Konten Media Partner

60 Remaja Putus Sekolah di Sikka Ikut Pelatihan Tenun Ikat

13 November 2021 18:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peserta PKW sedang melakukan praktik pencelupan/pewarnaan benang, di Centra Jata Kapa Maumere, Sabtu(13/11). Foto : Athy Meaq
zoom-in-whitePerbesar
Peserta PKW sedang melakukan praktik pencelupan/pewarnaan benang, di Centra Jata Kapa Maumere, Sabtu(13/11). Foto : Athy Meaq
ADVERTISEMENT
MAUMERE - Sebanyak 60 remaja putus sekolah dari usia 15 hingga 25 tahun di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengikuti Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) tekun tenun Indonesia yang berlangsung di Aula Centra Jata Kapa Maumere selama satu bulan terhitung mulai tanggal 20 Oktober-20 November 2021.
ADVERTISEMENT
Program tersebut kolaborasi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemenristek RI), Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTT dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Sikka.
Kepala Seksi Pembinaan dan Pengembangan Industri, Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Sikka, Aurelius Elenprino kepada florespedia, Sabtu(13/11) mengatakan, Pendidikan Kecakapan Wirausaha adalah program dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Dekranasda Provinsi dan Kabupaten Sikka.
"Program ini dari Kementrian Pendidikan bekerja sama dengan Dekranasda Provinsi NTT, dan Kabupaten Sikka dalam rangka menciptakan wirausaha profesional 1.000 tekun tenun tahun 2021," kata Aurelius Elenprino.
Menurut Elenprino, tujuan PKW adalah mendorong lahirnya para wirausahawan profesional di Sikka. Karena itu, pemerintah bekerja sama dengan lembaga - lembaga profesional dalam membantu para peserta didik untuk memaksimalkan kompetensi tenun ikat yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Selama PKW peserta mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan fasilitas dan kurikulum pembelajaran tentang proses tenun ikat, sebagai modal utama dalam menyukseskan 1000 tekun tenun Dekranasda NTT.
“Kita berharap akan lahir wirausaha yang profesional dalam merintis usaha tenun ikat yang lebih berkualitas dan kompetitif di pasaran tenun ikat asal Kabupaten Sikka," ujarnya.
Selama satu bulan PKW, peserta akan mendapatkan teori 40 persen dan praktek 60 persen dalam setiap tahapan tenun ikat, yang akan disampaikan oleh tutor handal yang berkompeten mulai dari proses awal sampai finis sampai cara memasarkan.
“Praktek lebih banyak dari pada teori.Untuk pemasaran kita menggunakan aplikasi wonderin.id yang disampaikan oleh Martin Wodon yang memiliki pengalaman 20 tahun di Jerman. UMKM adalah ibu Roswita dari Sanggar Watubo yang sukses di bidang tenun ikat," kata Elenprino
ADVERTISEMENT
Selain itu pemateri dari lembaga keuangan adalah pejabat dari Bank BRI Maumere terkait syarat dan ketentuan untuk bisa mengakses dana melalui dana KUR dan penyelenggara adalah Lembaga Industri Dunia Kerja di Centra Jata Kapa Maumere.
Tahapan yang dilakukan dalam praktek adalah desain motif, proses pewarnaan benang yang diajarkan yakni 120 cara mewarnai benang dengan menggunakan bahan kimia dan pewarna alam dari bahan daun, kulit, dan akar kayu.
"Setelah selesai dari sini, semua peserta akan diberikan modal berupa perlengkapan tenun ikat, benang dan pewarna untuk merintis usaha mereka dan didampingi selama 4 bulan," kata Eleprino.
Salah seorang peserta PKW, Febriana Lis Apriana Sawu (21) warga Desa Ian Tena, Kecamatan Kewapante, berterima kasih kepada pemerintah yang sudah selenggarakan PKW dan sudah bersedia membantu dan mendampingi mereka.
ADVERTISEMENT
Dikatakan Lilis, selama ini dirinya sudah bisa tenun. Namun belum bisa ikat dan celup karena pekerjaan itu membutuhkan kecakapan khusus. Selain itu, selama ini setelah tenun hanya berharap untuk dijual di pasar.
"Kami senang sekali, selama ini saya hanya bisa tenun tapi tidak tahu celup dan ikat. Selama ini kami hanya bisa jual di pasar karena kesulitan pemasarannya," kata Lilis.
Hal senada juga diungkapkan Maria Natalia( 21) peserta PKW dari Misir Kelurahan Madawat Kecamatan Alok dimana selama ia berada dirumah hanya bisa menenun. Dengan adanya pelatihan ini ia bisa belajar cara ikat dan celup benang.
"Saya bersama teman- teman merasa bersyukur dan berterima kasih mendapat kesempatan mengikuti pelatihan cara ikat dan celup benang. Selain itu kami juga bisa belajar memasarkan hasil produksi dengan tepat ," ungkap Natalia.
ADVERTISEMENT
Kontributor : Athy Meaq