Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.0
Konten dari Pengguna
Bagaimana Peran Teknologi Internet Selama Pandemi Covid-19?
2 Agustus 2020 20:53 WIB
Tulisan dari Fitra Rahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Teknologi merupakan metode ilmiah yang digunakan untuk mencapai tujuan praktis. Hal ini berarti, apapun jenis produk yang dihasilkan sudah seharusnya bertujuan untuk memudahkan pekerjaan manusia.
ADVERTISEMENT
Namun bagaimana pun juga, keadaan tidak selalu berjalan mulus. Ibarat belati, suatu benda yang memiliki fungsi positif namun juga bisa dipakai untuk hal negatif, pun begitu dengan teknologi internet.
Peran teknologi internet dalam kehidupan manusia, khususnya di Indonesia memang memiliki dampak yang sangat besar, dan itu bisa dilihat dengan hadirnya Revolusi Industri 4.0.
Dengan hadirnya era tersebut, hampir semua kebutuhan manusia bisa didapatkan hanya dalam satu genggaman tangan, seolah-olah hal yang ajaib jika itu terjadi begitu saja pada 20 tahun sebelumnya.
Kendati begitu, kita juga harus menyadari bahwa kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi internet ini tidak mengenal sisi positif dan negatif, yang berarti bahwa kemudahan yang dibawanya juga bisa berarti kemudahan dalam hal yang negatif.
ADVERTISEMENT
Internet Membantu Masyarakat Saat Pandemi
Salah satu contoh nyata peran internet bisa dilihat pada saat situasi pandemi seperti saat ini. Dari yang tadinya internet dikenal sebatas sarana mencari ilmu pengetahuan, memesan makanan dan hiburan, namun pada akhirnya juga bisa digunakan untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
Walau tidak semua pekerjaan bisa menerapkan WFH, paling tidak internet sudah berperan penting untuk meminimalisir penyebaran virus corona dilingkungan kerja terutama di area perkantoran yang ramai.
Tak ketinggalan, sektor pendidikan juga sudah menerapkan protokol belajar dari rumah atau learning from home (LFH), dimana pihak sekolah tetap melakukan kegiatan belajar mengajar melalui internet, yang mana siswa dan guru saling berinteraksi melalui media seperti aplikasi e-learning, perpesanan atau video konferensi.
ADVERTISEMENT
Dari sini hendaknya guru turut mengingatkan para siswa untuk fokus terhadap pembelajaran, dengan membentengi diri dengan ilmu agama sehingga dapat memberikan pemahaman yang kuat bagi siswa agar dapat menyaring serta memanfaatkan hal positif dari teknologi internet selama melakukan aktivitas belajar.
Selain itu, adanya internet membuat masyarakat terbantu dengan hadirnya aplikasi maupun website yang berisi pemetaan lokasi persebaran kasus Covid-19, yang diperbaharui dari hari ke hari. Sehingga dengan demikian, masyarakat diharapkan untuk waspada dan mengurangi aktivitasnya di daerah tersebut.
Berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun swasta juga gencar menyebarkan pesan-pesan di internet yang berisi informasi mengenai Covid-19. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa peran internet ini sangat krusial di masa pandemi, terlebih masyarakat Indonesia saat ini lebih banyak menghabiskan waktunya di internet daripada di tempat lain (2020, katadata.co.id).
ADVERTISEMENT
Internet Memperburuk Situasi Pandemi
Namun sayangnya, dengan banyaknya manfaat internet khususnya disaat pandemi Covid-19 ini, ternyata ia juga bisa memiliki peranan negatif disaat yang sama.
Salah satu contoh yang paling nyata adalah timbulnya realita dimana masyarakat mulai bosan dan jenuh dengan adanya pemberitaan Covid-19. Kebosanan itu terjadi karena mereka terlalu sering dihadapkan dengan segala macam pemberitaan perihal Coronavirus 2019, yang selama ini begitu masif diberitakan.
Jika kebosanan itu hanya sekedar rasa bosan biasa mungkin masih bisa maklumi, tapi pada beberapa kondisi itu bisa jadi bahaya bagi mereka dan orang sekitarnya. Bagaimana tidak, akhir-akhir ini saya sering menemukan celotehan warganet dalam menyikapi pandemi Covid-19.
Banyak dari mereka yang merasa pusing dengan pemberitaan Coronavirus 2019, hingga beberapa darinya meluapkan isi hatinya di media sosial. Salah satu kalimat yang paling sering utarakan isinya kurang lebih seperti ini
ADVERTISEMENT
Itu baru satu contoh, masih ada banyak contoh lain yang bahkan sampai ada yang menganggap bahwa Covid-19 itu adalah hoax, tidak berbahaya dan narasi lain yang sejenis.
Jika narasi-narasi seperti itu terus dibiarkan bertebaran di internet tanpa adanya narasi bantahan yang ilmiah, dikhawatirkan masyarakat akan membenarkan narasi yang mereka baca, baik mereka sadari maupun tidak.
Yang pada gilirannya itu akan menimbulkan persepsi luas dimasyarakat bahwa Covid-19 itu tidak perlu diwaspadai, sehingga akhirnya kasus Covid-19 membludak dan pemerintah pun kewalahan.
Disisi lain, penyebaran berita mengenai bahayanya Covid-19 di internet yang banyak dan meluas juga menimbulkan masalah lain, yakni ketakutan yang berlebihan. Rasa takut itu sebenarnya penting bagi manusia, sebagai tanda untuk menghindari ancaman bahaya.
ADVERTISEMENT
Namun jika rasa takutnya berlebihan, itu akan menyebabkan gangguan psikologis seperti stres dan paranoid yang akan menurunkan sistem imunitas tubuh, yang akan berbahaya jika itu terjadi di masa pandemi seperti sekarang ini.
Karena itu, mengurangi intensitas melihat berita tentang Covid-19 merupakan solusi yang baik untuk menghilangkan rasa cemas dan takut yang berlebihan.
Mengobrol hal positif dengan keluarga, menyibukkan diri dengan beribadah kepada Allah dan menerapkan gaya hidup sehat juga bisa dilakukan untuk membantu kondisi psikologis sekaligus mengalihkan pikiran dari topik Covid-19.
Kesimpulan
Baik atau tidaknya peran teknologi internet, terutama di masa pandemi seperti sekarang ini ditentukan berdasarkan pengguna dalam menggunakannya. Hendaknya selain harus mengetahui apakah suatu informasi itu memiliki integritas yang kuat atau tidak, pengguna juga dituntut untuk membatasi arus informasi yang masuk, namun tidak melupakan yang terpenting. Sehingga dengan demikian, peran internet akan terasa lebih membantu selama situasi dan kondisi pandemi Covid-19 ini.
ADVERTISEMENT
*Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komputer di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, peserta KKN-DR 59 2020.