Konten dari Pengguna

Teh Hijau: Rahasia Sukses Vietnam Perangi COVID-19?

Ferry J. Murdiansyah
Pemerhati isu-isu terkini, saat ini bertugas di Hanoi, Vietnam
11 Maret 2021 12:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ferry J. Murdiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Diambil dari www.aa.com.tr
zoom-in-whitePerbesar
Diambil dari www.aa.com.tr
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, sekitar Mei 2020, saya menerima telepon dari seorang rekan yang merupakan pejabat senior pemerintah di Indonesia “mas Ferry, Vietnam itu kok bisa ya nihil kasus kematian Covid-19? Apa jangan-jangan gara-gara minum teh hijau Vietnam ya?” Saya tertawa. Hal tersebut bukan kali pertama saya mendapati pertanyaan serupa. Setidak nya 2-3 kali lingkar sosial terdekat saya menanyakan hal yang sama.
Ilustrasi teh hijau Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teh hijau Foto: Shutter Stock
Orang Vietnam memang menyukai teh hijau. Dalam berbagai kesempatan mereka selalu minum teh hijau. Namun, menurut saya, bukan teh hijau yang menjadi rahasia sukses penanganan Covid-19 di Vietnam. Ada dua hal yang menurut saya menjadi faktor kunci Vietnam dalam penanggulangan Covid-19.
ADVERTISEMENT
Sistem Komando Terpusat Pemerintah Vietnam
Pada suatu kesempatan, saya bertanya dengan pejabat tinggi Vietnam, tentang bagaimana mereka bisa mendeteksi sangat dini atas kemungkinan pandemi Covid-19. Jawabannya sangat blunt: “When we heard something happened in Wu Han, we paid attention very seriously”.
Kasus positif Covid-19 pertama di Vietnam terjadi pada tanggal 23 Januari 2020, setelah seorang warga Tiongkok yang baru kembali dari Wu Han memasuki Vietnam dan menunjukkan gejala demam sejak tanggal 17 Januari 2020.
Saat itu dunia belum terlalu dihebohkan oleh virus Covid-19, namun pemerintah Vietnam secara serius memonitor perkembangan kondisi warga Tiongkok tersebut.
Pemerintah Vietnam mulai mengisolasi wilayah tersebut setelah sekitar 10 warga Vietnam di wilayah tersebut menunjukkan gejala demam berkepanjangan.
Isolasi kampung Son Loi. Foto: AFP, diambil dari www.globaltimes.cn
Wilayah tersebut adalah kampung Son Loi dan terdiri atas 1,9 juta populasi. Kampung Son Loi berjarak sekitar 40km dari Hanoi yang merupakan kota pusat pemerintahan Vietnam. Isolasi kampung Son Loi saat itu dilakukan sekitar 1 bulan lamanya.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 30 Januari 2020, Satgas Covid-19 di Vietnam dibentuk. Satgas ini terdiri atas wakil dari 23 kementerian, komite Partai Komunis Vietnam, media cetak, radio dan TV. Satgas dipimpin langsung oleh Wakil Perdana Menteri Vietnam, Vu Duc Dam, dan ditujukan sebagai forum diseminasi informasi dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, instansi, masyarakat, media, organisasi dan komunitas politik lainnya di Vietnam.
PM Vietnam, Nguyen Xuan Phuc, diambil dari kantor berita pemerintah Vietnam www.chinhphu.vn
Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Xuan Phuc, sekitar bulan Februari 2020, menyampaikan pidato resmi “we are fighting an enemy (Covid-19), the government is willing to sacrifice economic benefits in the short term to fight this enemy”.
Pada tahun 2019 Vietnam menikmati capaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yaitu sekitar 7,02%. Namun setelah pidato PM Phuc tersebut, target pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 dikoreksi dari target awal 7-9% menjadi 4,4% pada bulan Februari 2020 kemudian dikoreksi kembali menjadi 3% di kuartal IV tahun 2020. Capaian riil pertumbuhan ekonomi Vietnam pun meleset dari ketiga target awal tersebut menjadi 2,9% pada akhir tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Pidato PM Phuc tersebut kemudian diterjemahkan serentak oleh beberapa instansi pusat dan daerah di Vietnam, seperti: Kemlu menutup borders dengan beberapa negara tetangga, Kementerian Transportasi melakukan larangan penerbangan domestik dan internasional, Kementerian Pertahanan membentuk poin-poin isolasi di seluruh wilayah Vietnam, Kementerian Pendidikan menutup seluruh sekolah dan universitas, Kementerian Keuangan mengeluarkan stimulus keuangan untuk UMKM, Kementerian Keamanan Publik bersama dengan Kementerian Ristek melakukan social tracing dengan dukungan big data, dan seluruh pemerintah daerah di Vietnam secara serempak membatalkan event tahunan dan mengeluarkan imbauan agar warga tidak keluar rumah.
Saya sendiri sempat mengalami dua hal unik. Kebetulan pada bulan Januari 2020 saya dan keluarga melakukan perjalanan ke Korea Selatan. 1 hari setelah kembali dari Korea Selatan, rumah saya didatangi polisi dan petugas kesehatan, untuk mengecek kondisi kesehatan saya dan keluarga. Pengecekan tersebut berlangsung rutin selama 3 minggu. Hingga mereka yakin bahwa saya dan keluarga tidak menunjukkan gejala demam tampaknya.
ADVERTISEMENT
Pengalaman kedua adalah ketika saya perlu keluar rumah untuk membeli obat di apotik. Saya sempat dilarang oleh pihak kepolisian untuk keluar rumah dan ditanyai tujuan keluar rumah. Nomor telepon saya dicatat pada saat itu dan setelah saya memberikan penjelasan bahwa saya keluar rumah untuk keperluan membeli obat untuk anak, baru saya diperbolehkan ke apotik.
Kedua hal tersebut merupakan contoh yang saya alami dan rasakan sendiri bagaimana pemerintah berupaya mengontrol laju persebaran Covid-19 di Vietnam.
Kepatuhan Warga Vietnam
Vietnam merupakan negara di mana pemerintahnya mengelola pemanfaatan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Hal ini tampaknya membuat warga Vietnam sangat patuh terhadap kebijakan pemerintah nya.
Saya ingat betul di awal bulan Februari hingga April 2020, Hanoi menjadi kota yang sunyi. Gedung atau toko yang diperbolehkan buka hanya gedung perkantoran, rumah sakit dan toko yang menjual bahan makanan dan minuman serta toko obat/apotik. Kantor tempat saya bekerja pun mendapat imbauan untuk work from home dan larangan berkumpul lebih dari 10 orang.
Petugas berjaga dalam mengontrol persebaran Covid-19, diambil dari www.e.vnexpress.net
Sekitar akhir April 2020, ketika pemerintah telah melonggarkan restriksi, warga Vietnam masih menggunakan masker, pengecekan suhu dilakukan di pintu masuk gedung-gedung komersial Vietnam, restoran pun menetapkan shield di meja dan melakukan pembatasan pengunjung restoran.
ADVERTISEMENT
Singkat kata, warganya sangat patuh dalam mendukung dan melaksanakan program pemerintah Vietnam tersebut di atas.
Teh Hijau
Sesungguhnya tidak ada relevansi sama sekali antara teh hijau dengan kesuksesan Vietnam menanggulangi Covid-19. Kesungguhan pemerintah Vietnam dan kepatuhan warga Vietnam di dalam mendukung program pemerintahnya merupakan kunci sukses atas cerita keberhasilan ini.
Saat ini pemerintah Indonesia tengah menggiatkan program vaksinasi nasional dan juga menegaskan kembali pentingnya kepatuhan atas protokol kesehatan.
Dua hal ini sangat penting untuk diikuti dan dukung bersama karena menurut saya, Covid-19 memerlukan kerja sama.
Untuk melawan Covid-19 tidak cukup hanya membahas pengalaman orang lain atau negara lain, namun harus memulai dari diri kita sendiri.
Meminjam pernyataan Ibu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam kesempatan Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri 2021: kita perlu untuk Recover Together agar bangsa Indonesia bisa pulih dan Recover Stronger.
Pernyataan Pers Tahunan Menlu ri, diambil dari kanal youtube Kemlu RI
Recover together memiliki arti bahwa kerjasama dan saling pengertian dibutuhkan untuk mengatasi pandemi Covid-19. Hal ini dapat dimulai dengan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan dan mendukung program vaksinasi nasional. Diawali dari diri kita sendiri, keluarga dan juga lingkungan terkecil kita. Kemudian bersama-sama menerapkan protokol kesehatan yang tertib
ADVERTISEMENT
Recover stronger memiliki arti bahwa kita senantiasa hopeful. Bahwa perjuangan belum berakhir dan bersama-sama kita akan mampu mengalahkan Covid-19.
Jangan lengah karena pandemi Covid-19 belum berakhir. Mari kita bergandeng tangan. Bahu membahu melawan Covid-19.