Konten dari Pengguna

Dari Ujung Gading menuju Ujung Ranah Koto Tinggi

Fitria Sari
Chief Operating Officer Luvtrip.id Community Development Practitioner Women Empowerment Enthusiast Business Mentor
7 Maret 2024 14:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitria Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Oleh: Fitria Sari*

Bandara Minangkabau | dok.pribadi-Luvtrip
zoom-in-whitePerbesar
Bandara Minangkabau | dok.pribadi-Luvtrip
“Cabin crew, prepare for landing” ucap pilot memberi aba-aba kepada seluruh awak pesawat seperti biasanya. Namun, kali ini landing saya terasa istimewa. Bersama Luvtrip, saya berkesempatan mengunjungi ranah Minang yang sudah lama didamba.
ADVERTISEMENT
Dari jauh tampak tertulis “Bandara Internasional Minangkabau”, terpampang megah di papan berwarna putih pada bangunan yang khas dan unik, yaitu desain rumah gadang. Salah satu bandar udara yang sangat menarik dengan coraknya.
Perjalanan dari pesawat menuju garbarata terlewati seperti biasa, namun tiba-tiba telinga kita akan dimanjakan dengan alunan musik khas Minang yang ceria menyambut para tamu yang hendak turun dari terminal kedatangan menuju conveyor pengambilan bagasi. Di sini, sangat terasa bahwa saya sudah menginjakkan kaki di ranah Minang!
Suasana di sekitar bandara cukup ramai karena hampir di setiap conveyor mengular para penumpang yang hendak mengambil bagasi. Beberapa turis mancanegara juga terlihat mondar mandir sambil membawa papan selancar yang tingginya hampir mencapai atap bandara. Tersirat untuk mengajak berbincang, kemana mereka akan berselancar? Namun, sayangnya saya dan tim Luvtrip harus bergegas karena mobil telah stand by.
ADVERTISEMENT
Dari Bandara Menuju Destinasi Pertama
Saat itu jam sudah menunjukkan angka 13.15 WIB, sudah tiba waktu makan siang. Namun, kami berjuang menahan lapar karena ingin menikmati makan siang di warung langganan yang jaraknya masih kurang lebih 1,5 jam dari titik keberangkatan. Alhasil selama di jalan, rasa lapar dan ngantuk menyiksa. Namun, semua terbayarkan saat tiba di rumah makan tersebut. Seperti masakan khas padang pada umumnya, nasi dan aneka lauk terhidang lengkap dengan sayur daun singkong rebus dan mentimun. Tak lupa raja dari segala makanan, yaitu sambal hijau dan merah.
Hampir di sepanjang jalan menuju Kecamatan Ujung Gading, memiliki rumah makan yang terkenal dengan menu mujair bakar atau ikan tuna/tongkol balado merah. Setiap pengunjung yang datang secara otomatis mendapat mujair bakar ukuran sedang. Bumbu rempahnya sangat khas, ikan tidak amis, aroma bakar yang dipadu dengan bumbu merah menghiasi mujair yang matang sempurna. Praktik usaha ini merupakan usaha keluarga dan ramai dikunjungi setiap harinya. Seperti biasa, setiap rumah makan yang ada memiliki rasa yang khas dan unik. Namun, juaranya tetap terletak pada menu sambal merah (balado) dan sambal ijo yang semakin membuat penikmatnya menambah nasi khas Padang ke piringnya.
ADVERTISEMENT
Sudah selayaknya kita patut berbangga dengan warisan kuliner yang ada di Indonesia, khususnya masakan khas daerah seperti di wilayah ini. Mengingatkan bagaimana leluhur memiliki kearifan dan tata cara yang unik dalam mengolah kekayaan alam menjadi sajian yang nyata dan sarat akan cerita otentik di balik setiap pembuatan makanan tersebut. Tidak berusaha menafikkan keberadaan olahan siap saji masa kini, melainkan tulisan ini menggubah ingatan untuk sadar bahwa makanan dengan gizi yang seimbang, perlu menjadi perhatian kita semua.
Sambal Ijo dan Aneka Lauk | dok.pribadi | Luvtrip
Sikabau Maimbau-Imbau
Petualangan tidak hanya berhenti pada persinggahan kuliner khas di sana. Perjalanan yang luar biasa menantang selama 6-7 jam dari bandara hingga ke lokasi, merupakan rangkaian dari kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Luvtrip kepada kelompok sadar wisata, kelompok masyarakat peduli penyu, pegiat lingkungan peduli mangrove, serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Jorong Sikabau-Ranah Koto Tinggi.
ADVERTISEMENT
Sebagai upaya mendorong pariwisata yang peduli terhadap kelestarian lingkungan dan pengembangan kapasitas warga sekitar sebagai pelaku utama, program pendampingan ini dilakukan. Adapun aktivitas yang dilakukan meliputi pemetaan kebutuhan dan potensi, penguatan branding produk usaha dan pariwisata, membuat tagline promosi, penyadaran dan transformasi digital untuk pemasaran, hingga literasi keuangan. Tentu bukan hal yang mudah! Sebab, memberikan pengetahuan dan wawasan yang berujung pada perubahan perilaku adalah proses panjang yang membutuhkan perencanaan sekaligus pemantauan yang terukur secara berkala.
Artinya, pekerjaan rumah tentang dunia pariwisata dan usaha di masa kini masih terus bertambah. Meski berbagai program pemerintah dan swasta terus dilakukan untuk mendorong peningkatan berusaha, namun tetap muncul berbagai tantangan. Misalnya aspek permodalan, izin usaha, pemasaran, bahan baku, rantai pasok, sumber daya manusia (SDM), literasi keuangan dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Beruntungnya dengan semangat membangun nagari dari kelompok-kelompok di Jorong Sikabau, menjadi aspek penting dalam promosi wisata dan usaha. Salah satunya terlihat pada pembuatan tagline promosi. Dengan mengusung semangat lokal, kata Sikabau Maimbau-Imbau yang berarti Sikabau Memanggil Manggil, terpilih menjadi tagline. Dengan harapan, para pengunjung atau konsumen selalu teringat produk usaha dan destinasi wisata di Sikabau, hingga terasa terus memanggil untuk dikunjungi kembali.
Produk Olahan Ikan yang Selalu Dirindukan
Seperti perjalanan dan aktivitas pemberdayaan komunitas (community development) sebelumnya, Luvtrip memiliki prinsip pendekatan dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki komunitas. Mengkreasikan apa yang ada di sekitar adalah nyawa sebuah usaha yang dapat berkelanjutan (sustainability of business). Kondisi demikian terlihat dari pengembangan produk usaha dari tiga kelompok UMKM Batu Batino, Lubuok Omeh, dan Elang Laut di Jorong Sikabau. Mereka memanfaatkan hasil laut khususnya ikan yang menjadi primadona di Jorong Sikabau.
ADVERTISEMENT
Mereka tidak hanya sekedar berpangku tangan dengan menjual ikan dari para nelayan, namun berinisiatif untuk mengolahnya menjadi aneka kudapan sehat. Seperti kue brownies berbahan ikan, tahu bakso ikan, nugget ikan, siomay ikan dan lainnya. Terlebih, saat musim hasil tangkapan ikan berlebih dan berharga murah. Mereka berinovasi dengan mengolah hasil alam menjadi aneka kuliner yang gurih, sedap, dan mantap. Mereka juga percaya bahwa produksi olahan ikan tersebut juga mampu memperbaiki gizi warga sekitar.
Meski demikian, bukan berarti mereka selalu dengan mudah mengembangkan produk. Tantangan seperti disebut di atas kerap dirasakan. Dengan kata lain, pelaku usaha di sektor mikro menghadapi tantangan dari hulu hingga hilir. Penting untuk selalu mengingat bahwa untuk mendukung roda perekonomian lokal, perlu kepedulian kita sebagai konsumen dengan tetap berpihak dengan memilih pada produk lokal yang dihasilkan. Perlunya inovasi juga tetap menjadi kunci keberhasilan pengembangan usaha.
ADVERTISEMENT
*COO Luvtrip