Konten dari Pengguna

Kenikmatan Menonton Pornografi yang Merusak Otak

Fitria Kayisa Madarina
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
3 Januari 2021 21:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitria Kayisa Madarina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kenikmatan Menonton Pornografi yang Merusak Otak
zoom-in-whitePerbesar
Hidup di zaman canggih seperti sekarang ini rasanya tidak pernah lepas dengan apa yang disebut internet. Kemudahan akses melalui smartphone yang dapat dibawa kemanapun menambah tingginya penggunaan internet. Berbagai sumber informasi, ilmu bahkan hiburan kita dapatkan hanya dengan sentuhan jari. Terlebih di saat penatnya pandemi seperti sekarang yang mengharuskan kita untuk berkegiatan di rumah saja membuat kita berselancar mencari hiburan melalui berbagai platform di internet. Kemudahan usaha dalam menikmati hiburan ini tak jarang menjadi kebiasaan sehari – hari kita. Tentunya hal ini sangat wajar terjadi karena otak kita cenderung mendorong kita untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan secara berulang. Namun, hal ini akan menjadi masalah ketika seseorang mengalami adiksi. Adiksi dari internet ada banyak macamnya, salah satu adiksi yang membahayakan adalah adiksi pornografi.
ADVERTISEMENT
Sebelum membahas lebih dalam mengenai adiksi pornografi, kita perlu tahu terlebih dahulu bagaimana seseorang bisa mengalami adiksi. Adiksi ternyata tidak hanya disebabkan oleh obat – obatan saja, tetapi juga kebiasaan atau behavior dapat membuat seseorang mengalami adiksi. Sebagaimana adiksi sendiri didefinisikan sebagai bentuk ketergantungan secara psikologis antara seseorang dengan suatu stimulus yang tidak selalu berupa suatu benda atau zat (Davis dalam Soetjipto, 2005). Adiksi berkaitan erat dengan bagaimana otak kita merespon suatu informasi atau stimulus yang berlangsung di sistem limbik. Sistem limbik adalah pusat kontrol emosi dan juga behavioral seperti makan, dan berhubungan seks. Sistem limbik ini biasa disebut juga dengan “Reward Centre” yaitu pusat kesenangan dalam otak yang memotivasi seseorang untuk melakukannya lagi. Di bagian ini lah zat kimia otak pemberi sensasi senang, yang disebut dengan dopamin, dihasilkan.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang mengalami adiksi, ketika ia melakukan kegiatan yang membuatnya kecanduan akan mengaktifkan sistem limbik di otak. Kemudian sistem limbik ini akan melepaskan zat kimia otak berupa dopamin yang membuat pelaku akan merasakan sensasi yang menyenangkan. Hal yang menyenangkan dan cara bagaimana pelaku mendapat kesenangan itu akan diingat oleh otak. Sehingga, sewaktu pelaku ingin mencari kesenangan ia akan cenderung melakukan aktivitas yang sama. Apabila aktivitas yang sama ini dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang panjang tanpa henti maka akan terjadi ledakan dopamin atau meningkatnya kadar dopamin yang abnormal dalam otak. Hal ini akan menyebabkan desensitisasi reseptor dopamin, yaitu berkurangnya sensitivitas reseptor pada saraf yang menangkap dopamin. Alhasil orang tersebut akan sulit merasakan sensasi senang dari hal – hal sederhana, ia akan membutuhkan sesuatu yang lebih besar untuk membuatnya senang. Jadi dalam kasus adiksi pornografi, sesuatu yang lebih besar itu dapat berupa visual yang lebih vulgar dengan intensitas menonton yang lebih lama.
ADVERTISEMENT
Banyak dari kita tentu tahu bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Sebagaimana dopamin dalam jumlah yang normal akan mendatangkan manfaat bagi kesehatan sedangkan dopamin dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan petaka bagi kita. Ledakan dopamin pada otak tidak hanya berdampak pada desensitisasi reseptor dopamin, tetapi juga berdampak pada kerusakan otak bagian depan yang disebut prefrontal cortex (PFC). Alaminya, dopamin akan dialirkan dari sistem limbik menuju prefrontal cortex (PFC). Dopamin dalam jumlah yang abnormal akan menyebabkan ketidakaktifan PFC, semakin sering PFC tidak aktif maka PFC akan mengalami penyusutan dan berkurangnya fungsi. Maka dari itu, sistem limbik akan memiliki peranan yang lebih besar sehingga pelaku akan menjadi kehilangan kontrol diri. Oleh karena itu orang yang mengalami adiksi terhadap pornografi akan sulit mengontrol dirinya agar berhenti mencari kesenangan melalui konten pornografi. Donald Hilton Jr, ahli bedah otak dari San Antanio, Texas, mengungkapkan bahwa hasil MRI menunjukan, kerusakan PFC pada orang yang mengalami adiksi terhadap pornografi sama dengan kerusakan PFC orang yang mengalami kecelakaan. PFC merupakan bagian otak yang dianugerahkan secara istimewa kepada manusia. Sehingga, apabila mengalami kerusakan pada PFC, maka orang tersebut akan kehilangan fungsi utama dalam pengambilan keputusan, berpikir kritis, memecahkan masalah dan pengendalian diri.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus adiksi pornografi rusaknya PFC akan berdampak pada perubahan perilaku dari orang tersebut. Adiksi pornografi tidak jarang akan menjerat seseorang dalam perilaku penyimpangan seksual seperti pelecehan seksual, seks bebas dan kekerasan seksual. Hal itu berkaitan dengan adegan yang diperlihatkan dalam video pendek maupun film pornografi. Beberapa tahun lalu, para peneliti mengamati 50 film porno popular. Dari 304 adegan film, berisi 88% kekerasan fisik dan 49% berisi agresi verbal. Rata – rata , hanya satu dari 10 adegan yang tidak mengandung agresi. Menjadi mudah lupa terhadap sesuatu juga merupakan dampak dari adiksi pornografi. Pernyataan tersebut diperkuat dengan sebuah penelitian dari University of Duisburg-Essen Jerman, yang menyatakan bahwa pria akan bermasalah pada ingatan jangka pendek (short-term memory loss) apabila sering melihat atau menonton hal yang vulgar. Selain itu dampak lain yang tak kalah menjadi perhatian adalah dampak psikologis. Dampak psikologis seperti euforia, cemas, menarik diri dari lingkungan sosial, depresi dan mudah marah juga ditimbulkan dari adiksi pornografi (Baxter et al,2014).
ADVERTISEMENT
Tidak ada istilah terlambat untuk memperbaiki perilaku yang berdampak buruk bagi kita, termasuk adiksi pornografi. Niat untuk menjauhi hal yang merusak ini adalah langkah awal yang paling sederhana tetapi sangat penting. Membiasakan diri untuk tidak sendirian di kamar dengan berinteraksi kepada orang – orang sekitar dapat sangat membantu dalam meminimalisasi hasrat untuk menikmati konten pornografi. Berolahraga dan menikmati segarnya alam juga dapat menjadi sarana pelepas penat untuk mendapatkan kesenangan yang seutuhnya. Tak lupa pentingnya memperkaya wawasan agar dapat terciptanya hidup yang lebih bermakna. Apabila segala macam aktivitas positif tidak dapat membantu banyak, berkonsultasilah kepada psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Referensi :
Soetjipto, H. P. 2005. Pengujian Validitas Konstruk Kriteria Kecanduan Internet. Jurnal Psikologi. Vol. 32. No. 2 (74-91).
ADVERTISEMENT
Mariyati., H.C, Novy., Mustikasari. (2012). Terapi Kognitif Perilaku Dan Terapi Kelompok Swabantu Untuk Menangani Ansietas Remaja Dengan Kecanduan Pornografi. Proceeding Unissula Nursing Conference. 122 – 132.
How Consuming Porn Can Lead to Violence. Fight New Drug. Retrieved from : https://fightthenewdrug.org/how-consuming-porn-can-lead-to-violence/
Halber, Deborah (2018, August). Motivation: Why You Do the Things You Do. BrainFacts. Retrieved from : https://www.brainfacts.org/thinking-sensing-and-behaving/learning-and-memory/2018/motivation-why-you-do-the-things-you-do/
Dampak Video Pornografi bagi Anak dan Remaja. Sahabat Keluarga Kemendikbud DP3AKB Provinsi Jawa Barat. Retrieved from : http://dp3akb.jabarprov.go.id/dampak-mengerikan-serta-solusi-bagi-pecandu-pornografi/