news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Upaya Global South dalam Membangun Tata Dunia Multipolar yang Baik

FISIPOL THINKERS CLUB UKI
FISIPOL THINKERS CLUB adalah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dari Universitas Kristen Indonesia. Kami bergerak di bidang riset dan kajian yang membahas mengenai isu- isu nasional ataupun internasional.
10 Maret 2025 10:52 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari FISIPOL THINKERS CLUB UKI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: iStockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: iStockphoto.com
ADVERTISEMENT
Arti Istilah Global South
Istilah "Global South" adalah istilah yang mengacu pada negara-negara yang sering dianggap sebagai negara berkembang atau yang terbelakang karena baru saja bebas dari kekuasaan negara maju (Global North). Negara-negara Global North ini ada pada belahan bumi selatan Afrika, Asia, dan Amerika latin. istilah ini pertama kali dicetuskan oleh aktivis politik bernama "Carl Oglesby" pada tahun 1969 dan mulai semakin banyak digunakan setelah bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991.
ADVERTISEMENT
Istilah ini digunakan untuk menggantikan istilah “Dunia Ketiga” yang digunakan selama Perang Dingin untuk menunjukkan negara-negara yang tidak memihak pada blok Barat maupun blok Timur. Global South meliputi negara-negara yang cenderung lebih miskin, mempunyai tingkat ketimpangan pendapatan yang lebih tinggi, dan kondisi kehidupan yang lebih keras dibandingkan dengan negara-negara di Global North (negara maju).
Bagaimana Tata Dunia Berubah Menjadi Multipolar
Negara-negara berkembang seperti Indonesia, India, Brasil, dan Afrika Selatan, semakin memiliki peran di kancah global. Mereka tidak ingin untuk memihak salah satu blok dan lebih memilih untuk berusaha keluar dari Hegemoni tatanan dunia yang didominasi Barat. Gerakan Non-Blok dan inisiatif seperti BRICS adalah contoh upaya negara-negara berkembang ini supaya untuk mencari kepentingan mereka sendiri dan membentuk tatanan dunia yang lebih adil untuk negara-negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Henry Kissinger, mantan Luar Negeri AS, dalam bukunya yang berjudul World Order, telah membahas bagaimana tatanan dunia yang dinamis dan terus berubah dari sistem bipolar (AS vs Uni Soviet) menjadi multipolar. Pada abad 21 tatanan dunia terus berubah dan munculnya organisasi internasional seperti BRICS dan NATO semakin memperkuat bukti dari progres tatanan dunia multipolar.
Tantangan yang Dihadapi Global South dalam Membangun Tata Dunia yang Lebih Baik
Negara-negara di Global South menghadapi berbagai rintangan dalam usaha menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan. Tantangan-tantangan ini mencakup masalah ekonomi, lingkungan, serta ketimpangan dalam sistem global yang masih dikuasai oleh negara-negara maju.
Salah satu kendala utama adalah kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang masih tinggi. Jeffrey Sachs, dalam bukunya The End of Poverty (2005) menjelaskan bahwa banyak negara berkembang terperangkap dalam lingkaran kemiskinan, yang membuat mereka sulit untuk tumbuh secara ekonomi. Menurutnya, tanpa investasi yang memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur, negara-negara ini akan sulit keluar dari kondisi tersebut. Keterbatasan akses terhadap teknologi dan modal semakin memperburuk situasi, menghambat pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perubahan iklim menjadi ancaman besar bagi negara-negara di Global South. Laporan dari IPCC (2014) menunjukkan bahwa negara-negara berkembang lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim karena ketergantungan mereka pada sektor pertanian dan sumber daya pesisir. Dengan meningkatnya risiko bencana seperti banjir, kekeringan, dan badai, mata pencaharian masyarakat menjadi semakin tidak stabil. Oleh karena itu, strategi adaptasi yang lebih baik serta dukungan dari komunitas internasional sangat dibutuhkan agar negara-negara ini bisa bertahan menghadapi tantangan iklim.
Ketidakadilan dalam tata kelola global juga menjadi hambatan bagi negara-negara berkembang. Struktur organisasi ekonomi dan politik dunia saat ini masih lebih menguntungkan negara maju, sehingga negara-negara di Global South sering kali mengalami kesulitan dalam menentukan kebijakan mereka sendiri. Lembaga seperti IMF dan Bank Dunia cenderung lebih berpihak pada kepentingan negara kaya, yang memperparah kondisi ekonomi negara berkembang dan memperpanjang ketergantungan mereka pada bantuan eksternal.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, membangun tata dunia yang lebih baik memerlukan usaha bersama dari negara-negara di Global South serta dukungan global yang lebih adil. Dengan mengatasi masalah kemiskinan, meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim, dan memperjuangkan sistem global yang lebih seimbang, negara-negara berkembang dapat memperbaiki masa depan mereka dan berkontribusi lebih besar dalam membentuk dunia yang lebih setara.
Bagaimana Upaya Global South dalam Menciptakan Tata Dunia Multipolar yang Baik
Negara-negara yang tergabung dalam Global South berupaya dalam menciptakan tata dunia yang adil dan tentunya berusaha agar tidak ketergantungan dengan negara-negara maju terlebih dengan Global North. Inisiatif untuk kerjasama, pembentukan forum sesama negara berkembang, hingga pembentukan blok ekonomi merupakan cara yang digunakan untuk menciptakan tata dunia multipolar yang lebih baik. Kita bisa mengambil contoh bagaimana upaya Global South dalam mereformasi World Trade Organization (WTO) agar lebih mementingkan juga kepentingan negara berkembang yang sering berbenturan dengan kepentingan Global North, Kita bisa melihat bagaimana BRICS dipakai sebagai forum untuk negara-negara berkembang sebagai usaha agar tidak tergantung dan melepaskan diri dari hegemoni Global North, serta kita bisa melihat bagaimana kehadiran Indonesia dan Tiongkok dalam forum-forum seperti APEC dan G20 sebagai representatif negara Global South dalam upaya menciptakan tatanan dunia yang lebih adil terutama bagi negara yang tergabung dalam Global South.
ADVERTISEMENT
Namun upaya ini bukan tanpa tantangan. Dibandingkan negara-negara Global North yang memiliki sistem nilai atau ideologi seperti liberalisme dan demokrasi yang menyatukan mereka, negara-negara Global South tidak memiliki persamaan sistem atau ideologi seperti itu karena masing-masing negara memiliki sistem tersendiri contohnya China dengan otokrasi dan India dengan demokrasi. Hal ini bisa memunculkan konflik diantara negara-negara Global South dikarenakan memiliki sistem atau ideologi berbeda, ditambah setiap negara memiliki kepentingan nasionalnya tersendiri seperti konflik yang terjadi di LCS atau konflik perbatasan antara China-India. Satu-satunya yang mampu menyatukan perbedaan sistem atau ideologi ini adalah unsur Material Gain (Pasar, Perdagangan, hingga akses sumber daya alam yang melimpah) yang menjadi kunci dalam hubungan antar negara-negara Global South.
ADVERTISEMENT
Kita bisa lihat bagaimana negara-negara Global South yang tergabung dalam BRICS menyumbang sekitar 37,3 persen terhadap PDB global pada 2024. Sedangkan G7 menyumbang 30 persen PDB Global. Dengan melihat data tersebut ini merupakan bukti bahwa negara-negara Global South walau memiliki banyak perbedaan ideologi pada sistem negaranya akan tetapi jika memanfaatkan unsur Material Gain tadi dengan baik maka mampu mensejajarkan posisi dengan negara-negara Global North. Maka dari itu, perlu adanya kerjasama yang solid antarnegara di Global South. Melalui pendekatan kolektif dalam negosiasi perdagangan, kebijakan keuangan, dan mitigasi perubahan iklim, mereka bisa memperkuat posisi mereka di panggung internasional. Selain itu, negara maju atau Global
North juga memiliki tanggung jawab untuk mendukung pembangunan di Global South melalui investasi berkelanjutan dan transfer teknologi yang dapat membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi, sehingga tata dunia multipolar yang baik dan adil akan terwujud jika kepentingan atau tantangan negara-negara Global South lebih diperhatikan atau tidak hanya condong kepada negara-negara Global North.
ADVERTISEMENT
Ditulis oleh :
Referensi :
Chaliq Pratama, I., Audrei, F., & Andrea Ari Wibowo, C. (2024). Agenda The Global South dalam Upaya Reformasi World Trade Organization (WTO): Perspektif G20 dan BRICS. The Global South’s Agenda for World Trade Organization (WTO) Reform: Perspectives from G20 and BRICS. In Agenda The Global South dalam Upaya … (Vol. 1, Issue 2).
China Radio International. (2024). Solidaritas Global South: Peran Strategis Tiongkok dan Indonesia dalam Membangun Tata Kelola Global yang Inklusif. https://indonesian.cri.cn/2024/11/25/ARTIzqdhdSNQjvNrbpPeehMQ241125.shtml.
IPCC. (2014). Climate change 2014: Impacts, adaptation, and vulnerability. Intergovernmental Panel on Climate Change. https://www.ipcc.ch/report/ar5/wg2/.
Kissinger, H. (2014). World Order. New York: Penguin Press. https://www.files.ethz.ch/isn/187865/isn_183858_en.pdf.
ADVERTISEMENT
Sachs, J. (2005). The end of poverty: Economic possibilities for our time. Global Journal. https://globaljournals.org/GJMBR_Volume14/8-Jeffrey-Sachs.pdf
The Conversation. (2023). Apa itu ‘Global South’ - kubu geopolitik yang sedang naik daun?. https://theconversation.com/apa-itu-global-south-kubu-geopolitik-yang-sedang-naik daun-209086.
CNN Indonesia. (2025). Cek kekuatan ekonomi BRICS, lebih kuat mana dibanding G7?. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250107112720-532-1184488/cek-kekuatan ekonomi-brics-lebih-kuat-mana-dibanding g7#:~:text=Lantas%2C%20lebih%20besar%20ekonomi%20BRICS,30%20persen%20terhadap%20PDB%20global.