Konten dari Pengguna

Stoikisme: Mencegah Perasaan Insecure dan Low Self Esteem

Fitriyeni Oktavia
Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas
7 Juli 2024 8:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitriyeni Oktavia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Insecurity dan Low Self-esteem. Sumber: Unspash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Insecurity dan Low Self-esteem. Sumber: Unspash.com
ADVERTISEMENT
Stoikisme adalah sebuah filosofi yang mengajarkan bagaimana menjalani hidup dengan penuh kebijaksanaan, pengendalian diri dan penerimaan. Stoikisme mengajarkan manusia untuk mengendalikan emosi dan pikiran ketika menghadapi situasi yang tidak mengenakkan seperti kegagalan dan penolakan, serta bagaimana membangun sikap menerima atas hal-hal yang tidak bisa diubah sebagai kunci dalam kedamaian batin dan penguatan self esteem manusia.
ADVERTISEMENT
Paham stoikisme ini telah ada sejak awal abad ke-3 Sebelum Masehi yang didirikan oleh Zeno dari Citium, Athena, kemudian disempurnakan oleh penerusnya dan menyebar ke Roma di mana tokoh-tokoh seperti Seneca, Epiktetus dan Marcus mengadaptasi dan menerapkannya, sehingga memiliki pengaruh besar sampai zaman modern. Saat ini stoikisme semakin populer di berbagai kalangan hingga banyak seminar, study club, artikel, buku serta content creator yang mengangkat isu dan tema stoikisme ini.

Insecure dan Low Self Esteem

Prinsip stoikisme sendiri sangat relevan dengan berbagai permasalahan kehidupan sehari-hari. Saat ini banyak orang-orang yang terjebak dalam perasaan insecure dan low self esteem. Penyebab dari insecurity dan low self-esteem bisa dari beragam faktor seperti trauma masa lalu, kegagalan, penolakan, perbandingan sosial dan pengalaman tidak mengenakkan lainnya yang memunculkan pemikiran negatif. Secara spesifik, prinsip pada stoikisme dapat diterapkan dalam melawan pola pikir destruktif yang dapat menyebabkan perasaan insecure dan low self-esteem.
ADVERTISEMENT
Setiap individu tidak akan pernah lepas dari ancaman kegagalan dan penolakan. Peristiwa tidak mengenakan merupakan faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Justru, Ihwal yang dapat dikendalikan oleh manusia adalah perspektif dan pola pikir dalam menerima setiap penolakan dan kegagalan.
Dalam prinsip stoikisme, setiap individu diajarkan bagaimana menerima setiap takdir dan keadaan dengan pikiran yang positif. Seseorang diajarkan untuk melepaskan diri dari reaksi emosional berlebihan seperti perasaan cemas, marah atau frustrasi yang hanya akan memperburuk keadaan. Di mana perasaan cemas, marah dan frustrasi yang berlebihan bisa memberikan dampak buruk terhadap mental dan fisik manusia.
Menurut psikolog Martin Seligman, terdapat tiga pola pikir-dikenal dengan konsep 3P, yang dapat menghambat seseorang sulit untuk pulih dan bangkit dari keterpurukan yaitu: personalization, menjadikan kegagalan sebagai kesalahan pribadi, pervasiveness, menganggap kegagalan di satu aspek hidup sebagai kegagalan di seluruh aspek hidup dan permanence, keyakinan bahwa akibat dari sebuah kegagalan akan dirasakan terus menerus. Berdasarkan buku national best seller, Filosofi Teras karangan Hendry Manampiring, Konsep 3P Martin Seligman ini dapat membantu manusia dalam mengidentifikasi pola pikir apa saja yang harus dihindari.
ADVERTISEMENT
Prinsip stoikisme juga mengandung nilai-nilai yang diajarkan dalam agama islam. Selain berusaha dan berdoa, umat muslim dianjurkan untuk bertawakal, meletakkan kepercayaan sepenuhnya kepada Allah SWT. Anjuran untuk selalu berbaik sangka, sebagaimana hadist Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: "Jauhilah berprasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk adalah yang paling dusta" (HR. Muslim).
Secara keseluruhan, stoikisme memberikan pandangan yang positif bagi seseorang yang berusaha bangkit dari keterpurukan. Stoikisme menghalau pikiran negatif yang menyebabkan perasaan insecure dan low self-esteem, yang dapat menghambat seseorang untuk berkembang, sehingga berpengaruh terhadap karier, masa depan dan cita-cita seseorang.
Oleh karena itu, di era modern yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, prinsip-prinsip stoikisme dapat diterapkan dalam menemukan keseimbangan dan kebahagiaan yang sejati. Dengan menerapkan filosofi ini, setiap individu dapat mengembangkan ketahanan mental yang kuat, percaya terhadap kemampuan diri dan hidup dengan lebih bermakna.
ADVERTISEMENT