Aku dan Insecurity

Fithriyah Saiidah
Freelance writer
Konten dari Pengguna
5 Juli 2021 14:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fithriyah Saiidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto free4kwallpapers.com
zoom-in-whitePerbesar
foto free4kwallpapers.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Malam ini lagi-lagi aku duduk termenung di pinggir kasur. Memikirkan banyak hal tentang masa depan yang belum jelas. Bagaimana ujian akhirku nanti, tempat magang yang harus terus kucari, dan pekerjaan apa yang akan kujalani.
ADVERTISEMENT
Semua seperti buyar tenggelam dalam pikiran. Banyak orang bilang masa depan belum pasti, makanya harus terus direncanakan. Ya, aku tahu betul harus merencanakan satu per satu impianku. Tapi rasanya tidak mudah ketika gagal dan harus bangkit kembali.
Melihat ke kanan dan ke kiri, teman-teman sepertinya sudah mulai berhasil merealisasikan tujuan mereka. Ada yang sudah membuka bisnis start-up sendiri, ada yang sudah berkali-kali sukses mengirim tulisan ke media, dan bahkan ada yang sudah menyandang sebagai "Mahasiswa Berprestasi". Lalu bagaimana dengan aku?
Rasanya di usia dewasaku saat ini, bayang-bayang kecemasan akan masa depan membuatku tak percaya diri. Takut untuk memulai yang berakhir gagal, hingga rasanya apa yang kulakukan menjadi tidak maksimal. Mungkin bisa jadi kamu juga merasakannya. Apa kita sama-sama insecure?
ADVERTISEMENT
Boleh jadi kita di posisi yang sama. Merasakan kecemasan, rasa tidak aman, juga ketakutan akan hal yang belum terjadi. Aku sering tidak percaya dengan keberhasilan masa depan jika usahaku tidak maksimal, namun terkadang aku bingung harus memulai dari mana. Begitupun denganmu bukan?
Kita seolah-olah memiliki ambisi tinggi, namun dibutakan dengan kecemasan hingga lupa waktu terus berjalan tanpa memberi kesempatan.
foto unsplash.com
Tenang wahai diri, bisikku dalam hati. Kamu boleh tidak percaya dengan suksesnya masa depanmu, itu tandanya kamu memiliki peluang untuk terus berusaha. Tidak usah peduli dengan hasil, yang penting kamu belajar berproses. Gagal sekali, kamu bisa coba dua kali. Gagal lagi? Coba terus selama kamu hidup tidak ada salahnya mencoba. Bisa jadi suksesmu ada pada percobaan ke seribu. Ah itu tidak masalah.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan tanggapan orang tentang kegagalanku? Aku berontak lagi.
Hei kamu tidak gagal, hanya belum bertemu dengan kesuksesan. Apa kamu kira orang yang berhasil tidak menemukan halang rintang? Ayolah berpikir positif dan lebih jernih sedikit. Energimu akan habis jika terus memikirkan sesuatu yang tak perlu kamu pikirkan.
Lagi pula semua tidak ada yang instan. Kamu pernah dengar lelucon? Mi instan saja tidak instan. Ia tetap perlu melakukan proses masak lebih dulu, tidak ujug-ujug dibuka lalu dimakan.
Begitupun dengan hidupmu yang panjang, jalannya akan berbatu dan terjal. Itulah mengapa jiwamu harus kuat. Buyarnya masa depan bukan menjadi alasan untuk berhenti meraih impian. Kamu berhak untuk sukses. Jangan bandingkan dirimu dengan yang lain. Kalian berbeda. Berhenti bandingkan dirimu dengan temanmu, kalian memiliki jalan hidup yang berbeda. Versi sukses kalian pun berbeda.
ADVERTISEMENT
Percaya atau tidak, dalam hidup kita sedang melawan diri sendiri. Melawan keterbatasan dan mengasah kemampuan dalam diri.
Boleh saja melihat kesuksesan orang lain sebagai pemantik semangat, bukan malah memperburuk keadaan hati hingga cemas dengan diri. Jadilah pribadi yang selalu bahagia dengan bersyukur, jika dihitung seluruh ujian hidupmu, pastilah nikmat hidupmu lebih banyak. Sudah ya, cukup merasa insecure-nya, kamu layak hidup bahagia dengan caramu sendiri.
Lamunanku tiba-tiba terhenti. Baiklah, sepertinya aku terlalu lembek dengan diriku hingga lupa nikmatnya berjuang. Malam ini akhirnya aku paham, kita hanya perlu fokus dengan diri. Ciptakan rasa bahagia yang nyaman di hati. Selalu ingat untuk terus berusaha karena kebaikan dan perjuangan kita sejatinya akan kembali pada kita, entah sekarang atau nanti tapi itu pasti.
ADVERTISEMENT
(Fithriyah Saiidah / Politkenik Negeri jakarta)