Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Tantangan Ibu Bekerja Zaman Now
20 Maret 2018 9:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Fitri Riduan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berstatus sebagai ibu yang bekerja sudah menjadi biasa di Indonesia. Diperkirakan ada sekitar 16,4 juta perempuan bekerja dengan berbagai alasan, mulai dari tingkat pendidikan, emansipasi wanita, aktualisasi diri, tuntutan ekonomi dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Berbeda dari tantangan para ibu yang lahir pada zaman baby boomers atau sebelum tahun 1960-an, dengan ketiadaan dukungan teknologi rumah tangga (belum ada rice cooker sehingga memasak masih dengan kayu bakar atau kompor, ketiadaan mesin cuci sehingga mencuci harus pakai tangan dst.), beragam tantangan ibu bekerja zaman now dapat dirangkum sebagaimana berikut.
1. Dukungan PRT yang semakin menurun.
Di perkotaan, dukungan terhadap ibu bekerja tidak diimbangi dengan dukungan PRT yang memadai. Dewasa ini, pekerjaan PRT bukanlah pilihan bagi masyarakat yang ingin bekerja karena dianggap pekerjaan rendah dan tidak terhormat. Sebagian masyarakat Indonesia lebih tertarik untuk bekerja sebagai PRT atau pengasuh di luar negeri dengan gaji yang lebih tinggi. Beberapa juga lebih memilih pekerjaan yang tidak kotor seperti penjaga toko. Hal ini juga diakui oleh beberapa agen penyalur PRT di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Bagi ibu bekerja, kondisi ini mengharuskan mereka untuk memutar otak agar rumah tangga dan kantor dapat berjalan seiring. Beberapa ibu bekerja memilih untuk meminta bantuan orang tua untuk dapat mengurus anak, terutama yang masih bayi. Ketika masih bayi, diperlukan pengawasan orang tua atas pengasuhan yang dilakukan oleh nanny atau pengasuh bayi.
Beberapa ibu bekerja memilih untuk tidak mempekerjakan PRT atau pengasuh karena beragam alasan. Pengasuhan anak dilakukan oleh orangtua atau dengan bantuan tetangga yang dapat dipercaya. Bangun hubungan yang baik dengan orangtua dan membiarkan mereka sesekali 'bebas tugas' adalah pilihan yang manusiawi. Dengan tetangga, bangun kepercayaan sosial, sehingga tetangga lainnya dapat ikut mengawasi pengasuhan.
Bagi anak yang relatif besar namun masih di bawah lima tahun, menyekolahkannya ke PAUD dapat menjadi alternatif. Hal ini karena pengasuhan PAUD biasanya dilakukan selama jam ibu bekerja; sejak pagi hingga jam 17.00. Anak dididik dengan bermain dan dalam suasana menyenangkan sehingga ibu tidak perlu khawatir dengan asupan gizi dan perkembangan kreativitas anak.
ADVERTISEMENT
Jaga kondisi tubuh anak dengan asupan buah, sayur dan penambah daya tahan tubuh lainnya. Kondisi anak yang sakit dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan yang diperlukan oleh ibu bekerja; kantor dan urusan rumah yang beres.
Ilustrasi ibu bekerja dengan anak. Sumber foto: joblist.md
2. Pengaturan waktu
Ibu bekerja zaman now bisa dibilang relatif lebih ‘enak’ karena dukungan teknologi rumah tangga yang tersedia massal dan semakin murah. Misalnya, telah ada teknologi mesin cuci, rice cooker, lampu LED otomatis sehingga penyalaan lampu teras rumah dilakukan otomatis, dan lain-lain.
Ibu bekerja harus dapat mengatur waktu dengan baik. Sumber foto : ordinarynitnot.blogspot.co.id
Namun demikian, pengaturan waktu ketat harus tetap dilakukan mengingat di kota besar, waktu perjalanan dapat sangat lama. Ibu bekerja harus tetap melakukan aktivitas ritual bangun lebih pagi daripada anggota keluarga lainnya. Saat tiba di rumah dari tempat kerja pun, ibu juga biasanya telah memastikan makan malam untuk seluruh anggota keluarga. Pemesanan makanan secara daring biasanya dilakukan sesekali. Pemesanan rutin umumnya dilakukan jika anggota keluarga relatif sedikit. Penting untuk memastikan cara penyiapan makanan yang higienis agar keluarga terhindar dari penyakit.
ADVERTISEMENT
Saat anak sakit, ibu bekerja biasanya membawa anaknya ke dokter. Kondisi panas selama 3 hari berturut- turut menandakan ada infeksi di tubuh anak. Dalam kondisi ini, jangan menunda untuk membawanya ke dokter. Sebaiknya ibu terlibat langsung dengan dokter untuk memastikan obat atau treatment yang tepat. Apabila telah ada obat atau treatment dokter, ibu dapat melanjutkan aktivitas di kantor dengan tetap memonitor tidak langsung atas kondisi anak.
3. Lebih sering membawa anak ke tempat kerja
Karena ketiadaan pengasuh, tidak jarang ibu bekerja zaman now membawa anaknya ke tempat pekerjaan. Semakin banyak pula dukungan terhadap ibu bekerja seperti tempat pengasuhan anak di kantor. Pemberian hak libur atau cuti serta meningkatnya kesadaran hak-hak PRT di kalangan ibu bekerja zaman now turut mendukung tren ini. Situasi kantor juga seharusnya dapat mendukung langkah ini, mengingat setiap ibu yang bekerja dapat menjadi tulang punggung baik di rumah maupun di kantor.
ADVERTISEMENT
Stok ASI Perah atau ASIP. Lazim dilakukan oleh ibu bekerja. Sumber foto : kakakraka.blogspot.co.id
Dalam beberapa event luar kantor, tidak jarang pula ibu bekerja membawa serta anaknya. Hal ini dilakukan karena beberapa alasan seperti anak masih kondisi bayi dan menyusui eksklusif, ketiadaan pengasuh atau anggota keluarga lainnya di rumah, untuk rekreasi anak dll.
Menurut psikolog Dana Hyman dari New York University Child Study Center, membawa anak sesekali ke tempat kerja tidak melulu berarti kerepotan bagi orang tua. Anak dapat belajar atau mengetahui bagaimana orangtua bekerja. Anak diharapkan dapat lebih berempati dan menghargai keuletan ibunya dalam bekerja.
Satu hal yang sangat penting, ibu bekerja agar selalu menjaga pola hidup dan pola makan yang sehat. Saat kondisi badan menurun, jangan paksakan diri dan segera minta bantuan baik kepada orang sekitar atau pihak lain yang tersedia.
ADVERTISEMENT
Peran ibu sungguh banyak. Sumber foto : soha.vn
Apa peran ayah?
Ayah berperan untuk terlibat dalam pengasuhan anak dan urusan tetek bengek rumah tangga. Baik ibu dan ayah yang keduanya bekerja, dapat mengambil keputusan bersama terkait kelangsungan aktivitas rumah tangga dan pengasuhan anak dengan dasar kemitraan bersama. Hal ini tentu mempertimbangkan resiko-resiko yang mungkin timbul.
Dalam aktivitas sehari-hari, ayah juga dapat terlibat seperti menyiapkan sarapan pagi, mengepel atau menyapu. Satu aktivitas fisik sehari dapat menjadi pilihan sebagai bagian dari olahraga harian.
Selamat bekerja bagi para ibu zaman now.