Konten Media Partner

11 Desa di Kecamatan Boleng, NTT Belum Dialiri Listrik

5 Maret 2019 10:31 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto  Ilustrasi.Sumber foto : kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto Ilustrasi.Sumber foto : kumparan.com
ADVERTISEMENT
Masyarakat Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), berharap pemerintah memenuhi kebutuhan listrik pada wilayah itu. Sebab, seluruh desa di kecamatan hingga saat ini belum terpasang jaringan listrik oleh PLN.
ADVERTISEMENT
Tokoh masyarakat Boleng, Vinsensius Saur, Senin (4/2) menyebut ada 11 desa yang berlum teraliri listrik. Padahal PLTMG baru selesai dibangun dan hampir seluruh desa di Kabupaten Mabar telah dialiri listrik oleh PLN.
Dari 12 kecamatan, kemungkinan hanya Kecamatan Boleng yang belum terpasang jaringan listrik oleh PLN.
Warga 11 desa di kecamatan Boleng terpaksa mengunakan lampu pelita dan lampu cahaya surya untuk beraktifitas. Sebagian warga yang ekonomi menengah ke atas mengunakan mesin diesel atau generator untuk penerangan pada malam hari.
Pada siang hari untuk kebutuhan lain seperti menyetrika pakaian atau membuat kue dan keperluan lain yang bersumber listrik terpaksa mengunakan alat bantu tradisional. Seperti menyetrika pakaian menggunakan alat lokal yang bahannnya bersumber dari arang api.
ADVERTISEMENT
"Malam hari anak sekolah tidak belajar hal itu disebabkan karena tidak ada penerangan. Lampu pelita yang dimiliki warga menyala pada hari-hari tertentu. Hal itu disebabkan karena mahalnya harga minyak tanah dan pasokan tidak mencukupi untuk masyarakat untuk kecamatan Boleng, " tutur Vinsen.
Dia berharap agar tahun 2019 masalah listrik di Kecamatan Boleng terjawab. Serta masyarakat Boleng memenuhi kebutuhan listrik seperti masyarakat kecamatan lainnya di Kabupaten Manggarai Barat.
Selain masalah listrik, Vinsen juga menyampaikan bahwa masyarakat Kecamatan Boleng mengalami sulitnya akses transportasi dan air bersih. Untuk transportasi jalan yang buruk adalah jalan menuju Labuan Bajo maupun akses jalan antara desa di kecamatan Boleng.
Sedangkan masalah air bersih, hampir seluruh desa di Kecamatan Boleng juga mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan mayoritas masyarakat Kecamatan Boleng adalah petani sawah. Sedikitnya ratusan hektar sawah di Kecamatan Boleng adalah sawah tadah hujan. Rata-rata setiap tahun, petani hanya memanen satu kali.
Hal itu disebabkan karena tidak ada saluran air yang mampu mengairi sawah. Sementara pada kecamatan lain seperti di Kecamatan Lembor, saluran air lancar. Sehingga petani bisa memanen tiga kali dalam setahun.
Hal yang sama juga disampaikan warga Desa Golo Sepang, Alex Hata bahwa masalah utama di Kecamatan Boleng adalah listrik, jalan dan air bersih. Dimana masyarakat sangat sulit mengairi sawah. Padahal sawah adalah lahan potensial pertanian yang dimiliki oleh masyarakat di Kecamatan Boleng.
"Jalan yang paling buruk di kecamatan Boleng adalah Bok S di Desa Tanjung Boleng. Jalan milik propinsi itu merupakan titik paling buruk dan menyulitkan warga saat musim hujan tiba. Padahal 2017 lalu bok S telah diperbaiki, tapi rusak lagi, " ujar Alex Hata.
ADVERTISEMENT
Dia berharap agar masalah listik dan jalan propinsi di Kecamatan Boleng tuntas. Sehingga masyarakat di Kecamatan Boleng tidak lagi dililit oleh masalah jalan, air bersih dan listrik. Serta dengan sendirinya pendapatan ekonomi masyarakat meningkat dan sejahtera.
Sebelumnya, Manajer PLN Rayon Labuan Bajo, Djendy Keyserius mengatakan jumlah desa yang belum dipasang jaringan listrik PLN di Kabupaten Manggarai Barat berjumlah 82 desa. Pihaknya menargetkan tahun ini seluruh desa di Kabupaten Manggarai Barat telah tuntas dipasang jaringan listrik. (Fp-04)