Konten Media Partner

Akses Jalan Ditutup Pengusaha, Pelajar di Kota Kupang Nekat Panjat Tembok

18 Maret 2021 15:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Pelajar SD Petra, Kota Kupang saat memanjat tembok yang dibangun pengusaha
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Pelajar SD Petra, Kota Kupang saat memanjat tembok yang dibangun pengusaha
ADVERTISEMENT
KUPANG- Sungguh malang nasib pelajar tiga sekolah di Kota Kupang. Mereka harus bertaruh nyawa dengan melewati jembatan kayu, dan memanjat pagar demi bisa mengenyam pendidikan di sekolah.
ADVERTISEMENT
Sudah setahun, para pelajar yang tinggal di Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak itu menyeberangi jembatan kayu yang panjangnya sekitar 6 meter.
Mereka berjibaku dan saling berpegangan tangan agar bisa melewati sungai tersebut. Tujuannya hanya satu, yakni bisa tiba di sekolah, karena akses jalan ditutup pengusaha.
Bukan hanya para pelajar, orang tua siswa dan guru juga terpaksa melewati jembatan tersebut, saat menghadiri rapat komite di sekolah.
Sejak akses jalan ditutup, hanya ada dua jalan alternatif bagi mereka. Melewati jembatan kayu yang nyaris ambruk, atau memanjat tembok raksasa milik pengusaha setinggi 2 meter.
Akses jalan yang ditutup tersebut memang vital, karena menghubungkan tiga sekolah di Kota Kupang, yakni TK Petra, SD Petra dan SMKN 7 Kota Kupang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, jalan tersebut juga menghubungkan fasilitas umum seperti gereja, dan masjid yang biasa digunakan warga untuk beribadah.
Fitri, salah satu siswi Kelas VI SD Petra Kota Kupang mengaku, setiap hari dia bersama teman-temannya melewati jalan setapak, jembatan kayu, dan memanjat pagar demi bisa bersekolah.
"Kami lewat kali dan panjat pagar, karena jalan yang biasa lewat sudah ditutup, maka jalan satu-satunya terpaksa kami harus lewat kali," tutur Fitri kepada wartawan, Kamis (18/3/2021).
Selain harus melewati jembatan kayu dan memanjat pagar, kendala terbesar yang dihadapi para siswa ketika musim hujan adalah banjir, apalagi kondisi jembatan kayu yang sudah lapuk.
"Kami sangat kesulitan, kalau musim hujan. Ditambah lagi jembatannya sudah retak, sehingga kami harus ikut jalan umum yang jaraknya sangat jauh," ucap Fitri.
ADVERTISEMENT
Hal senada disampaikan guru SD Petra, Neldiana Mau. Menurutnya, akses jalan tersebut sudah ditutup sejak tahun 2020, sehingga sangat menyulitkan para siswa, guru dan orangtua.
"Memang terdapat akses jalan lain, namun para siswa, guru, dan orang tua harus melewati jalan umum yang jaraknya 5 KM, dan sangat beresiko karena banyaknya kendaraan yang bisa menyebabkan kecelakaan," jelas Neldiana.
Dia mengaku prihatin melihat para siswa yang harus bersusah payah, bahkan bertaruh nyawa demi menuntut ilmu di sekolah.
"Masa anak-anak hanya mau menuntut ilmu saja kok harus sengsara seperti ini? Mereka adalah anak-anak penerus generasi bangsa yang harus diperhatikan oleh pemerintah," tegasnya.
Neldiana meminta agar pemerintah setempat membuka kembali akses jalan, agar dapat digunakan kembali para siswa maupun guru dan orang tua.
ADVERTISEMENT
"Kami minta pemerintah setempat untuk kalau bisa buka akses jalan, sehingga memudahkan siswa untuk ke sekolah," tandasnya.
Untuk diketahui, akses jalan menuju sekolah dan fasilitas umum tersebut ditutup oleh PT Caycong dan PT Pytobi. Kedua perusahan ini, diketahui sedang melakukan pembangunan, sehingga akses jalan ditutup dan tidak bisa dilewati oleh siswa, guru, dan orang tua.
Gelar Aksi Protes
Penutupan akses jalan itu pun berhujung pada Akasi protes belasan warga Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak, Kota Kupang, NTT di depan jalan persis di samping kantor Sindo, Kamis (18/3/2021).
Salah satu warga, Siprianus mengatakan, aksi itu sebagai bentuk protes warga atas penutupan akses jalan menuju sekolah. Akibat penutupan, kata dia, aktivis beberapa sekolah yakni, TK/SD Petra, SMK 7 Kota Kupang tersendat.
ADVERTISEMENT
"Anak-anak sekolah atau guru harus jalan lewat kali. Di musim hujan, mereka terancam banjir," ungkapnya kepada wartawan, Kamis (17/3/2021).
Menurut dia, persoalan itu sudah terjadi pada 2020 lalu. Bahkan, warga pernah melakukan aksi protes ke DPRD Kota Kupang. Meski demikian, penutupan akses jalan oleh dua pengusaha setempat hingga kini belum terselesaikan.
DPRD Kota Kupang pun menanggapi aksi warga dengan menggelar rapat dengar pendapat (RDP) yang menghadirkan Badan Pertanahan Nasional (BPN).
BPN kemudian melakukan pengukuran ulang di lokasi. Faktanya, pembangunan pagar oleh dua pengusaha itu memakan akses publik.
"Kalau Pitoby lewat 2 meter, sedangkan pengusaha Chai Cong 1 meter lebih. Kita minta dibuka, kasihan anak-anak kami," ujarnya.
Sementara, Ros Membubu, berharap wali kota Kupang dan DPRD bisa segera mengatasi persoalan yang dialami warga.
ADVERTISEMENT
"Sudah setahun anak-anak kami menderita. Mereka generasi penerus. Kami mohon pemerintah melihat nasib kami," katanya.
Sejak akses jalan ditutup, anak-anak sekolah harus menyebrangi kali yang sangat membahayakan keselamatan. Bahkan, mereka pun harus terpaksa memanjat tembok milik pengusaha itu.
Aksi itu berjalan dengan aman dengan menerapkan protokol kesehatan. Beberapa anggota Polisi kemudian memfasilitasi warga bertemu dengan Camat Alak. Saat ini, warga sudah membubarkan diri.