Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Benarkah Anak Berkebutuhan Khusus Lebih Rentan Bullying?
27 Juni 2021 16:00 WIB
·
waktu baca 1 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:09 WIB
Tulisan dari Fitri Dwi Arini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bullying dapat terjadi di mana saja, salah satunya yaitu di lingkungan sekolah. Keterlibatan antarsiswa merupakan kasus bullying yang paling sering terjadi. Laporan tahunan oleh UNICEF, rata-rata di tahun 2015 saja tercatat 40% anak Indonesia mengalami bullying di sekolah.
ADVERTISEMENT
Media online kerap menyoroti perilaku bullying yang menimpa anak berkebutuhan khusus. Hal ini menunjukkan bahwa diskriminasi dan paradigma negatif terhadap anak berkebutuhan khusus masih berkembang di masyarakat. Dalam literatur ilmiah, isu bullying terhadap anak berkebutuhan khusus juga sering dikaji. Khususnya dalam setting sekolah inklusi.
Pendidikan inklusi merupakan sebuah pemahaman yang memandang bahwa seluruh siswa memiliki hak dan akses yang sama terhadap pendidikan. Sekolah inklusi memiliki kewajiban menciptakan lingkungan ramah bagi beragam karakteristik siswa.
Namun, dalam praktik pasti sekolah mengalami banyak kendala. Sehingga, jika semua warga sekolah tidak dapat menciptakan lingkungan yang ramah bagi siswanya akan muncul konflik dalam hubungan antar siswa tersebut. Konflik yang terjadi dalam rentang waktu lama dan jika terjadi berulang-ulang hal ini dikategorikan perilaku bullying.
Berbagai hasil penelitian yang mengkaji prevalensi bullying pada anak berkebutuhan khusus menyebutkan bahwa populasi siswa berkebutuhan khusus mengalami bullying lebih tinggi dibandingkan populasi anak normal. ABK dua kali lebih sering terlibat dalam bullying dibanding anak lain sebayanya. Tingginya anak berkebutuhan khusus dalam bullying dapat disebabkan karena karakteristik tertentu yang muncul sebagai dampak dari ketunaan, bukan akibat langsung karena ketunaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pihak sekolah utamanya pendidik merupakan pihak penting yang dapat menanggulangi dan mencegah bullying pada anak berkebutuhan khusus di sekolah. Selain itu, orang tua juga hendaknya lebih sensitif jika ada perubahan perilaku pada anaknya. Sehingga bullying ini dapat diidentifikasi dan ditanggulangi dengan cepat sebelum menyebabkan dampak jangka panjang.