Konten Media Partner

Dari Penjahit Biasa hingga Punya Lembaga Kursus Menjahit di Maumere

4 Juli 2021 10:41 WIB
·
waktu baca 5 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Christiana Kayat, pendiri LKP Christin Mekeng. Foto : Athy Meaq
zoom-in-whitePerbesar
Christiana Kayat, pendiri LKP Christin Mekeng. Foto : Athy Meaq
ADVERTISEMENT
MAUMERE - Untuk mencapai sebuah kesuksesan tentu melalui sebuah proses yang panjang . Dan semuanya tidak terjadi begitu saja. Begitu pula dalam mencapai kesuksesan membangun sebuah usaha. Seperti kisah seorang ibu bernama Christiana Kayat.
ADVERTISEMENT
Penjahit sekaligus pemilik kursus pelatihan menjahit yang diberi nama LKP Christin Mekeng ini merintis usaha jasa jahit menjahit dari nol.
Siska dan Carlin, dua peserta kursus menjahit di LKP Christin Mekeng. Foto : Athy Meaq
"Saya sebenarnya sudah lama tidak jahit.Tapi sekarang saya hanya terima jahitan pakaian pengantin kalau yang lain-lain tidak. Saya lebih fokus mengajar, supaya ilmu saya tidak mati,"ungkap Christin Mekeng ketika ditemui media ini di kantornya, Jalan Kimang Buleng Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Sabtu (3/7).
Mengetahui akan permintaan pelanggan yang ingin mendapat jahitan yang bagus dan rapi, Christin Mekeng Wanita kelahiran Malang itupun mengikuti Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga( SMKK) di Magelang Jawa Tengah. Kerena ia menyadari, untuk membuka usaha jahit tidak bisa main-main.
"Saya sekolah SMKK di Magelang. Saya memilih sekolah kejuruan karena saya berasal dari orang tua tidak mampu. Selain itu saya bisa gambar sedikit-sedikit, jadi saya berpikir sekolah kejuruan supaya langsung kerja tidak perlu kuliah lagi,"ucap wanita blasteran Jawa Maumere itu.
ADVERTISEMENT
Wanita berusia 42 tahun ini memang tidak langsung sukses seperti saat ini, ia pun pernah merasakan banting tulang mencari nafkah.
Christin Kayat sedang memerikasa hasil jahitan salah satu peserta kursus. Foto : Athy Meaq
"Dari tahun 1985 saya sudah bergelut di dunia jahit. Sekolah sambil kerja. Di Jawa saya kerja di butik selama dua tahun. Tahun 1998 saya pindah ke Maumere dan waktu itu saya kerja ikut Nelly Fasihion selama satu tahun. Saya kerja motong pola di butik. Selama itu, saya belajar bagaimana model pakaian yang disukai atau cara jahit profesional. Dan setelah pengetahuan dan modal terkumpul barulah saya memiliki usaha sendiri yang diberi nama LKP Christin Mekeng dari tahun 2016 hingga -sekarang," tambahnya.
Wanita Kelahiran Malang ini menuturkan baru mulai membuka usaha jahitan sendiri pada tahun 2000. Dengan pelanggan pertama yakni orang BRI. Dengan bermodalkan satu mesin jahit itupun pemberian mertua. Sementara mesin obres, ia beli dari hasil pinjaman di koperasi sebesar Rp 500.000.
ADVERTISEMENT
“Jadi tahun 2016 saya berhenti menjahit dan mulai buka Lembaga kursus menjahit. Disamping itu saya hanya terima jahitan baju pengantin karena masih butuh biaya untuk kuliah dan modal untuk membuka lembaga kursus. Biasanya harga jahitan baju pengantin perpaket tanpa baju pria sebesar Rp 1 juta hingga Rp 1 juta tujuh ratus ribu. Dan harga juga tergantung modelnya,” ucapnya.
Perjuangannya pun membuahkan hasil, kini ia memiliki tempat jahit dengan 6 karyawan dan sebuah lembaga kursus menjahit.
Menjadi seorang penjahit pun menurut Christin sangat menjanjikan bagi keberlangsungan hidup. Buktinya, ia mampu membiayai pendidikan kuliahnya hingga Strata Dua(S2).
"Pekerjaan ini bisa sambil santai karena senang desain dan ngajar hobi yang menjanjikan," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Membangun sebuah usaha dan mempertahankannya bukan tanpa kendala. Salah satu kendala yang pernah dialami oleh Christin adalah saat mempunyai karyawan dan saat itu harus terus dituntun. Dari kesulitan itu ia berpikir untuk membuka kursus saja. Apalagi hobinya adalah ngajar.
"Saya suka ngajar. Dari dulu saya hobi mengajar jadi saya berpikir satu saat saya ingin buka kursus menjahit supaya sumber daya manusia di bidang ini banyak. Dan akhirnya tahun 2016 saya mulai buka Lembaga Kursus Menjahit Christin Mekeng,” ungkapnya.
Biaya kursus di Lembaga Kursus Menjahit Christin Mekeng yang dipimpinnya sebesar Rp 3.500.000 dengan masa kursus 6 bulan. Lembaga kursus menjahit ini bekerjasama dengan Dinas PKO dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
ADVERTISEMENT
Selain buka kursus menjahit, LKP Christin Mekeng pun menerima praktek bagi anak-anak sekolah kejuruan.
Menurutnya dalam tahun 2020 saat masa Pandemi COVID-19, LPK Christin Mekeng kebanjiran pengunjung untuk melakukan kursus menjahit ditempatnya dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Jadi dari tahun 2020 sampai sekarang banyak yang datang ikut kursus. Dan saya kewalahan sehingga saya bagi kelas atau pershift,” ujarnya.
Untuk memperkenalkan tempat usahanya, dirinya memperkenalkan atau memprosikan usahanya melalui internet sehingga peserta kebanyakan mengetahui dari internet.
Siska(19), salah satu peserta kursus menuturkan bahwa dirinya baru mengikuti kursus selama3,5 bulan.
“Disini kami belajar cara membuat pola rok, pola baju, pola lengan, celana kulot dan baju kameja pria,” ungkap Siska.
Semua peserta kursus diperlakukan sama yaitu saat awal masuk dengan perkenalan cara menjahit masker, dan tas untuk memperlancar cara menjahit. Mereka juga dilatih cara injak mesin jahit.
ADVERTISEMENT
"Saya terinspirasi ikut kursus karena sebelumnya mama saya juga seorang penjahit dan kaka saya juga pernah mengikuti kursus disini. Jadi setelah tamat SMA saya langsung memutuskan untuk ikut kursus menjahit karena saya dari keluarga kurang mampu untuk melanjutkan kuliah,” ujar Siska.
Dirinya berharap dengan mengikuti pelatihan menjahit dirinya bisa mengembangkan ketrampilannya agar bisa menghasilkan uang sendiri dan suatu saat bisa biaya kuliah. Karena di zaman sekarang kalau tidak punya ketrampilan maka tidak akan bisa berkembang.
Sementara itu, Carlin(18) salah satu pelajar SMK Santo Gabriel Maumere yang melakukan praktek di LKP Christin Mekeng mengatakan dirinya merasa terbantu sekali karena dimasa pandemi sekolah melakukan praktek secara virtual. Namun, menurutnya, belajar secara virtual dirasanya kurang pas kerena mereka hanya bisa mendapatkan teorinya saja sedangkan mereka tidak mengetahui cara menjahit yang benar dan cara menginjak atau memegang mesin jahit.
ADVERTISEMENT
"Saya baru satu minggu disini tapi banyak ilmu yang saya peroleh. Dan saya bisa berhadapan langsung dengan peralatan mesin jahit,” ucap Carlin.
Menurut Carlin, ada banyak kesulitan karena ilmu yang diperoleh disekolah tidak sama dengan di tempat praktek. Tapi disini banyak ilmu yang ia dapat.
“Kalaupun kita tidak tahu kita saling membantu dan ibu Christin siap bantu perbaiki kesalahan kita. Kita doakan semoga usahanya terus lancar,” ujarnya.
Kisah ibu Christin ini bisa jadi inspirasi bagi kita yang ingin atau mau merintis usaha sendiri. Sukses membangun usaha memang butuh proses dan siapa saja bisa melakukannya asal memiliki niat dan keteguhan yang kuat.
Kontributor : Athy Meaq