media lainnya. Film, khususnya, berhasil menampilkan gambar-gambar hidup yang seolah membawa realitas ke depan layar. Film telah diidentifikasi sebagai salah satu media yang benar-benar ada dalam kehidupan manusia yang luas dan beragam.
Film di Afrika adalah produksi film di Afrika. Bioskop berasal dari awal abad ke-20, ketika gulungan film adalah teknologi sinematografi utama yang digunakan. Industri film Nigeria adalah industri film terbesar di Afrika dalam hal nilai, jumlah film tahunan, pendapatan dan ketenaran. Industri film juga merupakan industri film nasional terbesar kedua dan ketiga di dunia , masing-masing berdasarkan jumlah film dan pendapatan per tahun.
Pada akhir abad ke-20, budaya film sangat kuat. Penduduk Nigeria banyak menonton film India, Cina, dan Amerika. Namun di abad ke-21, budaya film di Nigeria memang cukup laku di pasaran namun tidak terlalu sesuai dengan hasil yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, beberapa di antaranya pemutar video rumahan jauh lebih populer dan masalah keamanan juga.
ADVERTISEMENT
Industri film di Nigeria juga disebut Nollywood, Nollywood adalah industri film terbesar kedua di dunia, di bawah Bollywood tetapi di atas Hollywood. Antara 1997 dan 2000, Kurang lebih 1000 film yang sudah dibuat oleh Nollywood. Cerita yang diangkat
Film Nollywood beragam. Namun, sebagian besar filmnya membahas kejahatan, dilema moral, dan konflik agama.
Selain Nigeria, industri film di Afrika Selatan pun cukup maju, salah satu contoh filmnya yang terkenal adalah The Gods Must Be Crazy.
Film ini sangat sukses di Afrika sehingga pada tahun-tahun berikutnya ditayangkan di berbagai negara termasuk Indonesia.
Namun dibalik kesuksesan film itu, terdapat hal kelam di belakangnya, yang di mana aktor utama dari film tersebut, Nixao Toma hanya mendapatkan bayaran yang sangat sedikit, hanya sekitar 300 USD atau sekitar Rp4 Juta, padahal film yang dibintanginya meraih keuntungan yang sangat besar yaitu 200 Juta USD. Namun dibalik banyak kontroversi dan kritikan banyak orang, film ini mampu berjalan hingga 5 film.
ADVERTISEMENT
Seperti industri film pada umumnya, film-film di Afrika memiliki banyak masalah dan hambatan, contohnya seperti pembajakan, hal ini sangat merugikan industri film di Afrika karena pemasukkan yang harusnya bisa masuk ke rumah produksi malah masuk ke para pembajak. Pembajakan masih marak timbul karena perlindungan hak cipta terhadap suatu karya di Afrika masihlah rendah maka dari itu pembajakan masih mudah untuk dilakukan.
Selain film yang diproduksi oleh orang Afrikanya sendiri, banyak rumah produksi dari luar Afrika yang membuat film menggunakan unsur-unsur Afrika, bahkan membuat film tentang Afrika itu sendiri, contoh seperti perusahaan Metro Goldwyn Mayer Inc yang memproduksi film berjudul Hotel Rwanda yang menceritakan berdasarkan kisah nyata perang saudara di Rwanda pada tahun 1994, dan Warner Bros Picture memproduksi film Blood Diamond yang mengisahkan mengenai penyelundupan berlian di Sierra Leone.
ADVERTISEMENT
Bahkan rumah produksi seperti Disney dan Marvel menggunakan Afrika sebagai latar tempat dan latar belakang karakter utamanya, yaitu Black Panther.
Indonesia pun tidak mau kalah dalam melirik perfilman di Afrika, pada 2020 diadakan dialog virtual antara KBRI Pretoria dan KJRI capai Town yang menghadirkan para pegiat perfilman antara Indonesia dan Afrika Selatan untuk bekerja sama. Diharapkan dengan terjalinnya hubungan persahabatan jangka panjang antara Indonesia dan Afrika Selatan melalui kerja sama di bidang perfilman dapat dimanfaatkan untuk mendorong kerja sama dalam pengembangan industri perfilman di kedua negara ini.
Jadi bisa dibilang Afrika sangatlah menarik jika dilihat dari sudut pandang perfilman, dan Afrika masih sangat memiliki potensi untuk diangkat ke layar lebar pada masa mendatang, dan perfilman di Afrika harus bisa berbenah karena mereka memiliki banyak sumber daya untuk bisa diangkat ke layar lebar, dan bisa jadi melalui perfilman Afrika bisa meningkatkan perekonomiannya dan bisa membuat mata dunia berubah mengenai stereotip tentang Afrika agar masyarakat dunia mulai memperhatikan benua Afrika agar terjadi kesetaraan dan keadilan untuk Afrika.
ADVERTISEMENT