Konten Media Partner

Eksplorasi Budaya Lembata, Implementasi Nilai Budaya Masyarakat Lamaholot

5 Maret 2022 18:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tarian adat dari Kecamatan Atadei mewarnai pekan Eksplorasi Budaya Lembata. Foto : T. Aloysius Bestol
zoom-in-whitePerbesar
Tarian adat dari Kecamatan Atadei mewarnai pekan Eksplorasi Budaya Lembata. Foto : T. Aloysius Bestol
ADVERTISEMENT
LEMBATA - Ratusan orang berkumpul di ruas jalan utama Kota Lewoleba. Teriknya sinar matahari Lembata pada Kamis, 3 Maret 2022, tidak menyurutkan semangat laki-laki, perempuan, tua, muda untuk menyusuri jalanan beraspal itu.
ADVERTISEMENT
Semua mereka, tanpa terkecuali mengenakan pakaian adat dengan motif khas dari sembilan kecamatan di Kabupaten Lembata.
Rombongan masyarakat adat ini tiba di Pantai Wulen Luo diiringi drum band dan berjubel masyarakat yang sudah menunggu di sana.
Para peserta pekan Eksplorasi Budaya Lembata. Foto : T. Aloysius Bestol
Pemerintah Kabupaten Lembata membuka secara resmi pekan eksplorasi budaya Lembata, yang berlangsung dari 3-7 Maret 2022. Sebelumnya, sejak tanggal 7 Februari sampai 28 Februari 2022, bupati dan rombongan turut serta mengikuti ritual adat di 10 desa.
Di pantai Wulen Luo, panitia sudah menyiapkan stand-stand untuk memajang karya-karya budaya terutama produk Usaha Kecil Menengah (UKM) dan sebuah pelataran panggung budaya tempat atraksi-atraksi budaya akan digelar di sana.
Bupati Lembata Thomas Ola mengatakan Eksplorasi Budaya Lembata Sare Dame sukses digelar karena kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan pada leluhur dan kepercayaan pada pengampunan dosa, tapa holo dan sare dame.
Tarian adat Atadei mewarnai pekan Eksplorasi Budaya Lembata. Foto : T. Aloysius Bestol
"Dalam ritual adat pada 10 komunitas di Lembata, saya bersama panitia kunjungi 10 titik tanpa alpa, kami hadir dan menyatu di sana," ungkap Bupati Thomas.
ADVERTISEMENT
Dia pun membeberkan temuan-temuannya saat mengikuti ritual adat tersebut. Pertama, para pemangku adat merasa dihargai dan peran mereka diakui.
"Yang terkoyak, tercerai berai mari kita satukan agar Lembata tetap Taan Tou (bersatu) dari hari ini sampai kapan pun," ujarnya.
Kedua, peran suku dihidupkan kembali. Menurutnya, dengan eksplorasi budaya peran suku dihidupkan kembali. Ketiga, budaya gotong royong sangat kental terasa.
"Pesan moralnya, kalau masyarakat masih lapar, haus pemimpin tidak boleh kenyang duluan," tegasnya.
Dia juga menyerukan dampak dari perubahan iklim. Oleh sebab itu, dia mengajak masyarakat untuk berdamai (sare dame) dengan alam di darat, laut dan udara, dengan alam dan leluhur.
Bupati Thomas juga mengucapkan terima kasih kepada Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli yang hadir dalam acara kebudayaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Dia menyebut kehadiran Wabup Agus Boli merupakan suatu kehormatan. Lembata yang dulunya bagian dari Flores Timur masih menganggap Flores Timur sebagai 'kakak', apalagi Lembata dan Flores Timur juga adalah sama sama berbudaya Lamaholot-Kedang.
"Saya tidak sekadar hadir sebagai pemerintah, tapi saya hadir sebagai, kalau dalam adat Lamaholot, disebut Lewokaka yang lahirkan Kabupaten Lembata. Secara budaya kita adalah satu. Titehena Lamaholot," ujar Agus Boli.
Paling penting, Agus Boli berpesan, orang boleh berbeda dalam politik, tapi dalam budaya mereka adalah satu; budaya Lamaholot dan Kedang.
Pembukaan eksplorasi budaya tersebut juga dihadiri oleh Rini Handayani, Staf Ahli Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama asisten deputi dan
Direktur Event dan Budaya pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Reza Palevi.
ADVERTISEMENT