Konten dari Pengguna

Pendidikan Kolaboratif: Strategi Pembelajaran Membentuk Generasi Berkarakter

Fitria Handayani
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Manajemen Pendidikan.
22 November 2024 17:01 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitria Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penerapan pembelajaran kolaboratif di kelas sebagai strategi pembentukan karakter siswa. (Sumber: https://www.shutterstock.com/image-photo/happy-preteen-children-female-teacher-playing-2418519547)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penerapan pembelajaran kolaboratif di kelas sebagai strategi pembentukan karakter siswa. (Sumber: https://www.shutterstock.com/image-photo/happy-preteen-children-female-teacher-playing-2418519547)
ADVERTISEMENT
Kualitas belajar dan krisis karakter pada generasi muda menjadi perhatian serius pada dunia Pendidikan di indonesia. Metode pembelajaran yang monoton dan kurang menarik menjadi salah satu faktor rasa bosan dan hilangnya motivasi belajar pada siswa. Maka dari itu, Pendidikan kolaboratif menjadi solusi pendekatan yang lebih seru, efektif, dapat membangkitkan semangat belajar, dan relevan untuk mempersiapkan siswa yang berkarakter untuk bisa menghadapi berbagai tantangan dan kebutuhan di masa depan.
ADVERTISEMENT
Pendidikan kolaboratif secara definisi adalah metode pengajaran yang menerapkan sistem kerja sama antar siswa untuk bisa memecahkan suatu permasalahan, bertukar pendapat, dan berbagi pengetahuan untuk mencapai hasil dan tujuan bersama. Melalui Pendidikan kolaboratif, tidak hanya melatih kecerdasan siswa untuk berfikir kritis dan kreatif tetapi juga belajar kerja sama dalam tim serta belajar mengembangkan karakter pada diri mereka seperti tanggung jawab, empati, komunikasi, toleransi, dan kepemimpinan. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar bersama, Pendidikan kolaboratif memiliki manfaat lain yaitu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi pada Pendidikan konvensional atau metode pembelajaran klasik.
Apa sih yang membedakan Pendidikan kolaboratif dengan Pendidikan konvensional?
Secara keseluruhan antara Pendidikan kolaboratif dengan Pendidikan konvensional tentu berbeda. Dilihat dari karakteristik Pendidikan konvensional bersifat satu arah dan peran siswa yang cenderung pasif, di mana guru menyampaikan materi dan siswa hanya mendengarkan. Berlainan dengan karakteristik pembelajaran kolaboratif yang beragam sebagaimana pendapat Klemm (Feng Chun, 2006), yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Ketergantungan positif
Maksud dari ketergantungan positif yaitu menyadari bahwa usaha seseorang tidak akan berhasil jika tidak melibatkan peran anggota kelompoknya.
2. Interaksi
Dengan adanya interaksi antaranggota kelompok dapat mewujudkan sistem dukungan akademik berupa rasa komitmen yang dimiliki setiap anggota untuk menyelesaikan tugasnya dan membantu anggota kelompoknya.
3. Pertanggungjawaban individu dan kelompok
Dalam pembelajaran kolaboratif, setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab mengenai kontribusinya dalam kelompok dan pencapaian tujuan kelompok tersebut.
4. Pengembangan kecakapan interpersonal
Selain kecakapan akademik, kecakapan interpersonal atau sosial seperti kepemimpinan, manajemen konflik, dan sebagainya merupakan hal penting pada praktik pembelajaran kolaboratif.
5. Pembentukan kelompok heterogen
Pembentukan kelompok pada pembelajaran kolaboratif ini memegang prinsip heterogenitas karena dari pengalaman dan latar belakang siswa yang berbeda-beda adalah modal penting untuk memperkaya proses belajar di kelas.
ADVERTISEMENT
6. Berbagi pengetahuan antara guru dan siswa
Pada pembelajaran kolaboratif, tugas guru adalah menghargai dan mengembangkan pembelajaran berdasarkan pengetahuan, pengalaman pribadi, strategi, dan budaya yang dibawa siswa, dengan begitu siswa akan termotivasi untuk mendengarkan dan lebih banyak belajar hal baru.
7. Berbagi otoritas antara guru dan siswa
Pada sistem pembelajaran ini, guru membagi otoritasnya dengan siswa dengan cara yang spesifik yaitu dengan melibatkan siswa secara aktif dalam penetapan tujuan belajaran, pendesainan tugas-tugas, dan evaluasi ketercapaian tujuan belajar.
8. Guru sebagai mediator
Peran guru sebagai mediator hanya bertugas membantu siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, membantu menggambarkan penyelesaian masalah, dan membantu siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn).
ADVERTISEMENT
Selain berbeda secara karakteristik, pembelajaran kolaboratif lebih kaya manfaatnya dan luas cangkupannya dibanding Pendidikan konvensional karena pembelajaran kolaboratif tidak hanya diterapkan di kelas, melainkan antar kelas, antar sekolah, dan seterusnya. Selanjutnya, manfaat dari Pendidikan kolaboratif ini dimulai dari siswa menjadi lebih aktif, terlatihnya skill berkomunikasi, belajar menghargai pendapat orang lain, pemahaman materi mendalam mengenai materi yang dipelajari, melatih berpikir kritis, melatih kerja sama memecahkan masalah, melatih penerapan rasa tanggung jawab, belajar jadi terasa menyenangkan, membuat motivasi belajar lebih tinggi, dapat memperluas relasi, dan manfaat lainnya yang berkaitan dengan kerja sama. Mengapa kerja sama sangat penting? karena kerja sama dalam tim berguna untuk mempersiapkan siswa terhadap masa depannya di dunia kerja agar bisa menghadapi tantangan dalam dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Metode Pendidikan Kolaboratif
Pendidikan kolaboratif ini menyajikan beberapa metode pembelajaran seru yang bikin jiwa kompetitif siswa terpancing loh, kira-kira metode apa saja yang digunakan ya?
Pertama, metode cooperative learning structures (CLS) yaitu model pembelajaran yang digunakan untuk melatih daya ingat, kecerdasan, kerja sama dan berani berkomunikasi. Kedua, metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) yaitu model pembelajaran siswa untuk dilatih cara melakukan suatu pengamatan atau analisis, berpikir kritis, dan tentu meningkatkan kerja sama tim. Ketiga, metode studi kasus (Case Study) yaitu model pembelajaran yang melatih siswa untuk memahami relevansi antara teori pembelajaran dengan fungsi dalam konteks nyata, membangun kedisiplinan, tanggung jawab, kerja sama tim, komunikasi, dan meningkatkan rasa empati. Keempat, metode Jigsaw yaitu model pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan siswa dalam berdiskusi, menguasai sebuah materi secara singkat, dan mengemukakan pendapatnya di skala yang lebih luas. Kelima, metode pembelajaran berbasis projek yaitu model pembelajaran yang secara garis besar untuk mengembangkan keterampilan praktikal yang akan menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif. Keenam, metode pembelajaran berbasis teknologi yaitu pembelajaran yang menggunakan berbagai teknologi informasi sebagai media pembelajaran agar siswa bisa mengeksplor sumber belajar dan melatih keterampilan digital.
ADVERTISEMENT
Tantangan Penerapan Pendidikan Kolaboratif
Dibalik kekayaan manfaat dari Pendidikan kolaboratif, bagi saya pasti ada tantangan untuk bisa menerapkan Pendidikan kolaboratif secara optimal. Tantangan mendasar disaat kita memposisikan diri sebagai siswa yaitu membagi tugas secara adil kepada anggota kelompok karena sering didapati ketidakseimbangan kontribusi antar anggota sehingga menyebabkan kecemburuan dan mengurangi efektivitas kolaborasi. Selain itu, perbedaan pendapat juga menjadi tantangan penerapan Pendidikan kolaboratif walaupun hal ini sudah pasti terjadi, namun jika masalah ini tidak teratasi akan menyebabkan konflik dan ketegangan ditambah rasa enggan ataranggota untuk berkompromi maka akan memperhambat tercapainya tujuan dan kekompakan pada kelompok.
Untuk bisa menerapkan Pendidikan kolaborasi yang optimal, maka solusi dari permasalahan tersebut ialah dengan menetapkan peran dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap anggota kelompok sebelum memulai projek. Selain itu, solusi selanjutnya dengan memfasilitasi diskusi untuk menampung pendapat dilanjut menggunakan teknik brainstorming untuk mengeksplorasi semua ide sebelum membuat keputusan. Kemudian dorong bagi anggota yang tidak mau berkompromi untuk melakukan kompromi dan beri pemahaman bahwa dengan kompromi dapat menghasilkan solusi yang lebih baik. Terakhir, gunakan teknik mediasi untuk membantu menemukan titik temu dari segala permasalahan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, Pendidikan kolaboratif merupakan investasi jangka panjang untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter moral yang kuat sebagai bekal untuk menghadapi tantangan di masa depan. Suksesnya pembelajaran kolaboratif juga bergantung pada perencanaan yang matang, dukungan, juga kolaborasi dari guru, pihak sekolah, orang tua, dan keterlibatan aktif dari siswanya.
Semoga bermanfaat