Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Stres Akademik dan Penyakit Asam Lambung
1 Desember 2024 13:57 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Fiter Mexenn Zidani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Melanjutkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi merupakan salah satu impian tersebut bagi beberapa pelajar yang telah menamatkan pendidikannya. Hal tersebut tak terlepas dari ilmu yang didapatkan lebih mendalam dan mendapatkan gelar yang dibutuhkan saat mencari pekerjaan. Gelar mahasiswa sudah menjadi impian bagi segelintir pelajar sekolah menengah keatas saat lulus nantinya. Namun tentu menjadi seorang pelajar sekolah menengah dengan menjadi mahasiswa sangat jauh berbeda. Hal ini karena adanya sistem yang berbeda antara sistem belajar diantara sekolah dan perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
Semakin tinggi jenjang seseorang maka beban yang akan ditanggung semakin berat juga. Pada jenjang perkuliahan hal ini seakan-akan tergambar secara nyata. Tak jarang muncul celotehan dari mahasiswa bahwa semakin tinggi semesternya maka akan semakin pusing juga seseorang. Seorang mahasiswa yang awalnya harus beradaptasi dengan sistem baru kemudian seiring berjalannya waktu dan semester akan diberikan tugas yang lebih banyak daripada saat bersekolah.
Menurut Cox dalam Widiyanto et al., 2014, tingkat stress dapat menambah ataupun mempengaruhi psikolgis seseorang yang merupakan kegelisahan, depresi, maupun kelesuan. Pada akhirnya memunculkan berbagai dampak pada seseorang misalnya hilangnya nafsu makan, meningkatnya konsumsi rokok maupun minuman alkohol, dan juga makan yang berlebihan. Sehingga dampak yang ditimbulkan oleh tingkat stress yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan. Produksi asam lambung akan meningkat ketika kadar stress pada seseorang naik.
ADVERTISEMENT
Orang tua tentunya berharap pada anaknya untuk meraih beberapa prestasi ataupun nilai tinggi untuk berkuliah. Hal ini agar buah hatinya mendapatkan kategori pujian saat menyelesaikan studinya nanti. Sehingga seorang mahasiswa akan berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Disisi lain mahasiswa mencoba mencari pengalaman baru di organisasi yang diikuti, pada organisasi dirinya juga dituntut berpartisipasi secara aktif dan maksimal. Selain itu ditambah ada segelintir mahasiswa yang mencoba mencari penghasilan tambahan untuk menambah uang jajan atau bahkan bertahan hidup ketika jauh dari orang tua.
Hal ini akan menimbulkan sebuah budaya yang mana seseorang akan bekerja sangat keras untuk mencapai suatu tujuan yang dinamaka dinamakan hustle culture atau budaya gila kerja. Hustle culture dapat didefinisikan sebuah kebiasaan atau gaya hidup yang mendorong seseorang untuk terus bekerja yang bertujuan memenuhi suatu target yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini mahasiswa akan memiliki budaya gila kerja ketika dirinya mengupayakan mendapatkan nilai tinggi di bangku kuliah bersamaan dengan berorganisasi ataupun bekerja sampingan. Hal ini terjadi ketika seorang mahasiswa melakukannya secara maksimal pada waktu yang bersamaan. Mahasiswa yang melakukan hal semua tersebut secara bersamaan otomatis mendapatkan waktu istirahat dan waktu bersenang-senang yang kurang. Istirahat dapat berfungsi sebagai sarana mereleksasikan tubuh maupun pikiran bagi seseorang.
Sehingga pada konteks ini mahasiswa mendapatkan waktu istirahat yang kurang ketika dirinya mengalami stress setelah melakukan seluruh aktivitas tersebut. Selain itu tingkat stress yang tinggi juga berakibat pada pola makan seseorang. Hal ini tentu juga akan menyebabkan penyakit asam lambung yang timbul pada diri seseorang. Pola makan yang tidak semestinya akan menyebabkan sulitnya adaptasi lambung dalam pengeluaran sekresi asam lambung (Tussakinah & Rahmah Burhan, 2018). Hal tersebut ditambah dengan tingkat stress yang tinggi akibat beberapa factor diatas.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini seorang mahasiswa harus menerapkan pola hidup yang seimbang, dengan artian menyediakan waktu istirahat dengan aktivitasnya secara seimbang. Seseorang tidak perlu menggunakan waktu keseluruhan yang dimiliki untuk bekerja. Mahasiswa juga perlu menyediakan waktu khusus untuk berpergian maupun melakukan hobinya. Sekecil apapun waktu yang digunakan seseorang untuk berlibur atau bermain dapat berpengaruh signifikan dalam kadar stress seseorang. Hal ini juga bermanfaat bagi dirinya saat kembali beraktivitas agar kembali segar dan dapat lebih maksimal dalam menjalankan segala aktivitasnya.
Referensi
Metris, D. (2024). Hustle Culture: Mencermati Tren Perilaku Yang Mendorong Kesuksesan Tanpa Henti. Al-KALAM : JURNAL KOMUNIKASI, BISNIS DAN MANAJEMEN, 11(1), 111. https://doi.org/10.31602/al-kalam.v11i1.12053
Tussakinah, W., & Rahmah Burhan, I. (2018). Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres terhadap Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh Tahun 2017. In Jurnal Kesehatan Andalas (Vol. 7, Issue 2). http://jurnal.fk.unand.ac.id
ADVERTISEMENT
Widiyanto, J., Khaironi, M., Prodi, D., Keperawatan, I., Dan, F.-M., Umri, K., & Prodi, M. (2014). HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS (Study di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru). In Jurnal Photon (Vol. 5, Issue 1).
Prahara, S. A. (2020). Budaya Organisasi dengan Work Engagement pada Karyawan. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang), 10(2), 232. https://doi.org/10.24036/rapun.v10i2.106977