Konten dari Pengguna

Jasa Joki Strava: Mengenal Pola Konsumsi 'Tanda' di Era Society 5.0

Fitriyeni Oktavia
Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas
8 Juli 2024 12:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitriyeni Oktavia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penampakan aplikasi lari Strava. Foto: Strava Blog
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan aplikasi lari Strava. Foto: Strava Blog
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Society 5.0 merupakan suatu konsep masyarakat yang memadukan teknologi dengan kehidupan manusia sehari-hari. Karakteristik utama dari Society 5.0 adalah pemanfaatan IoT (Internet of Thing), semua perangkat terhubung dengan internet sehingga memudahkan pemindahan data dan transaksi secara real time. Karakteristik lainnya, pemanfaatan Artificial Intelligence dalam mengolah Big Data untuk pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.
ADVERTISEMENT
Society 5.0 memiliki pengaruh yang besar terhadap gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat. Pengaruh teknologi ibarat game changer bagi kehidupan sosial dalam beberapa tahun belakang. Tak heran, dengan meningkatnya konektivitas dan aksesibilitas, gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat pun ikut berubah dengan cepat.

Jasa Unik di Media Sosial

Ilustrasi platform media sosial X. Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Baru-baru ini viral di media sosial, jasa joki strava yang ditawarkan oleh seorang pengguna akun X. Strava adalah sebuah aplikasi kebugaran yang menyediakan data rekaman hasil olah raga berupa aktivitas langkah kaki, jarak tempuh lari dan sepeda dengan memanfaatkan teknologi GPS.
Aplikasi strava banyak digunakan oleh aktivis olah raga, influencer dan pegiat olahraga. Para pegiat olah raga tersebut rajin mengunggah hasil rekaman olahraga tersebut ke media sosial mereka. Saat ini strava telah menjadi aplikasi sosial dengan total engagement yang sangat besar.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya juga viral jasa peminjaman Iphone untuk orang-orang yang akan pergi konser, jasa screenshoot ponsel mahal dan sewa lanyard BUMN untuk pergi buka bersama. Jasa-jasa unik ini tentunya hadir karena melihat potensi dan karakteristik masyarakat di era digital saat ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mishra, P (2023), dalam konteks society 5.0 pola konsumsi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gengsi dan status sosial.
Sebagai contoh, saat ini masyarakat tidak melakukan pembelian berdasarkan kebutuhan melainkan karena ingin meningkatkan citra sosial di hadapan masyarakat. Pola konsumsi ini dipengaruhi oleh adanya kemajuan teknologi dalam society 5.0, di mana interaksi manusia dan teknologi berperan besar dalam menentukan preferensi konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Society 5.0, teknologi dan data memainkan peran vital, di mana konsumsi dan status sosial saling terkait erat.
ADVERTISEMENT

Konsumsi Tanda atau Symbolic Consumption

Menurut Jean Baudrillard, seorang filsuf post-modern, yang dimaksud dengan konsumsi tanda adalah perilaku konsumsi di mana seseorang membeli suatu barang bukan hanya karena manfaat tapi juga karena nilai simbolis yang ada pada barang tersebut.
Lebih lanjut, Jean menjelaskan bahwa hasrat seseorang dalam melakukan pembelian dimotivasi oleh tanda, kode dan citra yang melekat pada suatu barang, sehingga setelah mengkonsumsi barang tersebut timbul rasa kesenangan dan kepuasan tersendiri. Dalam konsumsi tanda ini, masyarakat tidak lagi memikirkan substansi dan kebutuhan dari sebuah produk, melainkan citra yang didapatkan dari produk tersebut. Sehingga konsumsi tanda dijadikan sebagai alat untuk mengidentifikasi dan klasterisasi sosial.
Konsumsi yang didorong oleh gengsi di mana orang-orang berlomba-lomba menunjukkan kekayaan atau status mereka di media sosial atau sering disebut sebagai Flexing, menyebabkan kecenderungan FOMO, "Fear of Missing Out," perasaan cemas atau takut seseorang karena merasa tertinggal terhadap suatu trend atau kegiatan yang dianggap menyenangkan atau penting oleh orang lain. FOMO ini juga dapat menyebabkan perilaku impulsive buying, di mana seseorang membeli suatu barang secara spontan tanpa perencanaan atau pertimbangan yang matang, tujuannya untuk tampak sempurna dan tidak tertinggal.
ADVERTISEMENT

Dampak Buruk Perilaku Konsumsi Tanda

Perilaku konsumsi tanda ini tentunya memberikan dampak buruk bagi masyarakat, di antaranya:
Pertama, kesehatan keuangan memburuk. pola konsumtif yang berlebihan dan tidak disiasati dengan pengelolaan yang baik dapat menyebabkan pos-pos keuangan menjadi berantakan. Utang konsumtif meningkat ditambah bunga yang tinggi, tidak ada dana darurat, ketidakstabilan keuangan di mana pendapatan lebih kecil dari pengeluaran. Efek dominonya, timbulnya beban keuangan jangka panjang.
Kedua, ketidakstabilan emosi. Tekanan untuk terus memenuhi standar sosial dapat memicu ketidakpuasan, kecemasan dan stress. Penelitian dari American Psychological Association menunjukkan bahwa penyebab utama stress pada orang dewasa adalah permasalahan keuangan.
Ketiga, persaingan tidak sehat. Ketika individu atau kelompok merasa terdesak atau terancam oleh persaingan, mereka cenderung mengabaikan prinsip-prinsip etika dan moral. Hal ini dapat menghasilkan tindakan-tindakan manipulatif, penipuan, atau bahkan kekerasan sebagai upaya untuk mendominasi atau memenangkan persaingan tersebut.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, konsumsi yang didorong oleh tanda atau gengsi dapat memiliki dampak negatif yang luas baik dari segi finansial, psikologis, maupun sosial dan lingkungan. Untuk menjadi individu dengan masa depan keuangan yang baik, kita harus bisa mengidentifikasi mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang merupakan keinginan atau hasrat sesaat.
Alangkah baiknya perilaku konsumtif diiringi dengan manajemen keuangan yang baik, dimana setiap penghasilan memiliki alokasi atau pos masing-masing, seperti adanya pos tabungan, investasi, dana darurat dan konsumsi. Tujuannya, mencegah kekurangan cash flow-akibat konsumsi yang tidak dikendalikan, pada saat keadaan tak terduga terjadi yang mengakibatkan munculnya utang untuk memenuhi kekurangan tersebut.
Pada akhirnya, kita ingin memiliki masa depan keuangan yang cerah, hidup damai bersama keluarga tercinta, di mana kedamaian bukan berasal dari pandangan orang lain, tetapi dari diri sendiri. Oleh karena itu, hindarilah perilaku konsumsi yang berlebih yang hanya berdasarkan kepada hasrat untuk menaikkan status sosial semata.
ADVERTISEMENT