Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Buzzer dan Ambiguitas Makna Komunikasi yang Mereka Bawa
18 Desember 2020 12:44 WIB
Tulisan dari Fitriana Rahayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa itu Buzzer?
Buzzer secara arti bahasa berarti dengungan. Jika ditilik kembali dari asal katanya, 'buzz' dalam bahasa Inggris memiliki arti 'dengung'. Jadi, dapat disimpulkan bahwa 'buzzer' dapat dialihbahasakan menjadi pendengung. Ya, pendengung di media sosial. Buzzer atau pendengung ini sudah ada sejak lama. Akan tetapi buzzer semaki dikenal ketika media sosial mulai banyak digunakan dan dimanfaatkan sebagai pilihan masyarakat untuk berkomunikasi dan melakukan pemasaran. Baik pemasaran produk sampai pemasaran di bidang politik, entah dalam berkampanye atau hal branding tokoh-tokoh penting dalam politik.
ADVERTISEMENT
Belakangan ini kata buzzer sangat ramai diperbincangkan. Tepatnya sejak maraknya aksi unjuk rasa oleh mahasiswa di sejumlah titik di Indonesia. Mahasiswa-mahasiswa yang unjuk rasa habis-habisan mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai. Terutama perihal pengesahan beberapa undang-undang.
Saat mahasiswa menyuarakan kegelisahannya melalui unjuk rasa secara langsung ataupun melalui media sosial, muncullah buzzer-buzzer pendukung pemerintah. Buzzer-buzzer ini ada yang memang asli tokoh-tokoh tertentu sampai hanya akun anonim.
So, buzzer ialah orang-orang yang memiliki pengaruh tertentu untuk menyuarakan sebuah kepentingan. Entah itu karena tergerak sendiri atau suruhan yang memiliki timbal balik antara keduanya. Dalam menyuarakan, buzzer dapat mengungkapkan dengan akunnya secara langsung atau secara anonim.
Fenomena Buzzer di Indonesia
Fenomena buzzer di Indonesia, terutama dalam politik di media sosial kembali mencuat setelah PEMILU 2019, para buzzer ini kembali menjadi perbincangan karena gerak aktifnya saat terjadi gerakan unjuk rasa dalam menolak kebijakan pemerintah. Seperti yang kita ketahui bersama, beberapa waktu lalu muncul demonstrasi dan jenis-jenis unjuk rasa lainnya di beberapa daerah, mulai dari mahasiswa hingga para tokoh masyarakat. Pada awalnya, buzzer digunakan sebagai strategi marketing digital untuk penjualan produk. Akan tetapi, belakangan ini, buzzer digunakan juga untuk mendongkrak popularitas tokoh atau partai politik tertentu. Di Indonesia, perkembangan buzzer politik bermula pada 2012, saat digunakan menjadi alat pendongkrak popularitas pasangan calon Gubernur DKI Jakarta. Pasangan tersebut didukung pasukan media sosial untuk mendorong segala isu politik.
ADVERTISEMENT
Apa, sih kerjaan Buzzer?
Buzzer memiliki jaringan yang sangat luas. Saking luasnya, para buzzer memiliki sumber-sumber informasi yang terpercaya. Buzzer-buzzer ini juga dikenal sebagai orang yang sangat melek dan sadar dengan isu yang sedang berkembang. Dengan cepat konten dibuat oleh mereka sesuai dengan situasi, kondisi, dan isu yang terjadi. Buzzer biasanya juga bekerja atas dasar pesanan isu yang dibawa suatu tokoh penting publik, partai politik, pemerintah, atau pihak lain.
Akun-akun medsos yang digunakan buzzer bisa saja hanya asal nama, dengan foto profil perempuan, laki-laki, atau tokoh anime a.k.a akun palsu atau anonim. Pihak yang merekrut para buzzer tidak menggubris siapa identitas asli buzzer-buzzer ini. Yang paling penting bagi perekrut, misinya tersebar dan viral di Twitter, Facebook, Instagram, YouTube, atau platform lainnya (dikutip dari detiknews edisi Rabu, 02 September 2020 ditulis oleh Danu Damarjati).
ADVERTISEMENT
Ambiguitas
Ambiguitas adalah sifat atau hal yang memiliki makna lebih dari satu. Ambiguitas juga merupakan hal yang memiliki ketidakjelasan dan ketidaktentuan. Atau dapat disebut juga memiliki banyak arti. Pada Buzzer dan Ambiguitas Makna Komunikasi yang dibawa, ambiguitas memiliki peran sebagai suatu keadaan yang kurang atau bahkan tidak memilliki kejelasan. Begitu pula dengan komunikasi buzzer di media sosial, tentunya. Buzzer membawa keambiguitasannya dalam menyampaikan kata-kata. Baik positif atau negatif. Baik buzzer profesional ataupun yang tidak profesional.
Apa, sih Makna Komunikasi itu?
Makna dari sebuah komunikasi ialah arti yang dituturkan oleh orang lain ketika melakukan komunikasi. Dalam hal ini, makna komunikasi dikemas melalui kajian semantik. Semantik? Ya, semantik adalah bidang linguistik yang mengkaji arti bahasa. Tidak hanya arti bahasa, semantik juga turut mengkaji arti kalimat, arti komponen pembentuk kalimat, dan bagaimana arti kalimat dibentuk melalui makna komponen pembentuknya dan hubungan antar komponen tersebut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan uraian di atas, secara sederhana dapat kita ketahui bersama, jika semantik memiliki objek kajian utama, yaitu makna atau arti. Makna dapat diartikan sebagai arti dan juga maksud. Sedangkan arti dapat diartika sebagai maksud yang terkandung dalam sebuah perkataan atau kalimat.
Tidak hanya mengenai makna dan arti. Semantik juga mempelajari mengenai konsep. Konsep dalam semantik ini merupakan representasi mental dari suatu hal atau objek yang disimpan dalam otak manusia sebagai bentuk pengetahuan dalam bentuk kategori-kategori (Subuki, 2011: 25). Semantik, rupanya juga memiliki hubungan dengan disiplin ilmu lain berdasarkan objek kajiannya, yaitu ilmu pragmatik dan semiotik. Pragmatik ialah bidang yang mengkaji arti pembicara. Sedangkan semiotik ialah ilmu yang berkaitan dengan suatu hal yang dapat dijadikan sebuah tanda yang secara signifikan dapat menggantikan sesuatu yang lain. Jika semantik fokus terhadap arti yang sesuai kaidah atau makna sebenarnya, pragmatik fokus terhadap arti dari suatu ujaran yang memiliki arti ujaran tersendiri dan bersifat abstrak, serta logis.
ADVERTISEMENT
Kali ini, penulis akan membahas Buzzer dan Ambiguitas Makna Komunikasi yang Mereka Bawa melalui “Kacamata Semantik dan Hubungannya dengan Ilmu Pragmatik”. Yuk, perhatikan kutipan cuitan demi cuitan di bawah ini.
Sedikit sarkastik perbanyak ngikik. gak mahir nyinyir palingan nyatir
Begitulah cuitan pertama yang berhasil penulis dapatkan dari salah satu akun twitter milik buzzer. Dalam kacamata semantik, cuitan tersebut terdapat beberapa kata yang memiliki kaidah makna. Seperti, sarkastik. Sarkastik adalah sebuah ejekan yang dapat menimbulkan cemoohan terhadap orang lain. Mahir, mahir yaitu sudah sangat terlatih dalam mengerjakan sesuatu. Nyinyir, nyinyir memiliki makna sindiran, dan yang terakhir nyatir. Nyatir adalah semacam komedi tentang kebijaksanaan dan kebodohan yang ditampilkan secara lucu. Saat pragmatik dihubungkan dalam semantik, cuitan tersebut memiliki kata sindiran melontarkan, jika buzzer tersebut melontarkan pandangannya secara bijak dengan cara yang lucu tetapi dapat menyindir.
ADVERTISEMENT
Lalu, cuitan kedua yang penulis dapatkan, yakni yha sudah jelas mereka udah sakit ati digusur wkwk. Begitu tutur salah satu akun buzzer yang memberi cuitan di tengah aktivitas kampanye Gubernur DKI Jakarta 2017. Memang pada tahun tersebut merupakan tahun pergantian Gubernur di DKI Jakarta. pada saat kepemimpinan gubernur sebelumnya, Gubernur pada masa itu melakukan perubahan pembangunan dengan menggusur lahan-lahan milik pemerintah untuk dijadikan Rumah Susun (RUSUN). Pembangunan RUSUN bukan hanya membangun, akan tetapi menurut Gubernur tersebut, pembangunan RUSUN tersebut merupakan solusi untuk mengurangi rumah-rumah kumuh di bantaran kali. Pada cuitan tersebut, tergambar jelas arti pragmatiknya, yaitu buzzer mencoba untuk menyindir kepemimpinan pada masa itu yang selalu menggusur lahan untuk membangun RUSUN, sehingga rakyat sakit hati dan tidak memilihnya.
ADVERTISEMENT
Dua kutipan cuitan sebelumnya merupakan cuitan-cuitan yang terlihat kontra dengan pemerintah yang sedang memimpin. Untuk yang terakhir ini, penulis mencoba memberikan kutipan cuitan dari buzzer profesional yang tidak anonymous dan pro dengan pemerintah.
Presiden serahkan bantuan modal kerja untuk ringankan beban di saat pandemi lewat......
Cuitan tersebut telah menggambarkan dengan jelas bagaimana buzzer mampu menaikkan dan menjatuhkan sebuah bentuk pemerintahan. Jika dalam dua cuitan awal seorang buzzer mencoba membuat opini miring, pada cuitan terakhir yang penulis berikan, buzzer terlihat menjaga citra seorang pemimpin.
Dari cuitan demi cuitan dapat terlihat bagaimana seorang buzzer sangat pandai menata sebuah kata yang mengandung kesan ambiguitas dalam makna komunikasi yang mereka bawa.
Jadi, bagaimana? Sudah pahamkan soal buzzer dan ambiguitas makna yang dibawa? Terima kasih telah membaca.
ADVERTISEMENT