Bayi 11 Bulan di Nagekeo, NTT, Menderita Cacat Bawaan dan Tumor Lunak di Hidung

Konten Media Partner
23 Februari 2020 19:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Apriliani, bayi 11 bulan yang menderita cacat bawaan. Foto: Arkadius Togo.
zoom-in-whitePerbesar
Apriliani, bayi 11 bulan yang menderita cacat bawaan. Foto: Arkadius Togo.
ADVERTISEMENT
MBAY - Raut wajah Adatus Muja, 32, warga Kelurahan Danga Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo, tampak murung dan bersedih. Matanya basah menahan tangis yang hendak meledak ketika wartawan media ini menanyakan kondisi anaknya.
ADVERTISEMENT
Kesedihan Adatus sangat beralasan. Dia tidak tega melihat Apriliani, putrinya yang kini berusia 11 bulan hanya terbaring lemah di rumah kontrakan yang dia tempati bersama sang istri, Agustina Enga.
Berdasarkan keterangan klinis yang dikeluarkan dokter ahli radiologi RSUD TC Hillers, putri semata wayangnya itu dicurigai mengalami meningocele (cacat bawaan di mana sum-sum tulang belakang bayi tidak menutup dengan sempurna). Juga ada tumor jaringan lunak di rongga hidung. Akibat kelainan (cacat) bawaan ini, mata Apriliani bagian kiri terus mengecil.
"Jujur saja, kami sangat sedih melihat kondisi buah hati kami seperti ini, apalagi saat digendong ia selalu menangis,” ungkap Adatus saat ditemui di rumah kontrakannya, Sabtu (22/2) siang.
Adatus mengaku, meski ada kelainan sejak dalam kandungan, putrinya lahir normal di Puskesmas Danga pada 4 April 2019. Sebab Apriliani lahir saat usia kehamilan istrinya sudah sembilan bulan. Selain itu, berat dan panjang badannya juga normal.
ADVERTISEMENT
Pasca-persalinan hingga usia 11 bulan, Adatus mengaku, dia bersama sang istri sudah berusaha agar Apriliani kembali sehat dan pulih dari kelainanan yang dideritanya. Meskipun penghasilannya sebagai buruh bangunan tidak seberapa, dia tetap berusaha menyisihkan sedikit uang untuk membeli obat seadanya buat sang anak.
Apriliani. Foto: Arkadius Togo.
"Kami tetap bersyukur meskipun penghasilan saya sebagai buruh bangunan tidak banyak dan habis untuk kebutuhan sehari-hari, tapi kami masih bisa beli obat seadanya untuk anak kami," ujarnya.
Oleh karena konsumsi obat seadanya, putri Adatus hingga kini belum pulih dari penyakitnya. Agar bisa sembuh, dokter pernah menyarankan untuk menempuh jalan operasi. Namun operasi hanya bisa dilakukan di rumah sakit yang punya peralatan lengkap seperti di Kupang, Makassar, Denpasar dan di kota-kota besar lainnya.
ADVERTISEMENT
"Pernah ada saran dari dokter agar bayi bisa disembuh ya harus operasi. Kalau operasi hanya bisa di luar kota seperti yang disarankan dokter, jujur kami tidak punya uang untuk membiayai semua itu," kata Adatus.
Kini, Adatus dan istri hanya bisa pasrah dan berdoa untuk kesembuhan putri mereka, Apriliani. Di tengah kepasrahan itu, mereka berharap agar ada tangan-tangan kasih yang membantu mereka demi pemulihan Apriliani. Mereka juga mengharapkan dari pemerintah setempat.
"Mudah-mudahan pemerintah bisa memberikan bantuan pengobatan buat anak saya. Kami juga berdoa agar pintu hati para dermawan bisa terbuka untuk membantu keluarga kami,” ungkap Adatus.