Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Makanan Manis dan Mood : Bagaimana Hubungannya?
30 November 2022 5:46 WIB
Tulisan dari Fitriani Pramesti Wikananda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seringkali saat memakan makanan yang manis, kita akan merasa lebih senang dan menjadi ketagihan. Saat merasa stres, kita akan mengalihkan pikiran kita sementara dengan memakan makanan yang manis. Bagaimana bisa kita merasakan rasa senang saat memakan makanan yang manis?
![Ilustrasi makanan manis. Sumber : Shutterstock](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gk2qj9m88ctacgwsah4w0420.jpg)
Bagaimana rasa manis memengaruhi mood?
ADVERTISEMENT
Perasaan senang yang kita rasakan saat mengonsumsi makanan manis diperoleh dari sinyal yang dikirimkan ke otak. Saat makanan manis masuk ke mulut, reseptor rasa manis yang ada pada lidah akan mengirim sinyal ke batang otak yang kemudian akan disalurkan ke beberapa area yang ada pada otak bagian depan. Salah satunya adalah bagian cerebral cortex. Bagian-bagian yang ada pada cerebral cortex memiliki perannya sendiri dalam memproses rasa tertentu. Dari sini, sinyal tersebut akan mengaktifkan sistem penghargaan yang ada pada otak.
Selain itu, saat mengonsumsi makanan manis, neurotransmitter berupa dopamine yang berhubungan dengan perasaan senang dan bahagia akan dilepaskan. Sehingga dalam jangka panjang, kita akan merasa “kecanduan” atau bahkan memiliki toleransi yang tinggi terhadap gula atau makanan yang manis. Dopamine juga ditemukan saat kita mengonsumsi zat-zat seperti alkohol ataupun narkoba. Meskipun saat mengonsumsi gula efek yang dikeluarkan tidak sekuat itu, rasa candu yang diberikan dari makanan manis tetap terasa. Hal inilah yang menyebabkan kita selalu merasa bahwa kita membutuhkan makanan yang manis saat merasa jenuh.
ADVERTISEMENT
Ketagihan makanan manis, apakah baik bagi kesehatan mental?
Sesuatu yang berlebihan itu tentu bukan hal yang baik. Seperti yang kita ketahui, terlalu berlebihan dalam mengonsumsi makanan manis akan berdampak pada kesehatan fisik kita. Mulai dari gigi berlubang sampai obesitas. Namun, bagaimana dengan kesehatan mental? Apakah juga berdampak?
Gula yang ada pada makanan biasanya muncul dalam berbagai macam bentuk. Seperti, Glukosa, Sukrosa, Laktosa, Maltosa, dll. Pada umumnya, otak membutuhkan glukosa sebagai sumber energi utamanya. Jika kita terlalu banyak mengonsumsi gula, otomatis otak kita akan merasa kewalahan. Dorongan awal yang diberikan oleh makanan manis akan membuat kita terus menerus mendambakannya.
Meskipun dengan mengonsumsi makanan manis mood kita akan meningkat sesaat, konsumsi gula secara terus menerus bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Bahkan, sudah banyak penelitian yang membuktikan hubungan antara konsumsi gula berlebih dengan depresi. Konsumsi gula berlebih dapat memicu ketidakseimbangan zat kimia tertentu pada otak. Ketidakseimbangan tersebut yang akhirnya menyebabkan depresi. Menariknya, negara dengan asupan gula yang tinggi memiliki tingkat depresi yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Konsumsi gula berlebih juga memiliki dampak bagi kemampuan kognitif kita. Seperti, belajar dan memori. Sebuah penelitian yang dilakukan kepada tikus di UCLA, Los Angeles membuktikan bahwa konsumsi gula berlebih menyebabkan resistensi insulin, yang kemudian akan merusak komunikasi antar sel-sel otak yang memicu pembelajaran dan pembentukan memori. Penelitian dilakukan dengan memberikan salah satu tikus makanan yang mengandung fruktosa secara terus menerus dan memberikan tikus satunya makanan sehat kaya asam lemak (omega 3). Hasil penelitian membuktikan tikus yang diberi makanan mengandung gula, susah untuk menemukan jalan keluar dan tikus yang diberikan makanan kaya asam lemak, menemukan jalan keluar lebih cepat.
Hal tersebut membuktikan bahwa konsumsi makanan berlebih tidak baik bagi otak maupun kesehatan mental kita.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Memakan makanan manis secara wajar sewaktu-waktu memang bagus untuk menghindari kita dari rasa stres, tetapi jika berlebihan juga akan merusak fungsi otak dan tubuh kita. Otak kita menjalankan berbagai macam fungsi penting. Seperti, mengatur kesehatan mental dan kesejahteraan fisik. Sehingga sudah sepatutnya kita menjaga kesehatan otak. Dengan kita memerhatikan makanan yang kita konsumsi sehari-hari, kita akan selangkah lebih maju dalam menjaga kesehatan otak kita. Ingat! kesehatan mental dan kesehatan fisik itu sama pentingnya untuk dijaga.
Referensi
Avena, N. M., Rada, P., & Hoebel, B. G. (2008). Evidence for sugar addiction: Behavioral and neurochemical effects of intermittent, excessive sugar intake. Neuroscience & Biobehavioral Reviews, 32(1), 20–39. doi : 10.1016/j.neubiorev.2007.04.019
Begdache, L. (2022). How does excess sugar affect the developing brain throughout childhood and adolescence? A neuroscientist who studies nutrition explains. The Conversation. https://theconversation.com/how-does-excess-sugar-affect-the-developing-brain-throughout-childhood-and-adolescence-a-neuroscientist-who-studies-nutrition-explains-173214
ADVERTISEMENT
Koleva, G. Binging on Sugar Weakens Memory, UCLA Study Shows. Forbes. https://www.forbes.com/sites/gerganakoleva/2012/05/17/binging-on-sugar-weakens-memory-ucla-study-shows/?sh=1233a3cf6fdc.
Huang, Q., Liu, H., Suzuki, K., Ma, S., & Liu, C. (2019). Linking What We Eat to Our Mood: A Review of Diet, Dietary Antioxidants, and Depression. Antioxidants, 8(9), 376. doi : 10.3390/antiox8090376
Ted-Ed. (2014). How sugar affects the brain - Nicole Avena. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=lEXBxijQREo&t=17s