Bahasa Kekinian "Gaul", Hasil Kreativitas atau Tanda Pudarnya Bahasa Indonesia?

Fitri Yani
Mahasiswi di Universitas Pamulang, Prodi Akuntansi.
Konten dari Pengguna
10 Oktober 2021 20:55 WIB
Tulisan dari Fitri Yani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilusrasi Bahasa Gaul di Indonesia, foto, Fitri Yani.
zoom-in-whitePerbesar
Ilusrasi Bahasa Gaul di Indonesia, foto, Fitri Yani.

Tahukah ga sih? Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional yang berfungsi sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Tetapi, jika kita teliti secara seksama, bahasa di Indonesia mengalami perubahan secara pesat dari waktu ke waktu.

ADVERTISEMENT
Wah, apalagi di jaman sekarang ada istilah bahasa gaul lho!
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Menurut KBBI edisi keempat itu, bahasa gaul artinya "Dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan". Sementara "Pergaulan" menurut KBBI, artinya "n 1 perihal bergaul; 2 kehidupan bermasyarakat; - memengaruhi kepribadian". Artinya, kalau keterangan tentang arti "Pergaulan", akan berbunyi "Dialek bahasa Indonesia nonformal, yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk perihal bergaul; atau untuk kehidupan bermasyarakat".
Bahasa gaul ini sering digunakan oleh para remaja dalam kehidupan sehari-hari, bahkan di dunia perfilman Indonesia. Ternyata, ada beberapa bahasa gaul yang masuk ke dalam KBBI lho!
Nah, bahasa gaul juga bisa memperkaya bahasa Indonesia, terbukti dengan dimasukannya beberapa kata ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Wah, ternyata beneran ada ya.
ADVERTISEMENT
Ini dia beberapa contoh bahasa gaul yang masuk ke dalam KBBI :
Dalam KBBI, kata "Ambyar" memiliki arti bercerai-cerai, berpisah-pisah, tidak konsentrasi lagi. Istilah ambyar ini dipopulerkan lewat lagu-lagu patah hati yang dilanturkan oleh penyanyi legendaris Almarhum Didi Kempot yang sanggup membuat para penggemarnya menamai diri mereka sebagai sobat ambyar. tahu gak sih kenapa mereka menamainya sebagai "sobat ambyar"? karena sering terbawa perasaan hingga merasa hatinya hancur dan mengalami kesedihan yang amat mendalam. Duh, mendalami banget kan lagu-lagunya jadi sedih...
Kalian pasti udah ga asing lagi kan sama kata Julid 'jujur sulit' yang artinya iri dan dengki dengan keberhasilan yang telah dicapai oleh orang lain. Nah, lho siapa nih..? Biasanya dilakukan dengan cara membuat status di media sosial dengan maksud untuk menyudutkan orang tertentu, menulis komentar pada unggahan orang lain, dan bisa juga dilakukan secara langsung oleh para sekelompok orang.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya ada pula istilah kepo. Nah pada KBBI, kepo diartikan sebagai "rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain". Istilah ini dilontarkan pada orang yang terlalu penasaran terhadap seseorang, istilah ini juga bisa mengganggu privasi seseorang. Buat kalian, jangan suka kepo ya dengan permasalahan seseorang apa lagi sampai mengganggu privasi nya.
Nah, kalau kita teliti lebih dalam, sebenarnya bahasa gaul juga bermanfaat untuk menambah kosakata Bahasa Indonesia. Apalagi, bahasa gaul secara leluasa digunakan secara langsung atau melalui media sosial, seperti chattingan hingga disiarkan melalui televisi, yang sekarang sudah masuk hingga ke seluruh Indonesia bahkan ke pelosok-pelosok.
Namun, dibalik manfaat tersebut terselubung keprihatinan yang memperlihatkan bagaimana Bahasa Indonesia yang sesungguhnya mulai pudar dan jarang digunakan oleh generasi muda. Masa sih...
ADVERTISEMENT
Kita seharusnya selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Apalagi ketika kita sedang berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dari kita. Apalagi ketika berkomunikasi dengan orang tua sendiri, harus dengan sopan ya...
Jadi, alangkah baiknya kita sebagai warga negara Indonesia, harus memperhatikan perkembangan Bahasa Indonesia serta mengawasi kegiatan pengajaran Bahasa Indonesia yang baik dan benar, agar tetap terpelihara hingga ke generasi anak dan cucu kita selanjutnya.
Nah, kira-kira bahasa gaul apa lagi nih yang belum disebutkan?
Penulis : Fitri Yani
Mahasiswi Universitas Pamulang, Prodi Akuntansi.