Konten dari Pengguna

Wajah Sering Terkena Angin, Benarkah Bisa Sebabkan Bell’s Palsy?

Annisa Fitri Bumantari
Berprofesi sebagai dokter umum. Menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta pada tahun 2014 - 2020.
10 Mei 2023 7:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annisa Fitri Bumantari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bell's palsy. Foto: evan_huang/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bell's palsy. Foto: evan_huang/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah kamu merasa cuaca di Indonesia khususnya di beberapa daerah terasa panas? Cuaca panas yang kita alami beberapa hari terakhir membuat kita menyalakan kipas angin atau berdiam diri di ruangan ber-AC, bahkan saat tidur. Kebiasaan tidur menghadap kipas angin untuk menyejukkan suhu udara di dalam ruangan sudah biasa terjadi saat cuaca panas.
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu mendengar atau mengetahui wajah yang sering terkena angin dapat menyebabkan penyakit Bell’s Palsy, yakni wajah menjadi perot atau lumpuh satu sisi?
Tidak hanya saat terkena kipas angin, wajah yang langsung terpapar angin saat kita berkendara motor tanpa menggunakan masker dan helm pun diduga dapat menyebabkan Bell’s palsy.
Pertanyaannya, apakah benar angin merupakan penyebab dari penyakit tersebut? Lalu wajah perot Bell’s palsy apakah sama dengan wajah perot pada Stroke?
Ilustrasi bell's palsy. Foto: Vladimir Arndt/Shutterstock
Bell’s palsy sendiri merupakan kelainan saraf yang disebabkan oleh kerusakan saraf wajah, menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi wajah bahkan bisa pada kedua sisi wajah, yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan cacat wajah yang khas.
ADVERTISEMENT
Kelumpuhan ini menyebabkan asimetri wajah dan mengganggu fungsi normal seperti menutup mata dan makan. Gejalanya bisa berbeda-beda pada setiap orang, seperti tiba-tiba kelemahan pada salah satu sisi wajah, kerutan dahi dan garis tawa tidak terlihat, sudut mulut tampak terkulai atau gangguan pengecapan.
Seseorang juga mengalami kesulitan menutup mata, mengangkat alis, tersenyum, mencucu, dan meringis. Gejala muncul tiba-tiba dan memuncak dalam 72 jam.
Contoh kelemahan otot wajah sisi kanan pada Bell's Palsy. Sumber: Annisa Fitri Bumantari
Gambar yang ditunjukkan adalah contoh gejala Bell’s palsy. Terlihat pada gambar A seseorang sulit memejamkan mata kanan secara sempurna, gambar B tidak bisa mengangkat alis kanan dan kerutan dahi kanan tidak terlihat, gambar C garis tawa kanan tidak terlihat saat tersenyum, gambar D sisi kanan tidak dapat mencucu.
ADVERTISEMENT
Penyebab Bell's palsy sebenarnya sampai saat ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli mengatakan itu adalah paparan angin dingin yang terus-menerus di satu sisi wajah, dan yang lain mengatakan itu adalah virus herpes yang menetap di tubuh dan aktif kembali karena trauma, faktor lingkungan, stres, dan lain-lain.
Banyak ilmuwan percaya bahwa reaktivasi infeksi virus yang tidak aktif dapat menyebabkan pembengkakan dan peradangan pada saraf wajah tersebut.
Banyak orang mengira Bell's palsy sama dengan stroke karena keduanya menyebabkan gejala kelumpuhan. Tidak sama dengan stroke, stroke terjadi saat otak kekurangan oksigen karena aliran darah terputus entah karena pembuluh darah yang pecah atau tersumbat.
Ilustrasi bell's palsy. Foto: Doucefleur/Shutterstock
Stroke sendiri bisa menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh dan wajah. Faktanya, gejala Bell's palsy hanya terbatas pada otot wajah dan perbedaan yang signifikan adalah jika kamu mencoba menaikkan alis, kerutan di dahi tetap tidak terlihat sedangkan pada stroke masih terlihat kerutan pada dahi.
ADVERTISEMENT
Tingkat kerusakan saraf menentukan tingkat pemulihan pada penyakit Bell’s palsy ini. Dengan atau tanpa pengobatan, kebanyakan orang menjadi lebih baik dalam waktu 2 minggu setelah timbulnya gejala, dan kebanyakan orang sembuh sebagian maupun seluruhnya dalam waktu 6 bulan.
Beberapa orang juga mungkin mengalami efek samping sedang hingga berat. Dalam beberapa kasus, sisa kelemahan dapat bertahan lebih lama dan/atau permanen.
Walaupun beberapa orang dapat sembuh tanpa pengobatan, namun tetap perlu mendapatkan pengobatan dan fisioterapi untuk mempercepat perbaikan gejala.
Bell's palsy tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat mengurangi risiko kondisi ini dengan melakukan langkah-langkah seperti mengontrol penyakit yang mungkin dapat menyebabkan Bell’s palsy, seperti diabetes dan tekanan darah tinggi, hindari paparan udara dingin yang berlebihan, serta menurunkan berat badan atau mempertahankan berat badan ideal.
ADVERTISEMENT