Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Dari Bunda hingga Bengek, Inilah Istilah Unik yang Kerap Ditemui di Twitter
18 Desember 2020 17:46 WIB
Tulisan dari Fita Indriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak diluncurkan pada Juli 2006, platform Twitter kini telah meraih popularitas yang sangat pesat di seluruh dunia. Platform dengan fitur yang memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan teks dengan 280 karakter ini bahkan tak jarang dimanfaatkan warganet untuk berbagai keperluan dari berbagai aspek, seperti sarana menuangkan inspirasi dan ide, kampanye politik, sarana pembelajaran, dan tentunya media untuk berkomunikasi. Dengan berbagai fitur yang menarik dan bermanfaat ini, tak heran jika Twitter memang layak untuk meraih popularitas yang sedemikian rupa pesatnya. Jumlah pengguna mikroblog daring yang berpusat di San Fransisco ini bahkan telah mencapai lebih dari 500 juta sejak tahun 2013.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, masyarakat pengguna Twitter pun tak kalah banyaknya. Pengguna platform dengan logo burung berwarna biru inipun datang dari berbagai kalangan, mulai dari remaja hingga warganet yang sudah tidak bisa dikatakan berusia muda. Seakan tidak ada yang ingin terlewat untuk merasakan asyiknya berselancar dan menemukan banyak hal menarik di sana.
Sebagai sebuah media komunikasi, penggunaan Twitter tentu memerlukan bahasa untuk saling tersambung dan dapat menyampaikan pesan. Dalam lingkup masyarakat Indonesia sendiri, ragam bahasa yang digunakan para pengguna Twitter pun bermacam-macam. Mulai dari ragam formal, nonformal hingga ragam bahasa slang pun dapat ditemui di sana. Harimurti Kridalaksana (1997) menyebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. (Rosdiana: 1.4)
ADVERTISEMENT
Bahasa memiliki sifat-sifat tertentu, salah satunya ialah sifat konvensional. Artinya, penggunaan lambang bunyi untuk suatu konsep tertentu berdasarkan kesepakatan antara masyarakat pemakai bahasa. Oleh karena manusia bersifat dinamis, maka hal tersebut juga mempengaruhi bahasa untuk ikut berubah. Seiring berjalannya waktu, bahasa akan mengalami perubahan yang disesuaikan kebutuhan zaman itu. Ada berbagai unsur dari bahasa yang kemudian akan turut berubah, salah satunya adalah makna atau arti.
Dalam disiplin ilmu bahasa atau linguistik, dikenal bidang yang memang berfokus pada makna atau arti yaitu semantik. Griffiths dalam Subuki, menyebutkan bahwa semantik dapat diartikan sebagai kajian terhadap “perangkat” arti pengetahuan yang tersandikan dalam kosakata bahasa dan bagaimana kata tersebut digunakan dalam membentuk arti yang lebih luas hingga pada tingkatan kalimat (Subuki, 2011: 4-5). Dalam disiplin ilmu ini pulalah pergeseran makna dan perubahan makna pada bahasa menjadi lingkup pembahasannya.
ADVERTISEMENT
Ada dua hal yang mendasari perbedaan antara pergeseran makna dan perubahan makna. Dalam pergeseran makna, rujukan awal tidak berubah atau diganti, tetapi rujukan awal mengalami perluasan rujukan atau penyempitan rujukan. Kemudian pada gejala perubahan makna, terjadi penggantian rujukan. Rujukan yang pernah ada diganti dengan rujukan yang baru. (Parera, 2004: 107)
Pergeseran dan perubahan makna ini lantas dapat terjadi pada berbagai aspek, salah satunya ialah kegiatan berbahasa masyarakat di media sosial. Dalam hal ini, Twitter adalah salah satu media yang dapat memperlihatkan adanya perubahan makna dan pergeseran makna dari bahasa yang digunakan. Ada beberapa leksem atau satuan leksikal dasar yang abstrak yang mendasari pelbagai bentuk kata (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V) yang mengalami pergeseran makna. Pergeseran ini lebih banyak terjadi dalam hal perluasan makna yang sudah ada. Berikut beberapa kata berbahasa Indonesia yang mengalami perluasan makna.
ADVERTISEMENT
Bunda
Mulanya, kata bunda umum digunakan oleh anak untuk memanggil sosok ibu yang khusus dari keluarganya. Namun, akhir-akhir ini, terlebih pada platform Twitter, kata bunda mengalami pergeseran makna sehingga dapat digunakan untuk sebutan kepada perempuan. Kini, penggunaan kata bunda menjadi setara dengan kata ibu, mbak, teteh, dan sebagainya yang memang bisa dilontarkan oleh orang lain sekalipun tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan yang dipanggilnya itu. Hal ini menunjukkan bahwa makna kata bunda mengalami perluasan. Kata bunda sendiri dalam KBBI V didefinisikan sebagai kata sapaan untuk orang tua perempuan, tetapi saat ini, kata tersebut dapat diartikan sebagai kata sapaan untuk perempuan secara umum.
Kapal
Apa yang terlintas di pikiran Anda saat mendengar atau membaca kata kapal? Tentu banyak di antara kita yang langsung terbayang alat tranportasi yang beroperasi di air, baik laut, sungai, danau, dan sebagainya itu. Namun, apakah Anda tahu bahwa ada banyak warganet Twitter yang memiliki definisi yang lan dengan kata ini? Ya, sebagian warganet Twitter ada yang mendefinisikan kata kapal sebagai perumpamaan ketika ia mendukung pasangan-pasangan tertentu, umumnya berlaku pada selebritas atau public figure yang memang dikenal banyak orang. Pada platform Twitter akan mudah dijumpai kalimat seperti “wah, aku sih penumpang kapal si A dan B” sebagai sebuah pernyataan bahwa ia mendukung adanya hubungan antara dua orang itu.
ADVERTISEMENT
Berlayar
Masih berkaitan dengan kata kapal sebelumnya, kata berlayar yang identik dengan kapal ini juga turut mengalami pergeseran makna. Jika dalam KBBI V kata berlayar diartikan sebagai sebuah keadaan mengarungi lautan atau bepergian dengan kapal (perahu), maka warganet Twitter mengartikan kata berlayar ini sebagai perumpamaan bahwa hubungan yang sebelumnya mereka dukung tersebut mengalami kemajuan. Contoh kalimat yang dapat mendefinisikan keadaan tersebut ialah “kapal A sama B udah berlayar, gais!”. Terbayang ‘kan bagaimana warganet Twitter ini mendefinisikan kata berlayar?
Karam
Kapal, berlayar, dan karam seperti paket lengkap yang diberi definisi tersendiri oleh warganet Twitter. Jika berlayar diartikan sebagai perumpamaan hubungan yang mengalami kemajuan, maka kata karam dalam konteks ini dapat diartikan sebagai perumpamaan hubungan yang mengalami kemunduran atau bahkan kandas sebagaimana definisi awalnya dalam KBBI V yaitu tenggelam ke dasar laut. Cuitan warganet pun bervariasi dalam menggunakan kata karam yang telah mengalami perluasan ini. Sebut saja kalimat “kapalku anti karam” atau “nggak ikhlas nih gue kalau kapal ini karam” sebagai contohnya. Pergeseran ini disebabkan oleh kebutuhan masyarakat akan kata yang ingin disampaikan, namun karena keterbatasan dan keadaan bahasa yang memang dinamis, istilah dari bidang perkapalan pun bisa dipakai untuk bidang yang lain.
ADVERTISEMENT
Oleng
Kata oleng dalam KBBI V didefinisikan sebagai keadaan berayun-ayun ke kiri dan ke kanan atau keadaan bergoyang-goyang. Keadaan yang dimaksud dari definisi tersebut ialah tentang kapal atau perahu yang berada di atas air. Namun, saat ini masyarakat seringkali menggunakan kata oleng ini untuk menyatakaan keadaan bingung dan tidak fokus atau bahkan keadaan ketika seseorang merasa pusing. Tentu hal ini menunjukkan perluasan makna yang sebelumnya hanya berlaku pada konteks kapal, namun kini juga digunakan untuk pengumpamaan keadaan seseorang.
Bengek
Kata bengek merupakan kata yang dapat menyatakan keadaan sesak nafas pada seseorang. Ada pula masyarakat yang menggunakan kata bengek untuk menyebut penyakit asma Namun, warganet Twitter kini memiliki definisi lain untuk kata bengek ini,yaitu keadaan tertawa terbahak-bahak sampai terasa sesak. Definisi ini juga menunjukkan adanya perluasan makna yang sebelumnya hanya melingkupi konteks penyakit kemudian meluas pada konteks tertawa, serta tanpa mengubah rujukan awal makna kata tersebut yaitu sesak nafas.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa istilah tersebut, dapat terlihat bahwa seiring waktu, perubahan makna dalam penggunaan bahasa itu bisa saja terjadi. Bahkan perubahan itu dapat meluas hingga aspek lain yang sebelumnya terlihat tidak berkaitan. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa itu dinamis dan menyesuaikan kebutuhan manusia. Tentunya, disertai dengan sifat bahasa yang konvensional atau berdasarkan kesepakatan masyarakat pengguna bahasanya.
Referensi
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V versi aplikasi luar jaringan.
Parera, Jos Daniel. Teori Semantik. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga. 2004.
Rosdiana, Yusi. Modul 1: Hakikat Bahasa. Diakses melalui http://repository.ut.ac.id/4008/2/PDGK4109-M1.pdf pada 18 Desember 2020.
Subuki, Makyun. Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta: Trans Pustaka.
Wikipedia. Twitter. Diakses melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Twitter pada 18 Desember 2020.
ADVERTISEMENT