Konten Media Partner

Derita Warga Waiwoten, NTT Dibalik Gagalnya Proyek Air Minum

9 November 2019 6:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bak air di Desa Lewobele yang hingga saat ini mubazir. Foto: Ola Keda.
zoom-in-whitePerbesar
Bak air di Desa Lewobele yang hingga saat ini mubazir. Foto: Ola Keda.
ADVERTISEMENT
LARANTUKA- Hamidah Hingi (60) merupakan satu di antara puluhan ibu rumah tangga di Dusun Waiwoten, Desa Lewobele, Kecamatan Adonara Tengah, Flores Timur, NTT yang hingga saat ini masih membeli air minum.
ADVERTISEMENT
Ironinya, Desa Lewobele berada di wilayah subur pegunungan Bukit Saburi yang memiliki banyak mata air di sekitarnya.
Salah satu warga, Hamidah mengaku setiap hari ia harus mengeluarkan uang sebesar Rp 30 ribu untuk membeli air minum sebanyak 35 liter.
Jika dikalkulasikan, setiap bulan Hamida harus mengeluarkan uang sebesar Rp 900 ribu hanya untuk membeli air minum. Sementara Hamidah sendiri memiliki penghasilan yang sangat minim.
"Saya ini ibu rumah tangga yang setiap hari kerjanya serabutan di ladang milik orang lain. Tapi satu bulan saya harus mengeluarkan uang sebanyak itu. Belum untuk kebutuhan lain, mau dapat uang dari mana," ungkapnya kepada wartawan, Jumat (8/11/2019)
Ibu rumah tangga lainnya, Harfan Barek (65) mengungkapkan, kebutuan air bersih akan lebih banyak lagi bagi keluarga yang memiliki banyak anggota.
ADVERTISEMENT
"Kalau keluarga besar pengeluarannya bisa mencapai Rp 100 ribu per hari. Dalam sebulan bisa Rp 3 juta. Ini sangat-sangat menyulitkan," ungkap Harfan.
Warga berjalan kaki sejauh 1 Km untuk mengambil air bersih. Foto: Ola Keda.
Sementara untuk mandi dan cuci, Harfan menjelaskan warga memperolehnya dari sumber mata air di Dusun Tanah Puken yang letaknya berada di titik yang paling rendah dari Dusun Waiwoten.
"Jaraknya sekitar 1 Kilometer lebih dan kami harus mendaki," kata Harfan.
Warga dapat menghemat pengeluaran untuk air minum saat musim hujan. "Itu pun bisa kami lakuka kalau ada fiber atau bak penampung. Jadi sangat sulit bagi kami," ungkapnya.
Derita Hamida, Harfan dan warga di Dusun Waiwoten ini sedikit terobati setelah ada kabar gembira, pada medio 2012 silam, Pemerintah Kabupaten Flores Timur membangun jaringan pipa air minum dari sumber mata air di wilayah Kebang, Kecamatan Adonara Barat.
ADVERTISEMENT
Namun apa hendak dilacur, setelah instalasi pipa terpasang dan bak reservoir dibangun, hingga saat ini air minum ini tidak kunjung tiba.
Mereka berharap pemerintah Kabupaten Flores Timur dapat mengatasi persoalan yang mereka hadapi ini.
Proyek Gagal
Proyek instalasi air minum yang dikerjakan CV Antika Karya pada tahun 2012 lalu ini tidak berdampak bagi masyarakat Dusun Waiwoten.
Tokoh muda Desa Waiwoten, Awaludin Ola menilai proyek air minum yang menelan anggaran sekitar Rp 500 juta dari APBD II Flores Timur tahun anggaran 2012 dan 2016 ini gagal perencanaan.
"Air itu tidak bisa tapi terkesan dipaksakan untuk dibangun. Debit airnya kecil dan tekanan tidak bisa sama sekali agar air bisa sampai di sini (Dusun Waiwoten). Jadi ini sebenarnya gagal perencanaan," kata Awaludin.
ADVERTISEMENT
Menurut Awaludin anggaran yang sudah tersedia ini harus disertai dengan perencanaan dan kajian yang matang.
Beberapa mata air di dekat Dusun Waiwoten seperti di wilayah Desa Kenotan tepatnya di Lonek bisa dimanfaatkan kalau pemerintah bisa melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat di Desa Kenotan.
Jarak mata air ini pun sangat dekat sekitar 1 Kilometer lebih. Beberapa Desa di Kecamatan Adonara Tengah yaitu Desa Oe Sayang dan Desa Nubalema memanfaatkan mata air ini.
Jika dibandingkan dengan sumber mata air di Kebang, jaraknya tentu jauh lebih dekat. (Ola Keda)