Dari Teknisi Kapal Beralih Menjadi Peternak Ayam Petelur di Sikka

Konten Media Partner
15 Januari 2022 19:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keterangan foto: Ayam petelur milik Hardyan Widyo Isworo warga Desa Tana Duen. Foto:Athy Meaq.
zoom-in-whitePerbesar
Keterangan foto: Ayam petelur milik Hardyan Widyo Isworo warga Desa Tana Duen. Foto:Athy Meaq.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MAUMERE -Tidak ada hal berharga yang diraih dengan mudah. Semua melalui proses, kerja keras, perjuangan dan pengorbanan, untuk meraih kesuksesan.
ADVERTISEMENT
Dengan ambisi dan mimpi besar disertai perjuangan yang tidak mengenal lelah, dari teknisi kapal tongkang hingga beralih menjadi peternak ayam petelur yang sukses
Itulah tekad Hardyan Widyo Isworo (35) warga RT 015/RW 005, Dusun Bolawolon, Desa Tana Duen, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka NTT, yang sukses meraup keuntungan jutaan rupiah dengan usaha yang kini ia geluti.
Hardyan Widyo Isworo (35) kepada media ini Sabtu (15/1) mengisahkan, setelah tamat sekolah, mulai mengadu nasib menjadi teknisi di sebuah kapal tongkang, KM Taqbul di Balikpapan, selama 4 tahun.
Merasa mimpinya belum tercapai selama bekerja sebagai teknisi kapal, Hardyan Widyo Isworo (35) meninggalkan pekerjaan itu dan menjadi teknisi pada PLN Cabang Flores Bagian Timur selama kurang lebih 1 tahun.
ADVERTISEMENT
Namun, demi mencapai mimpi besarnya, Hardyan Widyo Isworo (35), membanting setir dengan menjadi peternak ayam petelur dengan membangun sebuah kandang di RT 015/RW 005 Dusun Bolawolon, Desa Tana Duen Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka.
"Saya berpikir bahwa sudah saatnya saya harus memulai usaha sendiri. Dengan demikian saya bisa mengatur sendiri untuk mencapai sukses," kata Hardyan.
Hardyan mulai merintis usaha ayam petelur sejak Januari 2021 dengan membangun rumah dan kandang yang dilengkapi instalasi tempat makan dan minum ayam petelur.
Setelah semuanya sudah siap lanjut Hardyan, baru memesan DOC Phokpan sebanyak 540 ekor yang baru berusia 3 hari dari Phokpan Surabaya yang dikirim melalui pesawat dari Surabaya ke Maumere.
"Setelah selesai bangun kandang dan instalasi air minum ayam, baru saya pesan DOC Phokpan dari Surabaya yang dikirim pakai pesawat ke Maumere," kisah Hardyan.
ADVERTISEMENT
Hardyan mengakui untuk modal awal mulai dari persiapan kandang, pengadaan DOC, sampai pakan dan obat-obatan hingga panen perdana telur ayam, menghabiskan uang sebesar Rp 200 juta lebih.
Setelah ke-540 ekor ayam petelur miliknya berusia 7 bulan, Hardyan mulai panen perdana telur ayam, sebanyak 420 hingga 470 butir per hari yang selanjutnya dijual ke pasaran.
Sedangkan untuk pemasaran telur ayam selama 1 tahun terakhir, Hardyan menitipkan di kios-kios. Selain itu mulai membangun jaringan dengan desa-desa untuk pemberian makan tambahan anak stunting.
Hardyan mengakui saat ini sedang mengembangkan usahanya itu dengan membangun satu kandang lagi di daerah Wailiti dengan kapasitas tampung ayam petelur sebanyak 1500 ekor.
"Saya ada kembangkan satu kandang lagi di Wailiti. Disana ada 1500 ekor ayam, tapi baru berusia 2 minggu," kata Hardyan.
ADVERTISEMENT
Hardyan selama menjalankan usahanya itu belum terpikir untuk mengajukan permohonan modal kepada pemerintah. Untuk akses modal lebih memilih mengajukan pinjaman di lembaga perbankan.
Hardyan berharap untuk generasi muda dimana saja berada, agar jangan takut untuk bermimpi menjadi bos untuk diri sendiri, karena sebuah proses tidak akan mengkhianati hasil.
Kontributor : Athy Meaq