Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pandangan Mengingkari Janji dalam Islam dan Riset Ilmu Pengetahuan
14 Maret 2024 6:57 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Fisikella Julian Lera tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Emang janji itu apa? Kenapa tidak boleh diingkari? Kebanyakan dari beberapa orang, mudah banget mengucapkan janji, tapi untuk menepati janji nya susah banget.
ADVERTISEMENT
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk melakukan suatu hal (seperti memberi, menolong, bertemu, dan sebagainya). Sedangkan dalam Islam, janji adalah suatu akad. Yang artinya berupa ikatan yang selalu mengikat antara kedua belah pihak, baik yang mengucap janji maupun yang menerima janji. Kedua pemahaman tersebut memiliki makna yang sama, bahwa janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan dari orang yang mengucap janji kepada yang menerima janji.
Lalu apa yang harus dilakukan terhadap janji terserbut, menepati janji atau mengingkari? Sebagai makhluk social, manusia harus menepati janjinya, karena sebagai bukti bahwa dia telah bertanggung jawab dengan ucapannya, sebab jika dia mengingkari atau tidak memenuhi janji nya, maka ia termasuk orang yang munafik. Bahkan, dalam Islam pun dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah (5:1),
ADVERTISEMENT
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِۗ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.”
Maksud aqad dari ayat tersebut adalah aqad (perjanjian) mencakup : janji prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.
Seperti kisah Roger Federer, seorang atlet tenis dunia, yang menepati janji nya kepada anak laki-laki yang menggemari Roger Federer. Dalam konferensi pers, ada seorang anak laki-laki yang mengajukan sebuah pertanyaan untuk Roger Federer, anak itu bertanya “Apakah kau dapat bermain selama 8 atau 9 ahun ke depan agar aku bisa bermain denganmu saat aku sudah mahir?” Roger Federer pun tersenyum dan menyanggupinya, dan untuk memastikan, anak laki-laki itu bertanya kembali “Apakah itu sebuah janji?”, “Tentu saja, itu adalah sebuah janji”, jawab Roger Federer. Lalu 5 tahun kemudia, Roger Federer kembali menemui anak itu untuk bermain tenis bersamanya.
ADVERTISEMENT
Dalam studi kasus diatas, di mana seorang pengucap janji dapat menepati janjinya. Secara epistemologi, Roger Federer sudah mengetahui bahwa janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu, dan secara ontologi, Roger Federer sudah memahami apa yang harus ia lakukan terhadap janji itu, sehingga dalam aksiologi nya, Roger Federer menepati janji yang telah ia sanggupi kepada anak laki-laki itu. Karena menepati janji termasuk akhlak mulia yang harus dimiliki oleh semua orang, dan menjadi salah satu keistimewaan yang dimiliki manusia. Janji itu memang mudah diucapkan, tapi sulit dilakukan, tidak mudah untuk menepati janji, untuk itu manusia harus senantiasa membiasakan diri untuk menepati janji, mulai dari diri sendiri, dan dimulai dari waktu kecil.
ADVERTISEMENT
Dalam hal menepati janji pun, Rasulullah bersabda :
Artinya : Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah siapa yang paling baik menunaikan janji. (H.R Bukhari dan Abu Hurairah).
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk senantiasa menepati janji, karena Islam sangat menjunjung tinggi akhlak tersebut. Allah SWT sangat menekankan manusia untuk selalu memenuhi janji yang telah dibuatnya, baik janji kepada Allah SWT, diri sendiri, maupun janji kepada orang lain.
Jika sebelumnya kita sudah menganalisa kasus orang yang menepati janji, maka sekarang kita menganalisa kasus orang yang tidak menepati janji nya. Pada saat jam pelajaran di kelas, Dina ingin mengajak Dita makan di kantin pada saaat jam istirahat, mengingat Dina dibawakan bekal oleh ibunya, sehingga dia berniat mengajak Dita untuk makan bersama. Dina pun diam-diam bertanya kepada Dita lewat secarik kertas, dan Dita pun menerima surat itu dan menyetujui tawaran Dina. Lalu pada saat waktu istirahat tiba, Dina sudah berada di kantin terlebih dahulu, ia pun menunggu Dita selama 15 menit, namun Dita tak kunjung datang, sampai akhirnya Dina memakan bekalnya sendirian di kantin, dan Dita tidak menepati janjinya.
ADVERTISEMENT
Dalam studi kasus diatas dapat kita rasakan kekecewaan Dina yang telah lama menunggu Dita, dan berharap Dita datang, namun Dita tak kunjung datang. Berdasarkan riset ilmu pengetahun, banyak akibat yang timbul apabila seseorang tidak menepati janji, seperti :
1. Hilangnya rasa kepercayaan seseorang,
2. Terhambatnya kesuksesan, karena tidak memiliki rasa tanggung jawab,
3. Dikucilkan orang sekitar.
Dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa (4:145) juga dijelaskan, akibat jika tidak menepati janji atau mengingkari janji.
اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْاَسْفَلِ مِنَ النَّارِۚ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًاۙ
Artinya : “Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.”
Sebagaimana dalam hadits dari Ali bin Abi Thalib ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa tidak menepati janji seorang muslim, niscaya ia mendapat laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya taubat dan tebusan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
ADVERTISEMENT
Lalu apa manfaat yang diperoleh jika kita menepati janji? Ada beberapa manfaat besar bagi manusia yang selalu menepati janjinya, baik manfaat di dunia maupun di akhirat. Manfaat di dunia, berupa hubungan social yang lebih baik, mendapatkan kepercayaan orang lain dan mungkin akan mendatangkan amanah lain dan bermanfaat sebagai lading pahala. Sementara itu, manfaat untuk kehidupan akhirat adalah, Allah akan menggolongkan kita ke dalam golongan orang yang bertakwa. Seperti dalam Al-Qur’an Surat Al-Imran(3:76)
بَلٰى مَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ وَاتَّقٰى فَاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِيْنَ
Artinya : “Sebenarnya barang siapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertakwa”.
Menepati janji memiliki beberapa keutamaan, antara lain mendapat kepercayaan dari orang lain, menempati Surga Firdaus, termasuk golongan Nabi Muhammad SAW, termasuk golongan orang bertakwa, bukan termasuk golongan orang munafik, dan tidak akan dimintai pertanggungjawaban lagi, baik di dunia maupun di akhirat, apabila janjinya sudah dipenuhi.
ADVERTISEMENT